Judul : Bogor Mengaduk Waktu
Penulis : Avia Maulidina
Penerbit : Bhuana Sastra
Terbit : 2024
ISBN : 9786230419317
Tebal : 200 halaman
Baca ebook di @gramediadigital
❤️❤️❤️
[Sinopsis Buku] Bogor Mengaduk Waktu - Avia Maulidina :
[Review Buku] Bogor Mengaduk Waktu - Avia Maulidina :
Apa yang terbersit di benakmu saat melihat dunia yang kamu huni bercampur di antara 2 garis waktu yang berbeda?
Catur Wulan (anak angkat walikota Bogor) dan Nada (teman sekelasnya) melihat fenomena ajaib di Bogor usai hujan mengguyur kota itu dengan sangat deras.
Air hujan menjadi penanda saat dua garis waktu bercampur karena ada seseorang dari masa depan ingin mendatangi masa lalu. Keinginan itu sangat kuat hingga Bogor teraduk dalam 2 dimensi yang berbeda.
Orang-orang di tahun 2023 dan tahun 1923 saling terhubung. Mereka tidak bisa saling menyentuh, tapi bisa saling mendengar dan melihat yang ada di dimensi waktu yang berbeda. Mirip seperti hologram, dua dunia saling terlihat tapi hanya samar. Seperti ada ruangan yang saling tumpang tindih dalam 2 garis waktu.
Gara-gara hal itu juga, Catur dan Nada berinteraksi dengan anak-anak Belanda dari tahun 1923, tahun di mana Belanda masih eksis di bumi parahyangan. Tahun-tahun di mana masalah rasisme masih menjadi momok bagi bangsa pribumi dan keturunan.
Catur penasaran mengapa Bogor bisa berubah menjadi seperti itu. Pasalnya, masalah makin rumit saat Ayah Catur (ayah kandung) menghilang usai membelikan Catur sebuah sepatu belundru di Sri Sura. Konon, Sri Sura adalah bangunan lama yang menjadi saksi kegemilangan masa silam di Bogor.
Ayah Catur yang dulu mantan napi karena keterlibatannya pada sebuah kasus, kini menghilang karena ingin mencari harta karun yang ditinggalkan leluhurnya. Konon, leluhurnya dahulu kaya raya dan termasuk kalangan bangsawan Sunda.
Di sisi lain, karena masalah teraduknya 2 garis waktu di Bogor, orang-orang datang berduyun-duyun ke Bogor demi ingin bisa melihat fenomena ajaib itu. Teman tour guide dari Rambah Kota menentang keinginan Walikota untuk membuat paket tur wisata karena akan mempengaruhi sejarah yang sudah terjadi di masa lalu.
Sialnya, Walikota Bogor justru membuka akses dari luar kota sehingga menciptakan kekacauan yang semakin memanas.
Lalu, siapa sebetulnya dalang dari teraduknya 2 garis waktu di Bogor?
❤️❤️❤️
Jujur baru kali ini aku nemu novel middle grade yang sangat seru. Novel bikinan penulis lokal pula.
Tema fantasi ini jelas menjadi sesuatu yang bisa membuat anak-anak remaja jadi penasaran dengan sejarah kota Bogor di masa tahun 1923 dan 2023.
Bogor yang dulu dan sekarang jelas saja berbeda. Banyak bangunan yang dirubuhkan dan diganti jadi bangunan lain.
Dunia fantasi yang dibangun penulisnya pun sangat solid. Bahkan bisa dibilang mampu menjawab semua pertanyaan ganjil yang sempat aku pertanyakan saat membaca kisahnya.
Baca novel Bogor Mengaduk Waktu ini juga bikin aku berasa ikut walking tour. Haha. Yaappss... rasanya sama persis kayak waktu aku ikutan walking tour di Semarang. Berasa ada flash flash kilasan ingatan yang meskipun samar tiba-tiba terlihat di depan mata saat tour guidenya bercerita tentang bangunan-bangunan lama tempo dulu.
Bogor Mengaduk Waktu juga membawaku menelusuri kota Bogor di th 1923 di mana pembaca bisa ikut merasakan suasana Bogor yang lebih sepi dan tidak macet. Main ke situs2 sejarah di Bogor seperti makam Raden Shaleh, Batu Dakon, dan Kebun Raya Bogor.
Aku juga jadi kenal dengan gadis bermarga Tan yang masih keturunan pemilik toko bakery legendaris di Bogor dan Margana, si anak kecil umur 5 tahun yang ternyata adalah nama lain dari sosok tokoh legendaris bernama Margonda.
Jadi ga heran ya kalau zaman dulu sebetulnya kehidupan orang-orang Belanda di bumi parahyangan termasuk yang sangat dihormati. Karena mereka bisa sekolah di sekolah elit, memiliki pembantu, dan berniaga. Kalau orang-orang China seperti keluarga Tan lebih fokus meniti jalur bisnis keluarga yang akan diturunkan secara turun temurun.
Novel Bogor Mengaduk Waktu juga menyentil perihal keberlangsungan cagar budaya yang sudah mulai dilupakan oleh orang-orang di masa sekarang.
Meskipun ini cerita dalam perspektif anak remaja, tapi penulis berusaha menampilkan isu-isu sosial yang dialami setiap tokohnya. Baik Catur, Han, Margana, Tan dan Nada sama-sama memiliki masalah dalam hidup.
Pembaca bisa ikut merenungi hikmah yang disajikan penulis melalui kisah ini. Salah satu yang menarik adalah isu rasisme yang membuat aku terhenyak karena baru kali ini aku baca buku anak yang terang2an membahas rasisme dengan cara yang mudah dipahami.
Well... novel fantasi ini sekilas konsepnya mirip dg Percy Jackson di mana anak-anak remaja dihadapkan pada masalah yang dibuat oleh orang dewasa, namun dengan usia mereka yang masih muda membuat petualangannya terasa sangat unik dan mendebarkan.
Alih-alih membuat pembaca bosan, novel ini justru memiliki konflik yang padat dan alur yang page turner. 😍
Aku merasa penulis tepat dalam memberikan porsi humor di sana sini yang menyentil nurani. 🥹
Persis seperti kata Na Heedo, kadang hidup ada di dua sisi; tragedi dan komedi. Yaa... kalo ga bisa nangis, ketawain juga gapapa. Toh namanya hidup. Haha 😂
Endingnya sangat mind blowing. Aku berharap ada sekuelnya sih. Meskipun rasanya agak mustahil juga bakalan ada lanjutannya. Tapiii... yaaa... siapa tahu, kaaan? Penasaran nasib Han selanjutnyaa. Wekeke 😆
Btw, kira-kira kalau novel ini nanti difilmkan, bakal ada kameo si Iqbaal ga ya? Wakakak. Ditungguu difilmkan yaa, kak. 🤭
Rating Buku : 5/5 🌟
#BogorMengadukWaktu
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^