Judul : Monyet
Mike (Seri Si Kumbang)
Pengarang : Enid
Blyton
Penerbit : Gramedia
Pustaka Utama
Terbit : Cetakan
keempat belas, Agustus 2018
Tebal : 192 hlm.
ISBN : 978-602-03-3010-5
Rating : 4/5
bintang
Resensi Buku :
Kumpulan
cerita Monyet Mike merupakan salah satu
judul buku anak dari seri Si Kumbang karangan
Enid Blyton. Enid Blyton merupakan penulis anak kenamaan yang sudah
menghasilkan karya terbaiknya yaitu Seri Lima Sekawan. Kini, saya akan membahas
tentang kumcer berjudul Monyet Mike. Ada 8 kisah yang disajikan oleh penulis,
yaitu : Monyet Mike, Si Mata Jeli dan SI Mata Rabun, Beruang yang Tua Renta,
Bila Pak Kurcaci Marah, Sally SI Tukang Menjerit, Yang Mana Dia?, Tuan Budiman,
dan Kebakaran.
Jika
dilihat dari judul kisah di buku Monyet Mike ini, tak terlihat keunikannya,
namun cobalah kamu baca kisahnya, kamu akan menemukan kekhasan cerita ala Enid
Blyton. Penulis ini mampu meramu kisah anak menjadi cerita yang asyik, seru,
dan menegangkan. Tidak membosankan sama sekali. Bahkan meski dibaca oleh orang
dewasa sekalipun seperti saya.
Well
ya, Enid Blyton membuat alur cerita yang khas anak-anak bagaimana mereka
bermain bersama teman, juga keluarga dan lingkungan sekitar. Kekhasan Enid Blyton
di buku seri si Kumbang ini adalah ia menekankan pada character building agar
anak-anak bisa meniru perilaku terbaik apa yang dituliskan oleh penulisnya.
Enid
Blyton memberi gambaran bagaimana jika sebuah sifat yang melekat pada diri anak-anak
akan membuat mereka menjadi orang baik atau orang jahat. Semua kisah yang
disajikan tentu saja masih dalam batasan yang wajar, meskipun di seri ini ada
unsur sihirnya ya. Ya, nggak terlalu diperlihatkan sih, hanya digambarkan ada
tokoh nenek sihir yang membuat mantera dan tokoh Pak Kurcaci, meskipun tak
menggunakan unsur sihir karena semua masih bisa dilogika. Hanya saja ya bagi
saya yang orang Islam tentu sihir tidak boleh dipercaya ya. Walaupun Enid
menekankan di sini adalah karakter si anak yang memang jelek dari sananya.
Gimana caranya si anak berubah perilakunya?
Seperti
dalam kisah Sally Si Tukang Menjerit. Sally sangat senang menjerit, ia selalu
merengek pada ibunya ketika keinginannya tidak terpenuhi. Karena sering menjerit,
seorang nenek sihir akhirnya menarik Sally keluar dari rumahnya. Ia membawa
Sally menuju rumah tuanya yang jelek dan hampir roboh. Ia memaksa Sally agar
menjerit, sehingga rumahnya bisa roboh.
“Kalau kau menjerit sekeras itu, aku takut rumahmu runtuh, Nak. Kulihat langit-langitnya sudah hampir jatuh. Mari, ikutlah aku! Kuajak kau ke rumah yang sudah setengah runtuh. Siapa tahu kau bisa membantuku meruntuhkannya sama sekali.
“Aku takkan berteriak-teriak lagi. Aku takkan menjerit sampai rumahmu roboh. Keluarkan aku. Aku takkan menjerit lagi.”
“Sungguh?”
“Kalau kau tak mau menjerit lagi, tak ada gunanya kau kukunci di dalam. Maksudku mengunci di dalam situ, supaya kau menjerit-jerit hingga rumahku roboh. Tapi, kalau kudengar kau menjerit-jerit lagi, Nak—akan kubawa lagi kau ke sini.”
“Berarti aku tak boleh lagi menjerit-jerit bila sedang marah atau keinginanku tidak dikabulkan ibu. Pokoknya, aku tak mau diajak lagi ke rumah yang mengerikan itu. Aku takut kejatuhan atapnya.” (hlm. 120)
Ada
lagi kisah dua anak yang mirip, meski bukan saudara kandung. Nama kedua anak
itu adalah Polly dan Sally. Jika dilihat sekilas, Polly dan Sally sangat mirip
hingga sulit dibedakan. Karena itu kedua anak tersebu sering bertukar peran.
Namun, sifat keduanya sangatlah berbeda. Polly penyabar dan tekun, sedangkan
Sally kebalikannya. Ia ceroboh, tak sabaran, terburu-buru dan mudah putus asa.
Suatu
hari keduanya mengunjungi rumah nenek sihir karena ingin meminta mantera
penyubur tanaman, namun rumah itu sepi hingga tidak ada yang membukakan pintu.
Sally tak sabaran hingga ia mengetuk jendela dan pintu berkali-kali sampai
membuat kegaduhan. Polly meminta Sally untuk bersabar, namun tak dihiraukannya.
Hingga kemudian datanglah nenek sihir membuka pintu rumahnya. Ia marah-marah
karena keduanya tak ada yang mau mengaku siapa yang telah membuat kegaduhan.
“Nah, siapa yang bernama Sally? Apakah kalian tak punya mulut? Lalu, apa tujuan kalian datang ke sini kalau bicara saja tidak bisa?”
Lalu
Sally dan Polly menceritakan bahwa mereka ingin meminta mantera penyubur
tanaman.
“Kuberi kalian masing-masing sebuah jigsaw. Selesaikan permainan ini sebelum mempelajari mantera yang akan kuberi.” (hlm. 136)
“Aku tak bisa! Pasti yang ini tak bisa dikerjakan. Nenek memberi Polly yang lebih mudah.” (hlm. 142)
“Ah, keduanya sama persis. Lihatlah, Polly sudah hampir selesai! Nah, kau bisa membaca manteranya di situ, Polly.”
“Mantera penyubur bunga tak pantas diberikan kepada anak yang tidak sabaran seperti Sally sebab ia akan menggunakannya terlalu cepat atau terlalu banyak hingga bunga-bunganya malah akan menderita. Mantera penyubur bunga hanya patut diberikan kepada orang yang bisa menggunakannya dengan lembut dan sabar. Dan sekarang, aku tahu mana yang Sally dan mana yang Polly! Kaulah yang bernama Sally—anak tak penyabar yang selalu terburu-burum yang tak bisa mengerjakan teka-teki jigsaw-ku, yang mengetuk pintuku keras-keras, dan yang berani mengintip dari jendela!” (hlm. 145)
Ada
lagi kisah Monyet Mike. Monyet yang diperoleh Mike merupakan hadiah dari
pamannya. Ia sangat senang karena monyet itu meniru setiap perilakunya. Namun,
sikap inilah yang membuat ibu marah besar karena Mike tidak bisa memberi contoh
yang baik bagi monyetnya.
Ibu
meminta Mike agar mengubah perilakunya agar monyetnya tidak meniru hal-hal
buruk yang dilakukannya. Misalnya, merusak boneka pelaut dan kereta-keretaan,
mencoret coret pintu lemari tempat mainannya, merobek buku, merusak bunga di
taman, dll. Sifat nakal Mike membuat ibu tak suka. Maka, ia harus mengubah
sikapnya, agar monyetnya tidak dibuang.
“Kuberi kau kesempatan sekali lagi, Mike. Kalau kau benar-benar menyayangi monyetmu dan tak mau berpisah dengannya, kau tentu tahu apa yang boleh dan apa yang tak boleh kaulakukan. Semuanya ibu serahkan kepadamu. Tinggalkan kebiasaan burukmu merusak segala sesuatu itu, Mike. Ibu yakin monyet itu pun takkan melakukannya.” (hlm. 26)
“Oh, aku berjanji, Bu! Aku berjanji!”
“Tapi ingat, kalau sekali lagi kau merusak dan monyet itu meniru—Ibu akan membuang monyetmu. Ibu akan melihat dari jauh apakah kau benar-benar menyayangi monyetmu.”(hlm. 26)
“Semula aku tak tahu bahwa merusak itu perbuatan yang jelek. Sekarang aku tahu, karena kau menunjukkan kepadaku betapa jeleknya perbuatan itu, Monyetku! Kau jangan berbuat begitu lagi ya? Aku akan mencoba berbuat baik setiap hari, hingga walaupun kau meniruku, Ibu takkan mengusirmu.” (hlm. 28)
Ada
lagi kisah Si Mata Jeli dan Si Mata Rabun. Keduanya memiliki sifat yang berbeda
itu sebabnya mereka mendapat julukan yang berbeda. Si Mata Jeli senang
mengamati hal-hal detail yang dia lewati di sepanjang jalan.
Berbeda
dengan si Mata Rabun yang sering tidak tahu apa saja yang ia lewati di jalan
menuju rumahnya dari sekolahnya. Karena kejelian yang dilakukan oleh si Mata
Jeli ketika melintasi rumah Nyonya Williams, ia membantu perempuan tua itu untuk
membukakan pintu persimpangan kereta. Saat itu Nyonya Williams sakit sehingga
tidak bisa membukakan pintu persimpangan kereta. Jika terlambat sedikit saja, akan
terjadi kecelakaan besar.
“Bagaimana kau bisa tahu Nyonya Williams memerlukan bantuan, Mata Jeli?”
“Cuma karena kulihat cerobong asapnya tidak mengeluarkan asap, Pak. Saya jadi bertanya-tanya. Lalu saya hampiri rumah Nyonya Williams, dan melihat apa yang terjadi.”
“Oh—sekarang kalian bisa lihat perbedaan si Mata Jeli dan si Mata Rabun, bukan? Karena menggunakan mata dan otaknya, Tom telah menyelamatkan kereta api ekspress dari kecelakaan. Tim tidak tahu apa-apa. Kau berhak mendapat tanda penghargaan, Tom. Sikapmu sangat terpuji.” (hlm. 55)
Masih
ada 4 kisah lainnya yang sarat makna dan hikmah. Bagi anak-anak, mereka bisa
belajar bahwa sifat dan perilaku akan mempengaruhi lingkungan dan kehidupan sosial
yang mereka jalani setiap hari. Ajari anak-anak sejak dini tentang apa sikap
yang boleh dan tidak boleh dilakukan, agar mereka paham batasannya. Karena jika
bukan orang tua yang mengajarinya, anak-anak tidak akan pernah tahu apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan. Itulah yang membuat buku ini istimewa, karena
Enid Blyton menuliskan kisahnya dengan bagus, dan tanpa menggurui. Karena anak
diajak untuk berpikir juga bagaimana agar mereka bisa bersikap baik tanpa
merasa dihakimi. Overall, 4 bintang untuk Monyet Mike karya Enid Blyton
ini. ;)
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^