Judul buku : Kado Terbaik
Penulis : J. S. Khairen
Penerbit : Grasindo
Terbit : Cetakan pertama, 2022
Tebal : 260 halaman
ISBN : 978-602-0529-332
Genre : novel remaja
Rating : 5 🌟
Harga buku : Rp 89.000
Download Ebook Kado Terbaik J.S. Khairen di aplikasi Gramedia Digital
Beli buku di Gramedia.com atau Shopee
❤❤❤
[Sinopsis Buku] Kado Terbaik - J.S. Khairen
Namaku Rizki.
Usiaku empat belas tahun. Saat ini aku berdiri di depan panti asuhan, membawa dua adik perempuanku. Bukan. Aku bukan anak yatim piatu. Ibuku masih hidup. Tapi, dua menit yang lalu adalah terakhir kali aku bertemu dengan ibu. Hingga kelak aku dewasa, kami tak pernah bertemu lagi. Sementara ayahku tewas tertembak.
Panti asuhan ini bukan panti asuhan betulan. Dari luar memang ada plang besi bertuliskan panti asuhan. Di dalamnya? Penjara yang amat menakutkan.
Tak perlu menunggu besok bagi kami merasakan hal mengerikan. Di hari pertama kedatangan, malamnya kami bertiga langsung hampir mati.
Kalian, saat seusia kami, sedang melakukan apa? Inilah ceritaku. Tak banyak yang tahu, tak banyak yang mau mendengarkan. Inilah kisahku, tentang kado terbaik itu.
Semoga aku bercerita pada orang yang tepat.
❤❤❤
[Resensi Buku] Kado Terbaik - J.S. Khairen
Rizki Alqarunia, anak lelaki berusia 14 tahun itu membawa kedua adiknya ke panti asuhan. Rizka dan Khanza merupakan kedua adiknya yang tumbuh bersama di dalam lingkungan Panti Asuhan ilegal milik Pak Tono.
Di dalam Panti Asuhan itu, mereka bukannya mendapatkan pendidikan yang lebih baik, malah justru disuruh mencari uang di jalanan. Misalnya: mengamen di perempatan lalu lintas, mengemis, bahkan beberapa ada yang mencopet dan mengambil uang milik orang lain. Uang itu akan disetorkan kepada pengurus panti asuhan.
Kini usia Rizki sudah 20 tahun, ia sudah besar. Ia sadar bahwa hidupnya tidak akan kemana-mana, jika ia masih ada di Panti Asuhan itu. Maka sejak 2 tahun lalu, ia sudah keluar dari Panti Asuhan dan menggelandang di emperan toko, bahkan ikut ngekos bareng penjual sapu keliling.
"Mana kitab suci itu? Kenapa ayat-ayatnya tak pernah menolongku? Kenapa ayahku mati tertembak? Kenapa Ibu membuang kami? Kenapa tak ada pertolongan sedikitpun pada hidupku yang malang ini?" (Hlm. 21)
Rizki bertekad agar hidupnya lebih baik, namun nasib tak membawanya kemana-mana. Ia kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak, hingga harus bekerja serabutan, demi memenuhi isi perutnya dengan makanan.
Suatu hari, Rizki bertemu lagi dengan adiknya Rizka yang ternyata masih menghuni Panti Asuhan itu. Rizka ditemani oleh Tiga Sekawan geng terminal, yaitu : si Lincah, si Singlet, dan si Gembil.
Saat itu, Rizki melihat Rizka, adiknya mengambil dompet dari seorang gadis bernama Rani yang ternyata terjatuh di sekitar terminal. Ia mengejar Rizka, agar adiknya mau mengembalikan dompet tersebut. Namun adegan kejar-kejaran itu justru berakhir tragis. Rizki malah dihujani kotoran burung yang ada di Pasar Sabtu saat ia berlari mengejar kawanan Rizka.
"Hidup sungguh tak adil. Kenapa aku tak mati saja? Kenapa aku tidak lahir dari orang kaya saja? Yang hidupnya enak, tanpa masalah. Bangun tinggal makan, dengan pakaian yang bagus, berangkat sekolah atau kerja, duduk di ruangan yang nyaman, untuk kembali ke rumah yang penuh dengan kehangatan keluarga."(hlm. 22)
Setelah kejadian itu, Rizki justru kesulitan membayar uang makan karena tas kainnya yang berisi baju ganti diambil Rizka.
Hari demi hari berlalu, sebentar lagi 7 hari menjelang hari raya Idul Fitri. Rizki berjanji pada adiknya: Khanza dan Rizka untuk memberi mereka pakaian terindah di Hari Lebaran. Namun, bagaimana cara melunasi hutang janji tersebut? Sedangkan, Rizki belum memiliki pekerjaan apapun. Bahkan, ia juga tidak tahu hari ini dan besok akan makan apa.
Keesokannya, Rizki malah mendapat kabar bahwa Rizka akan diadopsi oleh sepasang suami istri dari luar kota. Mereka yang akan membawa adiknya pergi dari Panti Asuhan yang bobrok itu.
Rizki awalnya ingin menghalangi niat itu, namun ia berpikir bahwa mungkin itulah nasib terbaik yang bisa didapatkan oleh adiknya. Ya, jika dibanding harus tinggal di Panti Asuhan tersebut.
Rizki juga sempat berpikir bahwa Rizka bisa dibatalkan adopsinya dan bisa bebas dari Pak Tono dengan memberinya uang ganti rugi sebesar 60 juta. Uang itu senilai dengan uang yang diberikan oleh calon orang tua asuh Rizka tersebut.
Akankah Rizki bisa bertemu dengan kedua adiknya lagi? Ataukah mereka akan terpisah kembali dan tak lagi sempat merasakan Idul Fitri bersama seperti sebuah keluarga?
"Selalu ada kado terbaik dari setiap keburukan, dari setiap hal pahit yang menimpa hidup kita. Cepat atau lambat, saat kita menyadarinya, itu adalah hadiah yang memberikan kita kekuatan untuk terus bertahan."
Menurut saya :
Setelah dulu saya pernah membaca dua buku kumpulan cerpen karya JS Khairen yaitu "Hal yang Tak Kau Bawa Pergi Saat Meninggalkanku" dan "Rinduku Sederas Hujan Sore Itu", menurut saya novel Kado Terbaik merupakan novel yang paling ringan dan bisa cepat dihabiskan dalam beberapa hari.
Baca juga : Resensi Buku Rinduku Sederas Hujan Sore Itu - J.S. Khairen
Novel Kado Terbaik berkisah tentang tiga bersaudara Rizki, Rizka dan Khanza yang tinggal di Panti Asuhan Pak Tono. Mereka hidup dalam kekurangan dan sangat miskin, karena harus meminta-minta dan bekerja sebagai pengemis dan pengamen.
Fragmen kehidupan Rizki dan kedua adiknya terasa sangat pekat dan penuh dengan kemelaratan. Kita dapat melihat kehidupan orang miskin dengan segala dilema yang mereka hadapi setiap hari. Ya, bukan hanya menjelang Idul Fitri saja, namun sepanjang hidup mereka.
Terbayang bagaimana dilemanya Rizki yang ingin berpuasa Ramadhan, namun ia tidak punya uang untuk sahur ataupun berbuka puasa. Rizki juga ingin memberi hadiah terbaik pada kedua adiknya berupa baju lebaran. Sayangnya, ia tidak memiliki uang.
Kehidupan orang miskin sangat dilematis karena mereka tidak bisa keluar dari lingkaran kemiskinan tersebut dengan mudah. Mereka berkembang dalam lingkungan orang-orang miskin, karena itulah sulit untuk keluar dari lingkungan tersebut. Apalagi jika tidak ada akses pendidikan yang dapat diperoleh oleh orang miskin seperti Rizki, Rizka, dan Khanza.
Baca juga : Resensi Buku Hal yang Tak Kau Bawa Pergi Saat Meninggalkanku - J.S. Khairen
Novel remaja ini memang menyoroti tentang faktor kemiskinan yang tergambar melalui kejadian 7 hari menjelang hari raya Idul Fitri. Namun, isu sosialnya bukan hanya tentang kemiskinan saja, melainkan human trafficking, peredaran obat terlarang, pemaksaan kerja pada anak di bawah umur, penjualan organ manusia, dan juga isu panti asuhan ilegal.
Endingnya memang bisa diprediksi, seperti bantuan yang diberikan oleh Rani untuk membuat anak-anak menjadi lebih berdaya secara mandiri.
Yang membuat saya terkejut adalah keputusan yang diambil oleh Rizki untuk tidak terhubung lagi dengan anak-anak Panti Asuhan. Padahal menurut saya, jika Rizki bisa menjadi salah satu orang yang bisa diajak untuk berbenah di Panti Asuhan tersebut, maka ia bisa membawa perubahan yang signifikan.
Yaaa, sayangnya seperti yang disebutkan penulisnya bahwa novel kado terbaik ini memang mengandung unsur realitas yang ada di dalam masyarakat. Sehingga bisa dipastikan bahwa ending tersebut memang ending yang terbaik.
Ada kekurangan novel ini yang bikin saya kurang sreg yaitu penggunaan nama yang mirip-mirip, misalnya pak Tono dan bang Toron, lalu ada Rizki dan Rizka.
Saya rasa lebih baik nama tokoh dibedakan huruf abjad depannya, juga pengucapannya, biar nggak mirip. Nanti khawatir ketuker, mau nyebut si A, malah ingetnya si B. Jangankan penulis, ibu saya saja kalau manggil nama anaknya suka ketuker-tuker. Haha 😅
Nah, kalau menurutmu gimana? Share dong komentarmu tentang novel Kado Terbaik di bawah ya! 😍
Selamat membaca ya! ❤
Yang mau pesan bukunya hubungi penulis di ig @jskhairen |
Kutipan Novel Kado Terbaik karya J.S. Khairen :
"Katakan cukup sekali, saat kau butuh teman untuk berjalan di sampingmu. Cukup berbisik saja pada angin, maka aku akan datang. Tepat menggengam tanganmu. Tak peduli seberapa jauh, tak peduli seberapa menakutkan, aku akan di sebelahmu."
"Menunggu itu adalah seni dalam sepi. Menunggu lampu mati nyala kembali, kita main bayangan di dinding saat masa kecil. Menunggu hujan teduh, kita masak mie rebus hangat-hangat, lalu berbaring di balik selimut. Nah, kalau menunggu kepastian datang, itu terserah."
"Ada masa sulit, ada masa indah. Berceritalah pada keluargamu, terima jugalah saat mereka mau bercerita. Tidak perlu buru-buru menghakimi. Kau adalah tempat yang ia anggap paling nyaman di dunia ini. Bercerita itu obat untuk dua orang; yang bercerita dan mendengarkan cerita. Hebat kan?"
"Kalau hati sudah yakin, maka bisikkanlah ke Bumi. Jika perlu dengan air mata kau bisikkan. Bumi akan melontarkan doa itu ke langit sekuat tenaga. Takkan ada penduduk Bumi yang sanggup menahannya. Seberapa kuat pun mereka menghina atau menghadangmu."
"Jika seketika rasa ingin membantu orang lain muncul dan langsung menggerakkan badanmu, itu adalah tanda paling jelas kamu masih manusia."
Suka sekali dengan alur cerita dalam Novel ini. Pastinya ada adegan kekerasan di dalamnya ini. Pengen membacanya langsung
BalasHapusCuplikan cuplikan nya bagus Mbak Illa
BalasHapusLagi nginget nginget JS Khairen, ternyata yang bikin puisi untuk Eril anak Kang Emil
Penulis cadas ya dia?
Aku pun baru tau ada penulis yang namanya JS Khairen karena puisinya utk Eril. Nangis bacanya.
HapusKalau dalam kenyataan sih memang bukan mustahil akan banyak orang yang mengambil keputusan seperti Riski. Cuma kalau dibuat Riski bisa menjadi selayaknya super hero yang menyelamatkan anak panti berasa banget fiksinya. hehehehe
BalasHapusLangsung nyoba nyari versi online-nya akh, di perpusnas. Semisal habis, kayak nya langsung meluncur ke toko oren, buat beli, nih. Seru cerita nya. Suka mikir, anak-anak jalanan itu ada bukan karena mereka mau hidup begitu, tapi disebabkan keadaan yang tak bisa dielakan. Semoga anak-anak yang masih hidup sulit, bisa dimudahkan jalannya oleh Allah SWT, aamiin
BalasHapusDuh saya kalau baca tulisan tentang kaum marginal tuh suka gak kuat hati. Saya bisa kepikiran dan sedih berhari-hari. Apalagi ini tentang anak-anak yang sesungguhnya masih punya orang tua (ibu), tapi ditinggalkan begitu saja. Pilu banget bacanya. Tapi semoga happy ending ya. Bukan hanya ditolong sementara tapi mendapatkan pertolongan yang berterusan agar Rizki bisa membawa adik-adiknya berkumpul kembali.
BalasHapusBaca sinopsisnya aja saya udah merinding loh mbk...
BalasHapusLangsung bayangin andai itu anak-anakku, hikss.
Membentak aja udah bikin nyesel keipikiran semaleman, apalagi dilakukan kekerasan oleh orang lain.
Semogaaa anak-anak kita dan anak-anak yang sedang mengalami kesulitan segera dimerdekakan....
Realita dalam versi novel Kado Terbaik sebagai pengingat yang membaca bahwa masih banyak panti asuhan yang seharusnya jadi rumah bagi anak-anak yang memerlukan tempat tinggal, malah yang ditemui mereka justru sebaliknya ya.
BalasHapusmeluncur nyari novelnya ahh.
Baca sinopsisnya aja perasaan saya sudah teraduk-aduk. Tapi jadi penasaran nih ingin baca lanjutannya. Makasih buat rekomendasinya!
BalasHapussangat menyedihkan, bila ternyata panti asuhan hanya sebatas nama ya, Mbak. padahal anak-anaknya disuruh mengemis, mengamen, mencopet dan sebagainya.
BalasHapusTapi memang dilema, karena mereka juga perlu biaya hidup. Dan lewat novel ini, ada sentilan untuk pemerintah, agar memperhatikan panti asuhan juga.
Baca reviewnya jadi pengen baca. Penasaran dengan kisah 3 bersaudara itu. Gimana ya endingnya nanti. Apa Rizki bisa ketemu adiknya yang diadopsi. Aaah penasaran
BalasHapusWalau ending yang mudah ditebak, tetapi dengan banyak pesan moral apalagi diangkat kisahnya related dengan kehidupan jadi nilainya. Karena dari realitas yg diangkat kisah semoga bisa ada pembenahan kedepannya ya
BalasHapusAku mau komentar mengenai kecerdasan penulis dengan penamaan yang lumrah, gak begitu asing di telinga dan memang mirip-mirip ini, buatku menjadi semakin mudah membayangkan bagaimana masing-masing karakter ketiga anak panti yang sedari kecil tengah mengalami kesulitan hidup.
BalasHapusJadi kepikiran banyak hal ya, La.
Bagaimana kalau selama ini kita terlalu asyik dengan dunia kita sendiri dan ternyata masih banyak saudara kita yang keadaannya sesulit ini di jalanan.
Ya Allah, La..
Haturnuhun sudah menuliskan resensinya. Bagiku, mau buku, drama, atau film, sejatinya mengangkat keresahan isu yang terjadi di sekitar kita dan dibahas dengan berbagai sudut pandang.
Penamaan yang mirip-mirip itu sepertinya karena dekat dengan realitas. Cuma kalau buat nulis novel, aku pribadi seingat mungkin menghindari nama tokoh yang mirip-mirip dalam satu novel. Karena ya itu, risiko salah ketiknya gede. Lah punya anak 2 dan kucing 5 aja aku sering salah manggil >.<
BalasHapusTapi biasanya emang di dunia nyhata nama kakak adik tuh ada nuansa mirip2nya hehe, walau gak semua. Mungkin penulisnya sengaja supaya novelnya dibaca perlahan2 jd pembaca bisa membedakan dengan jelas siapa tokoh yang sedang diceritakan #sotoy wkwkwk
BalasHapusDuh ini kisahnya sedih sekali kyknya yaa, anak kecil dipaksa mikir keras gmn caranya bisa tetep kumpul ma keluarga dan bisa lepas dari kemiskinan. Penasaran ma endingnya deh TFS.
Wah menarik ini ceritanya
BalasHapusAku langganan Gramedia Digital, ntar coba cari novel ini ah
Mau baca juga
Bagus mbak, ringan sekalipun ya mudah ditebak
BalasHapusTapi pesan di dalamnya yang justru bisa ditarik pelajarannya
Apalagi hal ini benar - benar related dengan kisah nyata
Duh, menarik banget Mba Ila novelnya. Kisahnya juga relate dengan suasana Ramadhan saat ini ya mba. Bacaan seru di bulan suci.
BalasHapusBisa banget diberikan kado nih bukunya. Banyak amanat yang bisa diambil dan bagi pembacanya merasakan dapat pesan manfaat. Btw,Sedih banget saat kesusahan yang ada jelang idul fitri itu ya. Hmm kalau soal nama yang mirip-mirip suka buat bingung banget nih tapi harus pembacanya yang jeli ya.
BalasHapusPenggunaan nama tokoh yang sama bisa membuat pembaca jadi bolak-balik buat mastiin tokohnya yang berbeda ya mba wkwkwkw
BalasHapusJadi penasaran bagaimana nasib Rizka setelah di adopsi, aku jadi berpikiran buruk tentang itu :(