Judul Buku : Mengubah Dunia Bareng-bareng
Penulis : Ridwan Kamil
Penerbit : Kaifa (Imprint Penerbit Mizan)
Terbit : 2015
Tebal : 184 hlm.
ISBN : 978-602-7870-85-7
Rating : 4/5 bintang
Sinopsis Buku :
Hidup adalah udunan, sehebat apa pun kita dalam satu hal, kita akan
selalu membutuhkan orang lain untuk mewujudkan sebuah ide dan gagasan sebaik
apa pun. Mengapa? Sebab sekarang bukanlah zamannya mengubah dunia sendirian,
tapi zamannya mengubah dunia bareng-bareng.
Dalam buku ini, Ridwan Kamil, seorang arsitek muda yang menjadi orang
Indonesia pertama yang menerima Urban Leadership Award dari University of
Pensylvania, Amerika Serikat menuliskan sejumlah ide dan gagasan cerdasnya
tentang Indonesia yang lebih baik; going green, enerbike, Indonesia Berkebun,
Urban Architecture, dan yang lainnya. Tentu saja, buku ini juga semakin
menegaskan cita-citanya untuk menjadikan kota-kota di Indonesia, khususnya
Bandung, sebagai livable city dan kota juara.
Membaca buku ini akan menyadarkan kita bahwa hidup harus berkolaborasi
sebab ide akan menjelma harapan ketika dieksekusi dengan kolaborasi. Mari,
membangun dunia bareng-bareng!
Resensi Buku :
Ridwan Kamil,
Gubernur Jawa Barat kini memiliki
banyak peluang untuk membangun Jabar Juara. Tapi, tahukah kamu bahwa ia pun
memulai idenya dari sebuah hal-hal sederhana yang ada di sekelilingnya. Sejak
ia bekerja menjadi arsitek, dosen, Walikota Bandung, hingga Gubernur Jawa
Barat, Ridwan Kamil memiliki beragam gagasan dan ide yang layak untuk
diwujudkan.
Persoalannya muncul pada bagaimana mewujudkan ide itu tidak hanya dilakukan
seorang diri, tapi juga dibantu oleh orang-orang di sekelilingnya. Berbagai
gagasan yang dimilikinya ia wujudkan lewat komunitas. Karena Ridwan Kamil sadar
bahwa membangun sebuah kota yang layak huni adalah ide yang harus diwujudkan
oleh segenap masyarakatnya.
Lalu, apa saja peran arsitektur bagi kehidupan kita? Di buku Membangun Dunia Bareng-bareng ini,
Ridwal Kamil membuat 5 bab tentang arsitek yaitu : arsitek kehidupan, arsitek bangunan, arsitek komunitas, arsitek kota,
dan arsitek mimpi. Kelima bab tentang arsitek itu dia tuangkan dalam kisah
yang menggugah, juga membangun kesadaran bahwa kita pun bisa meniru idenya lalu
mewujudkannya mulai dari lingkungan kita sendiri.
“Kenyataan yang harus kita hadapi adalah negara belum mampu mengatasi semua persoalan. Kebanyakan persoalan yang diurusi negara adalah tempat-tempat yang gedungnya hasil gambar arsitek. Bagaimana dengan lingkungan, selokan, ruang terbuka hijaunya? Bagaimana dengan masyarakat, anak-anak, dan taman bermain untuk mereka?” (hlm. 6)
Ada satu karya arsitektur yang dibangun oleh Ridwan Kamil saat ia
sedang dalam masa berduka. Sebelumnya, sang ayah meninggal karena sakit saat ia
sedang berjuang menyelesaikan tugas akhir di kampusnya sebagai syarat
kelulusannya. Ia mengingat dengan baik nasihat ayahnya.
“Emil, ada empat tipe pemuda di Indonesia. Pertama, pemuda pintar tapi tidak peduli. Mereka cerdas, sekolah tinggi bahkan kuliah di luar negeri. Tapi mereka lupa pada negerinya, hanya mengejar ambisinya sendiri. Pemuda kedua, peduli tapi tidak pintar. Mereka peduli pada negeri, tapi berjuang tanpa perhitungan yang cerdik. Yang ketiga, pemuda yang tidak pintar juga tidak peduli. Mereka cuma membuat kekacauan. Emil, jadilah kamu pemuda yang keempat, pemuda yang pintar, juga peduli. Belajarlah yang baik. Semoga kamu jadi pemuda cerdas. Berikan ilmumu untuk bangsamu. Jadilah pemuda yang bermanfaat untuk orang banyak.” (hlm. 10)
Setelah ayahnya meninggal, Kang Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil,
membuat sebuah gebrakan baru di dunia arsitektur. Ia membangun desain
arsitektur untuk masjid Al Irsyad. Masjid ini memiliki konsep berpuisi dengan
alam. Berbentuk kota sederhana terinspirasi dari Ka’bah yang sederhana dan
kotak. Mihrab terbuka ke arah pegunungan dengan ide bahwa puisi alam adalah
bagian dari perenungan mereka yang sholat dan beraktivitas di sini.Masjid Al
Irsyad Kota baru Parahyangan ini terpilih sebagai 25 masjid terindah di dunia
versi Complex Magazine.
“Energi hidup saya ada di keluarga. Alasan kita kerja keras adalah keluarga. Meskipun kerja hingga larut malam akhirnya, toh pulang ke sebuah tempat yang bernama rumah. Ilmu yang paling besar adalah keseimbangan hidup. Kerja tapi lupa keluarga, tidak membuat bahagia. Banyak di rumah tapi tidak mempunyai pekerjaan juga tidak akan menyenangkan.” (hlm. 24)
Bagi Kang Emil, mengatur waktu adalah sebuah seni yang harus dimiliki oleh setiap orang. Bagaimana orang menggunakan waktunya akan menentukan masa depannya sendiri.
“Kita sering merasa kekurangan waktu, padahal waktu itu elastis, bisa menjadi sempit, bisa menjadi sangat lapang. Bergantung kepada si subjek memperlakukan waktu. Waktu itu makhluk. Allah yang sering kita zalimi. Orang tega membunuh waktu dengan melakukan hal yang sia-sia. Baginya, waktu akan dibuat sangat sempit dan mencekik. Waktu berjalan sangat deras seperti sungai pada musim penghujan. Waktu bagi orang-orang seperti itu akan berjalan sangat cepat. Waktu yang diisi dengan sesuatu yang berkualitas dan perbuatan baik akan menjadi hamparan taman hijau yang lapang. Dia berjalan lambat dan memberikan ketenangan. Saya rasa ini yang membuat saya sibuk, tapi merasa tidak sibuk. Saya mempergunakan waktu dengan bijaksana, waktu menjelma menjadi taman bagi saya.” (hlm. 33)
Dalam hal kepemimpinan, Ridwan Kamil memilih menggunakan seluruh
potensi yang ada di sekitarnya. Itulah sebabnya ia lebih suka berkolaborasi,
tidak bergerak sendiri. Ia memilih mendelegasikan pekerjaan yang bisa ditangani
oleh ahlinya sehingga ia bisa memproduksi gagasan dan ide lainnya, lalu
pekerjaan akan selesai sesuai dengan target dan bahkan lebih cepat dari dugaan.
“Melalui pendelegasian, saya menebar benih inspirasi ke segala lini. Benih tersebut tumbuh menjadi pohon yang menghasilkan banyak buah. Buah tersebut menjadi pemasukan tersendiri bagi saya. Saya tinggal menikmati dan terus menebar benih inspirasi. Waktu yang sedikit saya gunakan menjadi energi yang sangat besar dengan delegasi. Delegasi adalah katalisator waktu. “ (hlm. 34)
***
“Setiap orang berhasil pasti pernah mengalami masa sulit. Jadi, ketika sulit dan diremehkan, kita tidak perlu merasa paling malang sedunia. Buktikan dan lakukan yang terbaik. Jangan banyak bicara, karena hal itu hanya akan menghabiskan energi. Bukti takkan muncul dengan kata-kata, tapi dengan karya yang lahir dari tangan kita.” (hlm. 36)
"Arsitektur tak hanya cukup menjadi sebuah entitas dan objek visual semata. Arsitektur terbaik adalah arsitektur yang mampu menyentuh psikologis manusia secara emosional." (Hlm 43)
Good design while going green is good business.
Saat ini sudah mulai banyak perusahaan yang going green. Strategi going green ini dilakukan karena tekanan pasar dan kosumen yang sudah mulai lebih selektif dan hanya memilih produk atau melakukan kerja sama dengan perusahaan yang going green. Hal ini mengingat tata kota yang berantakan akan sangat berpegaruh pada masa depan nanti.
“Sekarang saatnya kita harus bisa merayu semua pihak untuk mulai bersama-sama bergerak merespons krisis kualitas hidup kota-kota besar di Indonesia, seperti halnya Jakarta. Kiamat planologis sudah di depan mata. Kita harus sama-sama bergerak merespons krisis ekologis dan krisis sosial, sambil tetap menyeimbangkan kualitas performa bisnis yang baik. Good design while going green is good business.” (hlm. 49)
***
Manusia mesti banyak bergerak, move to somewhere new, agar pikiran segar dan kaya pengalaman.
Bagi Ridwan Kamil, travelling adalah investasi. Investasi ini yang
akan memperkaya pengalaman dan referensinya tentang arsitektur dari negara
lain, sehingga ketika ia akan membuat sebuah rancangan desain sebuah bangunan,
ia akan mendapatkan ide-ide baru yang bisa dikembangkan dari pengalamannya keliling
kota-kota di dunia.
“Cara saya memburu ide itu sederhana. Saya tinggal duduk di sebuah taman kota, saya melakuan lairing, melihat suatu titik fokus tanpa menghiraukan benda yang ada di sekelilingnya. Misal, saya menatap lampu taman kota, tanpa melihat orang yang lalu lalang di sekitarnya. Lalu, saya mengalihkan fokus ke pohon yang ada di sana. Kemudian melihat orang yang lalu lalang. Dari sana sering sekali saya mendapatkan ide cemerlang. “ (hlm. 112)
Arsitektur tak hanya menyoal tentang desain, tapi sejauh mana
arsitektur mampu membuat perubahan bagi lingkungan dan masyarakatnya. Seperti
yang pernah diutarakan oleh seorang ibu. Ia mempertanyakan apa pengaruh nilai
kreatif jika tidak bermanfaat bagi masyarakat. Sejak itu Ridwan Kamil selalu
berupaya agar desain kreatif yang dibuatnya ramah dan nyaman bagi masyarakat
yang menghuninya dan menikmati tata ruang tersebut.
Bagi pengembang sulit untuk mendapatkan kondisi ideal sebuah desain.
Ada irisan antara kepentingan masyarakat yang menghuni bangunan agar tetap
nyaman, ada irisan kepentingan development yang ingin membangun ruangan
sebanyak-banyaknya agar ia untung, ada irisan kepentingan pemerintah agar
bangunan yang didirikan membuat tata ruang kota tetap terjaga dan tidak menabrak
tatanan social.
Ridwan Kamil pun bercerita bahwa kini China telah banyak membangun
tata ruang kotanya menjadi lebih modern dan tertata. China saat ini tengah
bersolek, membuat banyak perubahan agar wisatawan banyak yang datang ke sana. Selain
itu, China juga saat ini kokoh dalam pemberantasan korupsi.
Tengoklah Shanghai, kota tepi
air yang sarat dengan sejarah kolonial ini bisa menjadi cermin dari gemuruh
pembangunan urban di china. Ia kini menjadi gerbang utama bagi China. Banyak
sayembara desain bangunan urban yang dibuat di China sebagai solusi bagi
ide-ide kreatif yang lahir. Karena saat disayembarakan akan hadir ide-ide baru
yang menjanjikan perubahan yang signifikan, selain itu juga berdampak bagi
keterbukaan dinas tata kota Shanghai berkomunikasi dengan publik. Jadi desain
yang lahir pun dikomunikasikan kembali pada masyarakat Shanghai. Jika Indonesia
memiliki harapan untuk mengubah tata kota menjadi lebih baik, mengapa tidak
berkaca pada China saat ini yang rajin berbenah agar menjadi negara yang layak
untuk disinggahi oleh wisatawan asing dan nyaman ditinggali oleh masyarakatnya?
Selain membahas tentang pengaruh desain bagi tata ruang kota dengan
desain urbannya, Ridwan kamil juga membahas tentang pengaruh sebuah desain bagi
nilai jual sebuah produk.
Jangan meremehkan mukjizat desain. Desain mampu melipatgandakan nilai ekonomi sebuah objek.
Misalnya saja : kursi dengan harga produksi sebesar seratus dolar bisa
dijual ribuan dolar. Hanya karena keunikan desainnya. Pesannya jelas : tanpa
desain tak ada nilai tambah.
“Salah satu masalah kita adalah ketidakhadiran instruktur dunia desain. Semua kelompok dalam industri desain dari dunia grafis sampai arsitektur, tercerai berai bergerak sendiri-sendiri. Tidak ada visi ebrsaa untuk arah jangka panjang yang jelas. Di luar negeri pun Indonesia tidak punya reputasi atau brand image yang kuat untuk produk-produknya. Situasi ini menjadi makin parah karena pemerintah pun belum melihat desain dan ekonomi kreatif sebagai prioritas. Sangat khas indonesia. Meminjam istilah Florida, Indonesia memiliki bakat (talent) kelas dunia, tetapi tidak memiliki jejaring (network) dan berwirausaha (entrepreneurship) yang inovatif. (hlm. 132)
Di buku Membangun Dunia Bareng-bareng ini Ridwan Kamil banyak mengeluarkan gagasannya seputar desain yang relevan dengan kondisi di Indonesia, termasuk di daerah Jawa Barat yang masih perlu banyak perubahan. Bukan hanya untuk menghasilkan income yang tinggi bagi pertumbuhan ekonomi yang berhubungan dengan pariwisata, tapi juga bagi penataan kota yang lebih ramah lingkungan.
Ridwan Kamil saat menerima penghargaan (doc : https://jabar.pojoksatu.id/) |
Peradaban manusia berkembang dengan kemajuan tiga ranah keilmuan : sains (kebenaran), humaniora (keadilan) dan desain (kecocokan). (hlm. 133)
Bandung kota Dunia bukan hanya mimpi. Kita sudah punya modal awal yaitu aliran sumber daya manusia yang kreatif dan kompetitif berkelas dunia. Modal ini harus disempurnakan dengan kualitas sarana kota yang berkelas dunia pula. Inilah reposisi wajah baru Bandung pada era milenium. Wajah baru yang menyempurnakan era bandung sebagai wajah pemersatu asia afrika pada tahun 1955. Jangan biarkan mimpi ini mati sebagai mimpi. Mari sama-sama bekerja keras menghadiahkan masa depan yang indah untuk generasi cucu kita. (hlm. 167)
Lalu, apa saja ide-ide lain
yang digagas oleh Ridwan Kamil untuk membangun masa depan Bandung?
Ada 10 yaitu : merancang taman kota senyaman ruang keluarga, merekayasa lalu lintas untuk kenyamanan warga, menyediakan bangunan publik modern yang
berkualitas, mengaplikasikan seni pada elemen kota, menyediakan gedung creative
corner dan development center, memotivasi kegiatan berjalan kaki untuk
menghangatkan interaksi sosial, merayakan kebersamaan dengan keragaman
festival, mengembalikan sungai cikapundung ke fitrahnya, menata kota dari papan
reklame yang semrawut, dan meramahi lingkungan dengan green policy.
Nah, ide-ide lainnya bisa kamu baca sendiri di buku ini ya. Saya merekomendasikan buku ini bagi kamu yang ingin tahu ide-ide Ridwan Kamil bagi perubahan masyarakat lewat desain dan arsitektur. Atau bagi kamu yang penasaran kenapa karir Ridwan Kamil bisa berkembang pesat seperti sekarang. Ya, semuanya bisa kamu baca di buku Membangun Dunia Bareng-bareng ini. Overall, saya memberi 4 bintang untuk buku karya Ridwan Kamil ini. Awesome book! Layak untuk dibaca. ;)
makasih reviewnya
BalasHapus