Judul Buku :
Kastil Es & Air Mancur Yang Berdansa
Pengarang : Prisca
Primasari
Penerbit : Gagas
Media
Terbit : 2012
Tebal : 292 hlm.
ISBN :
979-780-589-1
Blurb :
Vinter
Seperti
udara di musim dingin,
Kau begitu
gelap, muram, dan sedih
Namun,
pada saat bersamaan, penuh cinta berwarna putih.
Bagaikan
di Honfleur yang berdansa diembus angin
Florence
Layaknya
cuaca pada musim semi
Kau begitu
tenang, cerah, dan bahagia
Namun,
pada waktu bersamaan, penuh air mata tak terhingga
Bagaikan
bebungaan di Paris yang terlambat berseri
Resensi :
Florence jatuh cinta pada pandangan pertama pada seorang
lelaki di kereta saat ia sedang kabur dari rumah. Florence tak mau dipaksa
bertemu dengan seorang lelaki hanya untuk memenuhi ajakan kencan buta yang
diajukan orang tuanya. Gadis dengan dandanan aneh itu berkenalan tak sengaja
dengan Vinter Vernalae, lelaki yang memberinya tawaran untuk pentas di rumah Zima,
lelaki misterius yang aneh. Florence mau menerima tawaran itu hanya karena ia
tak punya tujuan saat kabur dari rumah, jadi ia ingin mencari tempat berlindung
sejenak dari kejaran orang suruhan orang tuanya.
Florence tak menyangka jika akhirnya ia terlibat hal-hal di
luar prediksi saat bertemu Zima. Lelaki sedingin salju itu bahkan pernah
memiliki riwayat buruk memperlakukan para seniman yang bekerja dengannya. Para
seniman itu tak memenuhi kriteria karya yang diinginkan Zima hingga mereka tak
dibayar atas hasil kerjanya. Lukisan dibuang, kritikan pedas atas karya, dll.
Florence mengiyakan untuk menunjukkan 4 karyanya yaitu membaca puisi, melukis,
menampilkan drama, dan bermain musik sendirian. Awalnya Zima tak percaya bahwa
perempuan itu mampu melakukan semuanya sendiri. Tapi bagi Florence yang dulu
kuliah di jurusan seni, melakukan keempat hal itu bisa saja terjadi. Tapi
drama? Bagaimana dengan drama yang dipertunjukkan sendiri?
Di antara kebimbangan itu, Florence pun akhirnya pentas di
panggung yang diberikan Zima. Florence menampilkan karya sebuah lukisan yang
menampilkan sebuah kereta kuda yang sangat indah di tengah hamparan salju dan
pohon-pohon pinus. Hanya saja tidak ada kuda yang menariknya. Kereta itu
sendirian, seakan terasing dan terbengkalai. Pewarnaannya menyampaikan suasana
dingin dan kesepian. Judul lukisannya Un Chariot en Hiver. Florence bukan hanya
menampilkan sebuah karya, tapi ia memberi makna filosofi dari karya yang
dibuatnya.
“Kereta seindah apapun tidaklah berguna bila tidak mempunyai kuda yang menariknya. Lama-lama akan terbengkalai dan terpendam salju. Sama halnya dengan manusia, yang tidak bertahan lama bila tidak ada yang mendukung atau mendampinginya; betapapun hebatnya, mereka pasti akan terlupakan.” (hlm. 41)
Pentas kedua tentang membaca puisi. Florence membacakan
sebuah puisi kelam yang mengisahkan tentang ratapan seorang lelaki yang begitu
menikmati tenggelam dalam kerinduan dan kesakitan karena kehilangan kekasihnya.
Penghayatan yang dilakukan gadis itu sangat magis sehingga mampu membawa
penonton yaitu Zima, Vinter dan Getrude, pelayan Zima berdecak kagum. Pentas ke
tiga berlangsung indah, Florence bisa memainkan komposisi yang diinginkan Zima,
namun pentas keempat ia tak dapat melakukannya. Zima menolak membayar hasil
kerja Florence.
Gadis itu pun pergi dari rumah Zima. Saat itulah muncul
Celine, sahabatnya yang ternyata bisa mengejarnya sampai ke rumah Zima.
Florence tak ingin ditemukan oleh Celine hingga terjadilah aksi kejar-kejaran
antara mereka. Tak disangka, antara Vinter Vernalae dan Florence terjadi ikatan
yang begitu kuat. Pesona Vinter yang sedingin es mampu membius Florence hingga
gadis itu mau menceritakan kisah kelam hidupnya. Begitu pun Vinter. Lelaki itu
memiliki masa lalu yang tak bisa ia pisahkan dari kehadiran Zima juga. Zima lah
yang membuatnya memiliki keinginan untuk terus berkarya lewat seni. Saat itu
Vinter menjadi panitia pentas seni yang dihadiri Zima. Tak disangka Zima
pingsan hingga akhirnya membuat ia ingin memesan pertunjukan yang dipentaskan
di rumahnya sendiri. Sejak saat itu,
kisah cinta antara Florence dan Vinter pun dimulai. Kisah yang berawal dari
sebuah air mancur yang berdansa dan kastil es.
***
Awal membaca novel Kastil Es & Air Mancur yang Berdansa
ini saya tak punya ekspektasi banyak. Mengingat saya sudah lama tidak membaca
romance jadi saya pikir lebih baik membaca saja tanpa perlu memikirkan plot dan
hal-hal teknis penulisan. Saya menikmati membaca novel karya Prisma Primasari
ini. Seperti tersesat di negeri dongeng yang penuh kejutan dan tentu saja ada
banyak hal yang mustahil terjadi dalam waktu sesingkat itu. Hanya 2-3 hari
sejak Vinter dan Florence berkenalan mereka sudah semakin dekat dan mengenal
satu sama lain.
Saya pikir si Florence ini memang tipe perempuan yang mudah
jatuh cinta pada pandangan pertama. *uhuk* :P Ya, nggak bisa dibayangkan deh,
kalau hanya karena satu project bersama bisa membuat mereka jadi dekat. Dan
sebegitu berartinyakah Vinter sampai ia rela memisahkan diri dari Celine untuk
makan bersama berdua saja. Huwaa, cinta memang buta. :P
Jujur, novel ini mengingatkan saya pada buku Prisca yang
lain yaitu Eclair. Semanis kisah itu, tapi kali ini alurnya teraca cepat. Jadi
saya membacanya dengan ringan. Sehari langsung kelar. Hanya nama-nama ala Rusia
dan Paris membuat saya jadi harus belajar melafalkannya. Susah dihafalin euy.
:D
Trus ada banyak tempat yang rasanya jadi begitu dekat
karena dideskripsikan dengan detail di novel ini. Saya jadi kepengin main ke
Honfleur untuk menyinggahi tempat-tempat yang didatangi oleh Vinter dan
Florence. Duduk di kursi salju, mencicipi kopi di cafe kesukaan, dan menonton
pentas drama favorit. Penasaran juga dengan bentuk kastil es dan air mancur
yang berdansa. Karya Vinter yang berupa
es-es pahatan sangat cantik, nggak kebayang kalau jadi Vinter dan harus
mengurusi pesanan Zima yang aneh-aneh. Misalnya saja bentuknya yang harus seperti
permintaannya. Kurang satu cm saja bisa diminta direvisi. Hahaha.
Ada kejutan di akhir cerita yang akan membawa saya kembali
mengingat kisah Florence dan Vinter ini dari sudut pandang Vinter Vernalae.
Vinter yang ternyata memiliki masa lalu sekelam itu membuat saya jadi trenyuh.
Duh, usap air mata. Nggak nyangka kamu bisa setegar itu, Vinter. *puk-pukin
Vinter* Rasa bersalah yang dirasakannya membuat ia menjauh dari lingkungan
sekitar, ia memilih menyendiri dan bergelut dengan rasa sakitnya sendiri. Yang
pada akhirnya membuat ia jadi semacam masokis. Ya, sengeri itu. Makanya salut
dengan Vinter yang akhirnya bisa bangkit meski harus jatuh berkali-kali dan
mencoba bangkit.
Ada banyak pengetahuan tentang seni dari beragam seniman
yang ditampilkan karyanya di novel ini. Hal inilah yang membuat novel karya
Prisca ini unik. Kayaknya belum ada deh yang membahas dar sudut pandang karya seni
yang dibawa orang-orang Rusia dan Prancis sedetail Prisca menggambarkannya.
Selama ini Prancis dan Rusia hanya dijadikan setting tempat tanpa membawa unsur
seninya yang unik. Inilah yang membuat saya jatuh cinta pada karya indah ini.
Endingnya tak terlupakan. Yeah! Jadi saya bisa mendapatkan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan kenapa yang muncul saat membaca kisahnya di awal cerita.
Quotes yang saya suka dari novel ini antara lain :
“Bagaimana mungkin aku melupakan wanita yang telah
mengingatkanku bagaimana cara tertawa... dan bahagia?” (hlm. 227)
“Perasaan yang muncul ketika karyamu dikagumi orang,
sungguh tak tergambarkan.” (hlm. 250)
“Kau takkan pernah bisa bahagia sebelum memaafkan,
memberi kesempatan, dan menyayangi dirimu sendiri. Itulah masalahku dan
masalahmu. Kita belum bisa melakukan ketiganya.” (hlm. 277)
Overall, 5 bintang buat kisah ini.
Romantiss, mbak..
BalasHapusCoba aku cari bukunya di toko buku ntar, semoga ada ��
aku lho penasaran bgt sm novel ini mbak..
BalasHapusAyo baca novelnya, ca. Bagus lho :D
HapusAq belum pernah baca tulisan Prisca satu pun euy, boleh lah ntar cari dulu hehe
BalasHapusapik2, mba. khasnya negeri dongeng gt, hihi
HapusAku suka banget sama novel2 karyanya Prisca PRimasari, mbak.
BalasHapusAku jga inget klo novel e-clair blum slesai kubaca... hueheeee
Ciri khas PRisca Primasarai, pembaca bisa dapetin bonus kosakata yg bisa jadi pengetahuan baru. hueheee
Seniman itu dibayar oleh zima, soalnya di novel ga ada yg bilang zima tidak membayar 'mereka' atau si seniman² panggilannya itu. Hanya tidak menghargai, membentak, dan membuang/membakar karya 'mereka'. Maaf untuk memberitahu saja, tidak lebih. Oh ya saya baca 5 smpe 9 kali ga bosen². Terima kasih atas resensinya:)
BalasHapusSeniman itu dibayar oleh zima, soalnya di novel ga ada yg bilang zima tidak membayar 'mereka' atau si seniman² panggilannya itu. Hanya tidak menghargai, membentak, dan membuang/membakar karya 'mereka'. Maaf untuk memberitahu saja, tidak lebih. Oh ya saya baca 5 smpe 9 kali ga bosen². Terima kasih atas resensinya:)
BalasHapus