Judul : Tips Belajar Para Ulama
Judul Asli : Kaifa Tathlubu’l –ilm Adabu Tholibi’l-‘ilmi
Penulis : Dr. Aidh Al Qarni, Ma dan Dr. Anas Ahmad Karzun
Penerbit : Wacana Ilmu Press (WIP)
Terbit : Juli 2008/Rajab 1949 H
Tebal : 200 halaman
ISBN : 978-979-1135-21-4
“Aku tidak pernah kenyang menelaah buku. Bila aku mendapatkan
sebuah buku yang belum pernah aku lihat, maka seolah-olah aku mendapatkan harta
karun.” (Ibnul Jauzi)
Belajar ilmu syar’i merupakan kewajiban yang harus ditunaikan oleh
setiap muslim. Namun, di tengah-tengah menggeliatnya semangat menuntut ilmu
syar’i dewasa ini ternyata masih ada sebagian penuntut ilmu yang berpaling dari
mengikuti etika-etika salafush sholih dalam menuntut ilmu. Padahal, mereka
adalah contoh bagi kita dalam mencari ilmu.
Dalam buku ini, Dr. Aidh Al Qarni, Ma dan Dr. Anas Ahmad Karzun
mencoba membimbing kita dalam proses meraih warisan para nabi. Sekaligus memberikan
catatan merah terkait dengan sikap maupun sifat yang seharusnya dihindari
pencari ilmu secara khusus, dan kaum muslim secara umum.
Keutamaan ilmu
dan ulama
“... Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran.” (Q.S Az Zumar(39) : 9)
Jika mengkaji ayat tersebut, maka kita akan mengetahui bahwa
kedudukan seorang yang berilmu di mata Allah adalah sebuah kedudukan yang
sangat istimewa. Allah memberi derajat yang lebih tinggi jika orang tersebut
mempunyai ilmu dan mengamalkannya. Sebab, ilmulah yang akan menjaga pemiliknya
dari fitnah dunia. Pemiliknya pun bisa mendapatkan kemuliaan dunia dan akhirat
jika menggenggam ilmu seperti seseorang yang takut bila ilmu itu diambil dari
sisinya. Apakah itu dirasakan juga olehmu?
“Ilmu itu lebih baik dari harta. Sebab, ilmu akan menjagamu,
sedangkan kamu yang akan menjaga harta. Ilmu sebagai hakim (pemutus perkara),
sedangkan harta adalah yang diputuskan perkaranya (maksudnya yang dikelola).
Para penjaga harta akan mati, sedangkan para penjaga ilmu akan tetap hidup.
Jasad mereka memang mati, tetapi kepribadian mereka akan tetap ada dalam hati.”
(Ali bin Abi Thalib)
Etika yang
harus dipegang dalam proses mencari ilmu.
Dari Malik bin Anas bahwasanya ibunya pernah berkata kepadanya,”Pergilah
kepada Rabi’ah dan pelajarilah etikanya sebelum mempelajari ilmunya.” (hlm. 26)
Sebelum mencari ilmu, ada etika yang harus dimiliki. Karena, jika
ia memiliki ilmu namun sikap dan sifatnya tidak bersesuaian dengan ilmu yang
dimilikinya, maka ia akan menjadi orang yang sungguh merugi.
Lalu, apa
saja etika dalam proses mencari ilmu?
Ikhlas, beramal dengan ilmu dan menjauhi kemaksiatan, tawadhu, menghormati
ulama dan majelis ilmu, zuhud dan sabar dalam menuntut ilmu, berlomba dalam
menuntut ilmu, jujur dan amanah, dan mau menyebarkan ilmu dan mengajarkannya.
Para pencari ilmu juga harus mampu mengoptimalkan waktu, mendiskusikan
ilmu agar tidak lupa, menjaga wibawa dan rasa malu. Ia juga harus menjaga persahabatan
yang baik dengan sesama pencari ilmu dan juga para ulama.
Sifat dan
sikap yang harus dihindari seorang pencari ilmu
Saling berbantahan, sembarangan berfatwa, senang mengeblok pada
kumpulannya sendiri, bersifat negatif dan muram. Juga perumpamaan seperti ini :
“Sebagian orang ibarat lalat yang hanya
hinggap pada bagian luka saja.” Sebaliknya, seharusnya seorang pencari ilmu
harus mencari di kedalaman hingga ilmu ia kuasai secara penuh. Jika demikian,
maka ilmu yang ia dapatkan akan bisa ia manfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Apa saja
tips mempelajari ilmu syar’i?
- Bergaul akrab dengan perpustakaan
- Memiliki agenda praktis setiap hari dengan pembagian sesuai dengan penanda setelah shalat wajib dilakukan. Misal, setelah shubuh untuk menghafal, setelah dhuhur untuk menelaah buku sejarah dan sastra, setelah ashar untuk menelaah kitab induk syar’i, setelah magrib untuk mengulang hafalan baik Al Qur’an, hadits, dan matan setelah isya membaca buku.
- Memiliki perpustakaan audio dan kaset rekaman
- Memiliki teman untuk mengecek hafalan
- Saling berkunjung pada para pemilik ilmu, agar mendapat kedalaman ilmu yang luas dan berkah
- Membaca secara urut, bukan acak. Dimaksudkan agar mendapatkan hasil maksimal.
- Membaca biografi orang-orang sholih agar bisa meneladaninya.
“Ilmu adalah pengganti setiap kelezatan dan pemuas dari setiap
syahwat. Barangsiapa yang menyendiri dengan ilmu, niscaya ia tidak akan
kesepian. Barangsiapa yang berhibur dengan kitab, niscaya ia tidak akan
kehilangan kenyamanan. Tidak ada kawan yang seakrab ilmu. Dan, tidak ada
penolong yang seperti sikap santun.” (hlm. 81)
Dhohak bin Muzahim ra berkata, “Pintu pertama dari ilmu adalah
diam, yang kedua mendengarkannya, yang ketiga mengamalkannya, yang keempat
menyebarkan dan mengajarkannya.” (hlm. 104)
Dengan mencontoh cara belajar para ulama, paling tidak kita mampu
merasakan apa yang telah mereka rasakan, sekaligus memberikan semangat baru
dalam meniti jalan para pewaris nabi. Selamat membaca. :)
“Ilmu adalah pengganti setiap kelezatan dan pemuas dari setiap syahwat. Barangsiapa yang menyendiri dengan ilmu, niscaya ia tidak akan kesepian...."
BalasHapusaku suka sekali kalimat ini... :-)
memang buku itu menghibur sekali yah,,,
thanks for sharing mbak Ila..
Ilmu yang membuat kedudukan seseorang dalam masyarakat berbeda kelasnya ... nice :)
BalasHapusini yang perlu di contoh cara belajarnya para ulama, bagimana mereka bisa menjadi hebat-hebat dalam penguasaan ilmu
BalasHapus