Langsung ke konten utama

[Resensi Buku] The Adventures of Pinocchio by Carlo Collodi


Judul : The Adventures of Pinocchio
Pengarang : Carlo Collodi
Alih Bahasa : Lulu Wijaya
Penerbit : Gramedia
Terbit : 2014
Tebal : 208 hlm.
ISBN : 978-602-03-0466-3
Rating : 4/5 bintang

Baca via Scoop Premium


Sinopsis :


Di sebuah desa di Itali, Geppetto, seorang pengukir kayu yang sudah tua, mendapatkan potongan kayu yang tampaknya cocok dijadikan boneka tali. Tapi, ketika dia mulai bekerja, terjadi keajaiban—potongan kayu itu mulai berbicara. Setelah selesai dibentuk, si boneka tali ternyata bisa berjalan, berlari, dan makan seperti anak lelaki biasa. Oleh Geppetto, boneka tali itu dinamakan Pinocchio.

Pinocchio nakal sekali, dan suka berbohong. Setiap kali berbohong, hidungnya bertambah panjang. Dia juga gampang termakan omongan manis sehingga sering ditipu dan nyaris celaka. Ulahnya ini sangat menyusahkan ayahnya, namun setelah mengalami berbagai kemalangan, akhirnya Pinocchio belajar dari kesalahannya dan berusaha menjadi anak baik. Dan usahanya ini berbuah manis. Dia mendapat hadiah dari peri cantik yang selama ini mengamatinya.

Resensi Buku :


Novel The Adventures of Pinocchio karya Carlo Callodi masuk dalam kategori seri novel klasik. Untuk menandai seri novel klasik, Gramedia melabeli bagian depan sampul bukunya dengan tanda cap mawar merah. Bagi pecinta novel klasik, novel The Adventures of Pinocchio ini memberikan nuansa klasik yang asyik dan seru karena terjemahannya pun mudah dipahami.

Tidak seperti novel klasik lain yang kadang sulit dimakna karena pilihan diksinya yang kurang pas, novel The Adventures of Pinocchio ini seruuu banget dan bisa saya tamatkan dalam sehari. Padahal, saya lagi mager banget buat namatin baca novel Bulan karya Tere Liye. Makanya pas berpindah genre kok seru gini, saya ngerasa punya semangat baru buat kelarin daftar bacaan yang menumpuk. 😅

Novel petualangan Pinocchio ini berkisah tentang boneka tali yang dibentuk oleh Geppetto, si tukang ukir asal Itali. Pinocchio punya tingkah yang ajaib dan nakal. Dia sering berbohong dan mudah tergiur dengan iming-iming dari orang lain. Saat berbohong, hidungnya akan bertambah panjang hingga tak bisa dikeluarkan dari ruangan dan terpaksa dimakan burung pelatuk.

Pinocchio hanyalah boneka kayu yang bisa bicara dan bertingkah seperti anak-anak, tapi tubuhnya tetap saja kayu. Karena itu, saat ia mengalami kemalangan demi kemalangan, tubuhnya yang terbuat dari kayu itulah yang membawanya bertualang ke berbagai tempat di dunia ini. Dimulai dari penjara karena terlibat masalah dengan orang, tertipu oleh kucing dan rubah di Ladang Orang Dungu, bermain di Negeri Mainan, dijual untuk menjadi keledai sirkus di pertunjukan sirkus, hingga ia terdampar di dalam tubuh ikan Hiu Ganas.

Pinocchio tak hanya memiliki sifat nakal layaknya anak-anak kecil yang tak suka bersekolah dan senang membolos, tapi sesekali ia juga baik seperti saat ia menyadari bahwa ayahnya akan sedih jika ia tak pulang tepat waktu. Namun, semua kenakalannya memberikan pemahaman baru pada Pinocchio, bahwa menjadi anak yang berbakti pada orang tua adalah sebuah kewajiban yang akan membawa kemujuran baginya. Ia pun perlahan mengubah sifat buruknya dan menjadi anak baik yang rajin sekolah, belajar dan bekerja keras untuk memberi kehidupan yang layak bagi ayahnya yang sudah tua.

Oh iya, di novel klasik ini ada unsur mistisnya, hihi. Ya, gimana nggak ya, soalnya si Jangkrik muncul terus di beberapa adegan, padahal katanya si jangkrik sudah mati pas kena palu Pinocchio. Hahaha. Lha, kok hantunya muncul? Itu beneran hantu apa jangkriknya emang masih hidup ya? 😜

“Oh, sekarang kau memanggilku Jangkrik-mu yang baik, tapi kau ingat waktu kau melemparku dengan palu untuk membunuhku? 
“Kau benar, Jangkrik yang baik. Lempar aku dengan palu sekarang. Aku pantas mendapatkannya. Tapi biarkan ayahku hidup.”  
“Akan kubiarkan ayah dan anak dua-duanya hidup. Aku hanya ingin mengingatkanmu akan kejahatanmu dulu padaku, untuk mengajarmu bahwa di dunia kita ini, kita harus baik dan santun pada semua orang. Kalau kita menginginkan kebaikan dan kesantunan pada waktu kita sendiri sedang susah.” (hlm. 196)
Ada beberapa quotes berisi kebijaksanaan yang saya suka dari novel The Adventures of Pinocchio ini.

“Aku menertawakan orang-orang dungu yang memercayai segala sesuatu yang mereka dengar dan membiarkan diri mereka begitu mudah dijebak. Kau ini benar-benar dungu kalau percaya bahwa emas bisa ditumbuhkan di ladang seperti kacang atau labu. Aku dulu juga pernah percaya itu, dan sekarang aku telah menyesalinya. Hari ini (tapi sudah terlambat), aku telah mengambil kesimpulan bahwa untuk mendapatkan uang yang halal, orang harus bekerja dan tahu cara mencari nafkah dengan menggunakan tangan atau otak mereka.” (hlm. 85) 

“Lapar, anakku. Bukan alasan untuk mengambil barang-barang yang bukan milikmu.” (hlm. 93) 

“Melampo sudah mati. Untuk apa menuduhnya? Yang mati sudah tiada dan tak bisa membela diri. Yang terbaik adalah biarkan saja mereka dalam kedamaian.” (hlm. 99) 

“Sebab kau harus tahu, meskipun aku ini boneka tali jahat yang penuh kekurangan, aku tidak pernah, dan takkan pernah, disuap.” (hlm. 99) 

“Kau harus ingat, anakku. Rasa lapar adalah saus yang paling lezat.” (hlm. 104)
 

“Ingatlah, tak peduli miskin atau kaya, orang harus mengerjakan sesuatu di dunia ini. Tak ada yang bisa memperoleh kebahagiaan tanpa bekerja. Kemalangan selalu menimpa pemalas! Kemalasan adalah penyakit serius dan harus langsung disembuhkan; ya, bahkan sejak masih kanak-kanak. Kalau tidak, kemalasan itu akhirnya akan membunuhmu.” (hlm. 116)

Novel Pinocchio sebagai karya klasik juga sering diadaptasi menjadi karya lain misalnya drama pertunjukan, film, novel, maupun dalam bentuk drama Korea. 😋 Seingat saya, pas saya kecil dulu ada dongeng Pinocchio yang tayang di tv Indonesia. Sekarang sepertinya dongeng Pinocchio jarang diangkat ke layar kaca oleh pembuat film.

Tapi, di Korea Selatan, script writer kdrama Pinocchio mengubah kisah klasik Pinocchio menjadi sebuah karya yang berbeda kemasannya dan lebih baik dibanding cerita dalam novel ini. Meski tentu saja segmentasi peminat ceritanya berbeda. Novel dibaca oleh pembaca yang lebih suka imajinasinya terbang dibawa diksi-diksi yang dituangkan Carlo Collodi dalam karyanya. Sedangkan drama Korea menyuguhkan visualisasi yang lebih nyata dengan twist yang berbeda.

Overall, saya suka novel klasik The Adventures of Pinocchio ini karena porsi orang dewasa mengambil alih keputusan tidak begitu banyak. Pinocchio tetaplah anak-anak yang harus menyelesaikan masalahnya sendiri untuk menjadi manusia yang sejati. So, 4 bintang dari saya untuk novel The Adventures of Pinocchio ini. 😊

Nah, kalau kamu apa sudah pernah baca novel klasik ini juga? Share dong di komentar gimana kesan-kesannya tentang kisah Pinocchio. 😁




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Gadis Kretek by Ratih Kumala

  Judul Buku : Gadis Kretek Pengarang : Ratih Kumala Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Ketiga, Juli 2019 Tebal : 275 halaman ISBN : 978-979-22-8141-5re Rating : 5 bintang Genre : Novel Sastra Indonesia Harga Buku : Rp 75.000 Baca Ebook Gadis Kretek pdf di Gramedia Digital Beli novel Gadis Kretek di Shopee (klik di sini)

[Resensi Buku] Sang Keris - Panji Sukma

  Sang keris Judul : Sang Keris  Pengarang : Panji Sukma Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Pertama, 17 Februari 2020  Tebal : 110 halaman Genre : novel sejarah & budaya ISBN : 9786020638560 Rating : 4/5 ⭐ Harga buku : Rp 65.000 Baca ebook di aplikasi Gramedia Digital ❤️❤️❤️

Resensi Buku Funiculi Funicula (Before The Coffee Gets Cold) by Toshikazu Kawaguchi

  Judul   Buku : Funiculi Funicula Judul Asli : Kohii No Samenai Uchi Ni (Before The Coffee Gets Cold) Pengarang : Toshikazu Kawaguchi Alih Bahasa : Dania Sakti Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan kedua, Mei 2021 Tebal : 224 halaman ISBN : 9786020651927 Genre : Novel Fantasi - Jepang Rating : 4/5 bintang Harga Buku : Rp 70.000 Baca via Gramedia Digital