Langsung ke konten utama

[Resensi Buku] Pollyanna Grows Up - Eleanor H. Porter


Judul Buku : Pollyanna Grows Up
Pengarang : Eleanor H. Porter
Penerbit : Orange Books
Terbit : Cetakan Pertama, 2010
Tebal : 374 hlm.
ISBN : 978602843695-3
Rating : 4/5 bintang


Blurb :

“Oh, Ruth, aku ingin memberimu satu dosis Pollyanna!”
“Aku tidak menginginkannya, Della, aku buka pasienmu yang perlu diberi obat...”
“Pollyanna bukan obat, Sayangku, meskipun beberapa orang bilang dia sejenis penambah tenaga. Banyak orang mempraktikkan permainan sukacita yang dilakukannya.”
“Permainan sukacita? Sungguh tak lazim!”

***

Pollyanna beranjak dewasa, tapi perangainya tak berubah. Ia masih berusaha mempraktikkan permainan sukacita setiap saat. Ia menghadirkan keceriaan di rumah sahabat barunya, Mrs. Ruth Carew, yang dirundung duka akibat kehilangan keponakannya.

Namun, masih dapatkah Pollyanna melihat sisi menggembirakan dalam hidup ketika pamannya yang baik hati, Dr. Chilton, meninggal dunia dan perekonomian keluarganya merosot? Mampukah ia menopang dan menghibur Bibi Polly, yang kembali menjadi pemuram dan menarik diri dalam kesedihan?

Keberadaan Jimmy Bean, Jamie, dan Sadie di sekitar Pollyanna juga menghadirkan beragam warna dalam hidup gadis itu. Lika-liku persahabatan, keluarga dan romantika cinta.

Resensi Buku :


Mrs. Ruth Carew mengalami kesedihan mendalam akibat kehilangan keponakannya. Anak lelaki yang bernama James itu tidak bisa ia temukan di mana pun. Membuat ia bersedih karena tidak bisa merawat satu-satunya keturunan saudara kandungnya. Bagi Ruth, tenggelam dalam kesedihan membuat ia tidak ingin melihat mentari pagi. Ia tenggelam dalam duka mendalam hingga Della menawarkan untuk berkenalan dengan Pollyanna.

“Tapi harap kau ingat. Harus kau ingat bahwa begitu anak ini mulai menceramahiku dan mengatakan agar aku mensyukuri apa yang kumiliki, dia harus segera kembali padamu, dan terserah apa yang akan kau perbuat dengannya. Aku tidak mau mempertahankan dia!”

Pollyanna memang bukan obat, tapi gadis yang beranjak dewasa itu memiliki pemikiran yang unik. Ia bisa menularkan kebahagiaan meskipun di sekelilingnya sedang bersedih. Pollyanna punya resep bahagia yang sederhana : bersukacita atas apa yang dimiliki saat ini.

Pollyanna yang senang berceloteh seringkali memancing bahan obrolan dengan Bibi Ruth. Kadang obrolan tersebut ada benarnya, namun seringkali absurd karena apa yang ia ucapkan berbeda dari pemikiran anak seusianya.

“Memang repot kalau orang selalu mengharapkan kita, ya kan? – sebab sering kali, kita tidak sempat memikirkan diri sendiri. Tetap saja, itu sesuatu yang menggembirakan, sebab dibutuhkan ITU menyenangkan, bukan begitu?” (hlm. 38)

Pollyanna yang senang dengan permainan sukacita meminta bibi Ruth untuk melakukan permainan sukacita yang dilakukannya.

“Aku senang kita bisa mengkhayalkan banyak hal, Anda bagaimana?” 
“Aku tidak terlalu yakin soal itu, Pollyanna.” 
“Oh, tapi bayangkan saja betapa hal-hal IMAJINER itu lebih indah daripada yang di alam nyata—tentu saja Anda tidak begitu, karena kehidupan nyata Anda sangat menyenangkan.” (hlm. 51)

Satu hal yang sering dilakukan Pollyanna adalah menganggap bahwa semua orang yang ia temui adalah temannya. Meskipun ia bertemu dengan orang asing yang baru saja ia kenal, namun Pollyanna akan dengan senang hati berceloteh tentang banyak hal, termasuk bagaimana cara memainkan permainan sukacita saat ia sakit dan dirawat oleh Ladies Aiders.

“Iya, permainan sukacita. Memangnya saya belum bilang? Menemukan sesuatu yang menggembirakan dalam segala hal. Dia sudah menemukan itu... menyangkut matanya. Suaminya adalah orang yang menyusun undang-undang, dan wanita itu memintanya membantu orang-orang buta, terutama bayi. Dia pergi sendiri dan menyampaikan bagaimana rasanya menjadi buta. Lalu mereka menetapkan undang-undang itu. Mereka bilang dia berbuat lebih banyak untuk menolong sesama tuna netra, bahkan melebihi suaminya. Bahkan mereka tidak yakin akan ada undang-undang perlindungan tersebut bila wanita itu tidak bertindak. Jadi sekarang dia bilang dia gembira kehilangan penglihatannya, karena dapat mencegah begitu banyak bayi agar tidak menjadi seperti dia di waktu dewasa. Jelas, dia sudah memainkan itu. Tapi saya rasa Anda belum tahu, jadi biar saya ceritakan mengenai permainan ini.” (hlm. 71)

Bibi Ruth masih menginginkan bertemu dengan Jamie, keponakannya yang hilang. Namun, Pollyanna yang bertemu dengan Jamie yang lumpuh, menganggap bahwa menolong Jamie meski ia bukan Jamie yang dimaksud akan membuat Bibi Ruth merasakan kebahagiaan kecil karena telah menolong orang lain.

Ia mengatakan bahwa Bibi Ruth harus membayangkan bagaimana jika Jamie adalah Jamienya. Dengan kondisi yang tidak memungkinkan untuk berjalan dan tinggal di tempat kumuh. Bibi Ruth pun mulai disibukkan dengan kegiatan yang digagas oleh Pollyanna. Untuk menolong orang-orang yang membutuhkan. Mulai dari Jamie yang lumpuh, lalu Sadie, gadis yang ia temui saat di taman kota.

Hingga kemudian terjadi banyak hal di luar perkiraan Pollyanna, tentang James yang menjadi sahabatnya saat di Beddingsville. Kehidupan di kota Boston yang kembali membuatnya bersemangat karena ada hal yang harus ia sukacitakan mengingat kehidupan Mrs. Ruth yang ternyata tidak bisa selamanya menjadi orang kaya. Bibi Ruth harus diajak untuk selalu berbahagia bagaimana pun caranya. Pollyanna berusaha menyeimbangkan antara permainan sukacitanya dengan orang-orang sekelilingnya. Apakah hal-hal baik akan terjadi kemudian? Baca sendiri di novel Pollyanna Grows Up ini ya!

Ada beberapa quote yang inspiratif dan mengena di hati dalam novel Pollyanna Grows Up, seperti:

“Bahwa tempat paling sepi di seluruh dunia adalah kerumunan orang di kota besar.” (hlm. 74) 
“Menurutnya, orang asing sama menyenangkan dengan yang telah dikenalnya, sebab selalu ada gairah misteri dan petualangan – ketika mereka berubah dari orang asing menjadi kenalan.” (hlm. 77) 
“Yah, ada bagusnya. Aku akan senang sudah nyasar, sebab aku akan lega ketika ditemukan. Aku BISA gembira karena itu!” (hlm. 85) 
“Entah mengapa kita bisa gembira dalam urusan kaum papa ini. Tentu saja kita boleh senang karena kita tidak semiskin mereka. Tapi kapan pun aku merasa begitu, aku malah sangat sedih memikirkan mereka dan TIDAK BISA lama-lama bersukacita. Tentu saja kita BISA gembira karena ada orang miskin, sebab kita dapat menolong mereka. Tapi kalau kita TIDAK menolong mereka, di mana sisi sukacitanya?” (hlm. 146)

***

Eleanor Hodgman Porter menerbitkan novel Pollyanna tahun 1913. Novel ini menjadi novelnya yang paling terkenal. Lalu, 2 tahun kemudian terbitlah sekuelnya yaitu Pollyanna Grows Up. Pollyana termasuk deretan buku laris di Amerika serikat, bahkan sempat memasuki cetakan ke 47 antara tahun 1915 dan 1920.

Novel Pollyanna Grows Up ini termasuk karya sastra klasik yang banyak diminati teman-teman saya yang merupakan pecinta buku klasik. Awalnya saya agak kurang suka dengan desain covernya yang terkesan seperti buku anak-anak. Tapi ceritanya bukan hanya untuk anak-anak lho. Bisa juga dibaca oleh orang dewasa. Novel klasik identik dengan kisahnya yang membekas di hati, bahkan meski sudah menutup lembar terakhir. Novel klasik memiliki kisah tentang kebijaksanaan hidup yang patut untuk diteladani generasi berikutnya.

Pollyanna telah bertumbuh dengan baik, melewati waktu dan kesempatan berbuat baik yang datang padanya. Ia tetap bersukacita atas apa yang ada dalam hidupnya dan orang di sekelilingnya. Menyebarkan kebahagiaan pada orang lain tanpa memandang apakah orang tersebut adalah orang asing atau kenalan.  

Permainan sukacita Pollyanna membuat pembaca novel Pollyanna Grows Up seperti saya merasakan kebahagiaan pula saat mempraktikkannya. Bahagia itu kita yang ciptakan. Serumit apapun masalah yang ada dalam hidup, Tuhan tetap memberi kebaikan di dalamnya. Jadi, positif thinking itu penting banget. Percaya bahwa di balik musibah akan selalu ada hal-hal di luar perkiraan kita yang akan menggantikan hal-hal yang hilang.

Ending cerita Pollyanna Grows Up agak mudah ditebak, tapi pesan yang ingin disampaikan penulis sangat bagus untuk diterapkan. Bahwa kebahagiaan itu kita yang memilih, kapan mau bahagia, kapan mau sedih. Sedih boleh tapi jangan lama-lama. Sedih boleh tapi percayalah bahwa kebahagiaan pasti akan datang setelahnya.  

Bagian paling inspiratif di novel Pollyanna Grows Up adalah saat Jamie melakukan permainan sukacita dengan lebih baik, yaitu dengan menuliskan hal-hal apa saja yang bisa ia syukuri sepanjang hari, meski ia tidak bisa pergi kemana-mana karena lumpuh. Permainan sukacita yang dilakukannya lebih bagus dibanding milik Pollyanna, karena Jamie menuliskannya, sehingga jika ia lupa bahwa ada hal-hal baik yang datang padanya, ia bisa mengundang sukacita itu datang lagi saat membaca buku Keceriaan tersebut. Overall, 4 bintang untuk novel Pollyanna Grows Up ini. ;)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Gadis Kretek by Ratih Kumala

  Judul Buku : Gadis Kretek Pengarang : Ratih Kumala Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Ketiga, Juli 2019 Tebal : 275 halaman ISBN : 978-979-22-8141-5re Rating : 5 bintang Genre : Novel Sastra Indonesia Harga Buku : Rp 75.000 Baca Ebook Gadis Kretek pdf di Gramedia Digital Beli novel Gadis Kretek di Shopee (klik di sini)

[Resensi Buku] Sang Keris - Panji Sukma

  Sang keris Judul : Sang Keris  Pengarang : Panji Sukma Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Pertama, 17 Februari 2020  Tebal : 110 halaman Genre : novel sejarah & budaya ISBN : 9786020638560 Rating : 4/5 ⭐ Harga buku : Rp 65.000 Baca ebook di aplikasi Gramedia Digital ❤️❤️❤️

Resensi Buku Funiculi Funicula (Before The Coffee Gets Cold) by Toshikazu Kawaguchi

  Judul   Buku : Funiculi Funicula Judul Asli : Kohii No Samenai Uchi Ni (Before The Coffee Gets Cold) Pengarang : Toshikazu Kawaguchi Alih Bahasa : Dania Sakti Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan kedua, Mei 2021 Tebal : 224 halaman ISBN : 9786020651927 Genre : Novel Fantasi - Jepang Rating : 4/5 bintang Harga Buku : Rp 70.000 Baca via Gramedia Digital