Judul Buku :
Remember When
Pengarang : Winna
Efendi
Penerbit : Gagas
Media
Terbit : Cetakan
ketujuh, 2012
Tebal : 252 hlm
ISBN :
979-780-487-9
Rating : 3/5
bintang
Blurb :
Apa
pun yang kau katakan, bagaimanapun kau menolaknya, cinta akan tetap berada di
sana, menunggumu mengakui keberadaannya.
Bagi
kita, senja selalu sempurna, bukankah sia-sia jika menggenapkan warnanya?
Seperti kisahmu, kau dan dia, juga kisahku, aku dan lelakiku. Tak ada bagian
yang perlu kita ubah. Tak ada sela yang harus kita isi. Bukankah takdir kita
sudah jelas?
Lalu,
saat kau berkata,”Aku mencintaimu” aku merasa senja tak lagi membawa cerita
bahagia. Mungkinkah kata-katamu itu ambigu? Atau, aku saja yang menganggapnya
terlalu satu?
“Aku
mencintaimu,” katamu. Mengertikah kau apa artinya? Mengertikah kau kalau kita
tak pernah bisa berada dalam cerita yang sama, dengan senja yang sewarna?
Takdir
kita sudah jels. Kau, aku, tahu itu.
Resensi Buku :
Moses,
Adrian, Gia dan Freya, keempat anak remaja itu menjalani lika-liku masa sekolah
dengan penuh dinamika. Moses dan Freya yang jatuh cinta karena sama-sama
menyukai sains dan segala hal berbau akademik, sedangkan Adrian dan Gia saling
jatuh cinta karena mereka berteman di klub basket.
Di
hari pernyataan cinta, Moses dan Adrian bertaruh siapa yang ditolak harus lari
keliling lapangan sepuluh kali sambil meneriakkan nama cewek yang mereka suka.
Sialnya, meski keduanya diterima, mereka tetap melakukan hal gila itu di depan
siswa-siswa lainnya. Teriak sambil lari-lari geje di lapangan. Sungguh hal
absurd di masa putih abu-abu. xD
Tak
ada masalah rumit yang terjadi. Kehidupan berjalan sebagaimana mestinya hingga
semuanya terasa nyaman dan menyenangkan. Moses dan Freya yang terus melaju di
bidang akademik, bahkan sudah mempersiapkan untuk proses seleksi di universitas
pilihan, sedangkan Gia dan Adrian masih tetap aktif di klub basket.
Namun,
sebuah pertemuan tak sengaja yang terjadi antara Adrian dan Freya mengubah
segalanya. Freya yang biasanya hanya menjadi anak baik-baik di mata Moses, kini
mau berkisah hal-hal lain di luar kebiasaannya pada Adrian. Hingga label anak
cupu pun lepas dari pikiran Adrian tentang cewek ini. Cewek yang ternyata bisa
bercerita banyak hal-hal unik yang tidak akan ia kisahkan pada orang lain.
Cewek yang diam-diam membuat Adrian jatuh cinta pada caranya berkisah dan
menjalani hidup.
Hingga
suatu hari, mama Adrian meninggal dalam kecelakaan tragis yang membuat Freya
pun turun tangan untuk membantu menenangkan Adrian yang sedang berduka. Tak ada
kesedihan di mata Adrian, yang ada hanya hampa karena kematian mendadak yang
menyisakan luka mendalam. Herannya, Adrian tidak bisa bercerita sebagaimana ia
berkisah pada Freya tentang perasaan sedihnya ditinggal sang mama. Ia menganggap
Gia hanya mengasihaninya karena duka mendalam akibat kehilangan sosok penting
dalam hidupnya.
Lalu,
sebuah pengakuan pun meluncur dari mulut Gia. Yang membuat persahabatan
keempatnya menjadi di ambang perpecahan. Akankah semuanya kembali seperti
semula? Bagaimanakhir persahabatan mereka? Baca aja di buku ini ya!
***
Novel
Remember When ini merupakan karya ketiga yang saya baca dari Winna
Efendi. Novel ini bertema remaja
metropolitan banget ya. Pergaulannya pun ya khas anak-anak Jakarta. Masalah
yang timbul pun nggak hanya sekadar pacaran trus putus blablabla, tapi ada
masalah berat yang dimunculkan. Sebenernya saya nggak sreg dengan kemunculan
masalah yang dialami Gia ini. Sungguh bikin ilfill pas bacanya. Kenapa Winna
mengangkat masalah ini ke permukaan? Entahlah. Padahal masih banyak masalah
remaja yang bisa digali lebih dalam, dibanding masalah Gia ini.
Novel
Remember When mengisahkan masa-masa putih abu-abu yang tak terlupakan. Kalau
diliat secara detail, terasa sekali bahwa Winna memasukkan pengalaman
pribadinya ke dalam novel ini. Seberapa banyak unsur personalnya, entahlah ya.
Tapi saya ngerasa hal itu memang lebih personal, juga memang Winna sendiri yang
menyebutkan dalam pengantar novel ini.
Ada
masa-masa yang memenuhi memori dan akan kita ingat selamanya. Itu sebabnya
Winna menyebutkan bahwa masalah dalam novel ini berisi kenangan yang akan
diingat sepanjang hidup para tokohnya. Masa persahabatan putih abu-abu, masa
pencarian jati diri, masa jatuh cinta pertama kali saat SMA, lalu berantem
ngerebutin pacar, mewujudkan mimpi, kehilangan orang yang dicintai, dll.
Masa
muda saat SMA akan terasa membekas di hati karena kisah tersebut terjadi saat
masa transisi dari anak-anak ke orang dewasa. Masa remaja yang masih labil dan
mencari jati diri dengan melakukan hal-hal konyol dan gila. Saya suka bagian
Freya bertumbuh di tengah keterbatasan saat ia harus tetap berprestasi meski ia
sudah bukan lagi anak orang kaya. Freya yang sangat kuat menghadapi ujian
hidup, bahkan harus belajar menerima orang baru sebagai pengganti ibunya.
Ada
juga bagian saat Moses harus berkompromi terhadap persahabatan mereka. Rasanya
itu kayak ya... patah hati yang bikin pengin nangis. Dia tahu sahabatnya
berkhianat, tapi dia tahu hanya dengan memaafkan dia bisa menjalani
persahabatan itu lagi. Cara Winna Efendi mengisahkan jalinan persahabatan Moses
dan Adrian ini kerasa banget feelnya deh. Ceritanya sederhana namun mengena di
hati.
“Aku termenung. Teringat Moses. Tangannya yang dingin, tapi tak akan melepaskan genggaman dengan mudahnya. Moses yang juga senantiasa tampak kesepian. Kita semua manusia-manusia kesepian. Butuh seseorang untuk mengisi hati yang hampa.”
Bagian
paling bikin saya mewek waktu Winna mengisahkan kematian mama Adrian, dan
gimana Adrian menghadapi hidup sesudahnya. Awalnya saya kira Adrian bakal jadi
robot yang anti ngomong apa-apa tentang kesedihannya. Nyatanya nggak, dia
menemukan kenyamanan yang dia dapatkan di diri Freya.
“Pernah sekali, gue coba cerita tentang rasa kehilangan gue, tapi yang gue lihat di matanya cuma satu : kasihan. Simpati. Cuma itu. Gue tahu dia ingin memeluk gue dan bikin semua kesedihan gue lenyap, tapi dia sama sekali nggak ngerti.” (hlm. 117)
Saya
baru sadar “Oh, gitu ya rasanya kehilangan orang yang dicintai?”. Seseorang yang
sedang kehilangan orang yang dicintai akan merasa sebal ketika banyak pandangan
mata mengasihani dirinya, tapi dia akan merasa related dengan orang lain ketika
orang tersebut memberinya pemahaman bahwa “Kamu nggak sendiri kok. Saya juga
pernah ngalami kehilangan semacam itu.”
“Sampai kapan pun, luka dari kehilangan seseorang mungkin nggak akan sembuh, Gi.” (hlm. 152)
Anyway,
ada satu tokoh yang dikisahkan juga di novel Remember When ini, namanya Erik.
Erik ini sahabatnya Freya. Awalnya saya ngira dia suka sama Freya, tapi
ternyata bukan. Lol. Jadi selama setengah buku saya salah ngira kisahnya bakal
kemana. Wkwk. Duh, salah prediksi deh. :p
Perubahan
haluan tujuan hidup Erik ini menurut saya cukup drastis, nggak ada angin nggak
ada hujan tahu-tahu dia bilang suka sama Gia. What? Kok aneh sih? Saya
rasa ada yang ganjil di sini. Winna mungkin pengin ceritain peran Erik lebih
detail dengan mengambil alih bagian penting saat Moses dan Adrian nggak bisa
menyelesaikan masalah Gia, tapi jadinya malah aneh sih menurut saya. Erik kan
sebelumnya diceritain selalu bareng sama Freya, tapi pas tahu Gia ada masalah
kok tahu-tahu dia jadi kayak pahlawan kesiangan gitu yak. -_-“ Sungguh karakter
yang absurd dan labil.
Hmm,
selebihnya saya suka sih. Tapi menurut saya, saya lebih suka karakter yang
ditulis Winna di buku-bukunya yang terbit tahun 2017. Kerasa ada perubahan yang
lebih matang dalam setiap tulisan barunya. Kalau yang ini kesan remajanya yang
yaa gitu deh, labil dan susah ambil keputusan. Mungkin karena saya bacanya juga
pas udah usia dewasa kali ya. Jadi nggak terlalu related sama cerita masa
putih abu-abunya. Overall, 3 bintang untuk novel ini. ;)
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^