Langsung ke konten utama

Resensi Buku Gadis Kretek by Ratih Kumala

 


Judul Buku : Gadis Kretek

Pengarang : Ratih Kumala

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Terbit : Cetakan Ketiga, Juli 2019

Tebal : 275 halaman

ISBN : 978-979-22-8141-5re

Rating : 5 bintang

Genre : Novel Sastra Indonesia

Harga Buku : Rp 75.000

Baca Ebook Gadis Kretek pdf di Gramedia Digital

Beli novel Gadis Kretek di Shopee (klik di sini)

 

Sinopsis Buku Gadis Kretek – Ratih Kumala :


Kaya Wangi Tembakau, Sarat Aroma Cinta

 

Pak Raja sekarat. Dalam menanti ajal, ia memanggil satu nama perempuan yang bukan istrinya ; Jeng Yah. Tiga anaknya, pewaris Kretek Djagad Raja, dimakan gundah. Sang ibu pun terbakar cemburu terlebih karena permintaan terakhir suaminya ingin bertemu Jeng Yah. Maka berpacu dengan malaikat maut, Lebas, Karim, dan tegar, pergi ke pelosok Jawa untuk mencari Jeng Yah, sebelum ajal menjemput sang ayah.

 

Perjalanan itu bagai napak tilas bisnis dan rahasia keluarga. Lebas, Karim, dan Tegar bertemu dengan pelinting tua dan menguak asal-usul Kretek Djagad Raja hingga menjadi kretek nomor 1 di Indonesia. Lebih dari itu, ketiganya mengetahui kisah cinta ayah mereka dengan Jeng Yah, yang ternyata adalah pemilik Kretek Gadis, kretek lokal Kota M yang terkenal pada zamannya.

 

Apakah Lebas, Karim, dan Tegar akhirnya berhasil menemukan Jeng Yah?

 

Gadis Kretek tidak sekadar bercerita tentang cinta dan pencarian jati diri para tokohnya. Dengan latar Kota M, Kudus, Jakarta, dari periode penjajahan Belanda hingga kemerdekaan, Gadis Kretek akan membaca pembaca berkenalan dengan perkembangan industri kretek di Indonesia. Kaya akan wangi tembakau, sarat dengan aroma cinta.

 

Resensi Buku Gadis Kretek – Ratih Kumala :


Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala termasuk dalam sepuluh besar penerima penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2012. Novel Gadis Kretek ini sudah diterjemahkan dalam 3 bahasa yaitu Inggris, Mesir dan Jerman.

Novel Gadis Kretek berkisah tentang keluarga Soeraja yang memiliki bisnis kretek bernama Kretek Djagat Raja yang sangat terkenal dari Kudus. Kisah novel ini bergulir saat Pak Radja sekarat dan meminta anaknya untuk mencari di mana kekasihnya dulu, bernama Jeng Yah. Tegar sebagai anak pertama yang mengurus bisnis kretek ini pun turun tangan.

Saat lulus SMA, Tegar diberi tahu sebuah rahasia besar keluarganya. Ini tentang saus yang bisa membuat kretek buatan keluarganya menjadi nomor satu di Indonesia. Kretek tanpa saus tidak akan menghasilkan cita rasa yang istimewa. Itu sebabnya, saus yang dibuat pun harus khas. Tegar telah disumpah untuk tidak memberitahukan rahasia itu kepada kedua adiknya, Karim dan Lebas.

 

“Saus alias resep rahasia terpenting pada rokok kretek selain tembakau dan cengkih. Saus adalah kunci yang membedakan rasa rokok kretek yang satu dengan yang lain. Saus itu ibarat nyawa sebuah pabrik rokok.”(hlm. 33)

 

Rasa ‘gurih’ yang dihasilkan dari kretek yang dibuat keluarga Tegar, membuat cita rasa kretek itu istimewa. Itulah yang disebut Romonya sebagai rasa yang otentik. Rasa yang akan membuat orang ingin kembali lagi menikmati kretek buatannya.

 

“Gurih itu rasa puas yang membuat orang lain merasa cukup dengan yang itu saja, tak perlu mencoba yang lain, sehingga nantinya akan kembali lagi untuk mencicip rasa gurih itu.” (hlm. 34)

 

Sejak masih sekolah, Tegar sudah diajari bagaimana cara membedakan kretek yang bagus dan tidak. Bahkan ia tahu seluk beluk pabrik kretek lengkap dengan orang-orang yang ada di dalamnya. Romo memberinya amanah agar ia kelak bisa meneruskan bisnis keluarganya. Tegar pun disuruh magang menjadi buruh giling di pabrik saat liburan tiba, agar ia tahu bagaimana rasanya bekerja di pabrik kretek.

Tegar juga diajari cara mencari bahan kretek yang bagus. Romo pernah mengajaknya untuk belanja tembakau dan cengkih di desa Legoksari, Temanggung. Ia heran kenapa Romo membeli mbako di gudang yang lebih ramai, padahal ada gudang yang lebih sepi. Saat itu Romo mengatakan hal ini :

 

“Romo belum mampu beli mbako di gudang yang itu. Karena kalau kita beli di gudang itu, berarti kita harus menaikkan harga kretek. Kalau kita menaikkan harga kretek, Romo berani bertaruh, kemungkinan pelanggan kita akan pindah ke kretek lain, sebab kretek kita jadi terlalu mahal. Itu berarti, kretek kita ndak laku. Kalau ndak laku, berarti Romo ndak bisa membayar pegawai. Kamu mengerti?” (hlm. 43)

 

Kretek Djagad Raja lebih dikenal luas karena gethok tular. Berbeda dengan kretek lain yang promosi lewat iklan di Koran maupun televisi. Kretek Djagat Raja telah melewati lintas zaman. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga kemerdekaan, dan kini zaman modern di mana orang dengan mudah menemukan kretek jenis apapun di toko maupun warung pinggir jalan.

 

Lebas tak habis pikir kenapa Romo menyuruhnya dan kedua kakaknya untuk mencari Jeng Yah, perempuan yang katanya menjadi cinta pertama Romonya.

 

“Kamu tahu bekas luka di jidat Romo itu?”

“Nah, itu luka bukan sembarang luka. Orang yang mukul pake semprong petromaks ke jidat Romo itu, ya Jeng Yah”

“Hah?”

“Iya, dan… Jeng Yah mukul semprong itu sewaktu hari pernikahan Romo dan Ibu.”(hlm. 47)

 

Dalam perjalanan mencari Jeng Yah, Lebas sempat merasakan kretek jenis lain yang ditawarkan oleh temannya di Cirebon, namun rasanya mirip dengan Kretek Djagad Raja. Kretek ini sangat mirip hingga Lebas mengira itu kretek kw kesekian dari kretek buatan pabrik keluarganya.

Dalam pencarian sosok Jeng Yah, Lebas, dan Tegar menemukan kisah tentang asal usul kretek keluarganya. Di antara keresahan karena mencari Jeng Yah, ternyata tersimpan kisah cinta yang rumit yang membawa mereka pada kisah bisnis kretek tiga generasi. Mulai dari kisah cinta Idroes Muria-Roemaisa-Soedjagat, kisah hidup Dasiyah-Soeraja, dan kisah keluarga Tegar-Karim-Lebas.

Jeng Yah dulunya seorang pemilik Kretek Gadis, kretek lokal kota M yang terkenal di zamannya. Jeng Yah dan Pak Raja, memiliki hubungan cinta sebelum Pak Raja menikah dengan istrinya. 

Namun, ada sisi lain yang tak terlihat dari kisah romantika pemilik kretek Gadis dengan Raja. Sebuah ambisi untuk memiliki bisnis yang sama dengan Jeng Yah. 

Ya, novel ini makin rumit karena mengisahkan persaingan kretek tiga generasi antara keluarga Idroes Moeria dan Soedjagat.

Bagaimana kisah hidup Jeng Yah yang menjadi icon Gadis Kretek? Lalu, dapatkah mereka menemukan sosok Jeng Yah seperti titah Romo? Simak di ulasan ini ya!

 

Menurut Saya :


Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala merupakan novel sastra yang saya baca karena rekomendasi mba Lyla. Saya kira bakalan bosenin, ternyata seseru itu kisah hidup Jeng Yah, pemilik Kretek Gadis. 

Novel ini memang berkisah tentang lika-liku bisnis kretek dari zaman penjajahan Jepang, zaman awal kemerdekaan, hingga di masa modern. Jadi, kisah novel Gadis Kretek ini menceritakan tiga generasi yang berbeda.

Timeline novel Gadis Kretek ini memang sangat panjang dan kisahnya dibuat sangat padat. Namun, saya sangat menikmati alurnya yang menyenangkan dan seru! Buat yang nggak suka rokok seperti saya pun, tetep bisa mencerna novel ini. Meski kata mba Lyla, aroma tembakau terasa di setiap halamannya. Well ya, memang begitu, judulnya saja Gadis Kretek. Hehehe. Makasih buat rekomendasi novelnya, mba. Hehe. Saya jadi tahu ada novel sastra yang bagus tapi nggak bikin pusing dengan isinya. :D

Kisah Gadis Kretek ini mengikuti alur zaman di masa penjajahan Jepang, saat Idroes Muria memulai bisnis kretek yang bersaing dengan sahabatnya sendiri, Soedjagat. Soedjagat punya bisnis kretek bernama Roko Kretek Proklamasi, sedangkan Idroes Moeria punya kretek Merdeka. Persaingan bisnis antara Djagat dengan Idroes Moeria dimulai dari saat keduanya memperebutkan cinta Roemaisa. Namun, yang berhasil menikah dengan Roemaisa adalah Idroes Moeria.

Idroes Moeria menghasilkan uang dari bisnis kretek yang dihasilkannya. Namun, ada satu hal yang menjadi kekhasan kretek Idroes Moeria. Dia punya anak gadis yang melinting sendiri kreteknya menggunakan sari-sari kretek. Setiap kali ada sisa sari kretek, Dasiyah anak Idroes pun mengumpulkanya, lalu melintingnya hingga menjadi kretek yang lezat dan gurih.



Konon, kretek buatan anak gadisnya pun diperebutkan banyak orang. Apalagi, mereka hanya mampu membuat beberapa bungkus saja, karena bahan bakunya dari saripati kretek yang tersisa di jari tangan Dasiyah saat melinting. Kretek itu diberi nama Kretek Gadis.

Perseteruan Djagat dan Idroes mulai dari saat mereka mengeluarkan berbagai merk kretek untuk menyaingi satu sama lain. Saya lihatnya kok kaya anak kecil yang saling adu kekuatan untuk menjatuhkan lawan. Wkwk. Pas ada satu yang bikin etiket, eh besoknya udah ditiru. Ada lagi merk kretek lain, dibikin tandingannya juga, bahkan namanya mirip satu dengan lainnya. Kretek yang berbeda hanya dari sausnya saja. Inilah yang menjadi cikal bakal perebutan pangsa pasar di masa awal kemerdekaan.

Saya pikir, kisah cinta Idroes Muria-Roemaisa-Soedjagat itu bakalan selesai begitu mereka sudah memiliki pasangan masing-masing. Tapi ternyata rasa cinta Soedjagat yang dibutakan oleh egoisme, mampu membuat ia terus menerus berlari mengejar kemenangan di bisnis kretek.

Kisah Kretek yang dibuat Dasiyah alias Jeng Yah menjadi buah bibir di kalangan orang-orang kota M. Jeng Yah bahkan mampu membuat kretek buatannya menjadi terkenal. Nama kretek Gadis melambung dan membuat pemodal mau memberi modal untuk iklan.

 

KRETEK GADIS

Sekali isep, gadis yang Toean impikan muntjul di hadepan Toean.

 

Kretek Gadis menjadi sangat terkenal. Meskipun disaingi oleh kretek milik Djagat. Namun, Djagat salah membaca pangsa pasar hingga kreteknya jatuh di pasaran.

Kretek Gadis menjadi populer, namun satu hal yang tak pernah dibayangkan oleh Idroes Moeria adalah kehadiran seorang lelaki bernama Soeraja yang justru membuat bisnisnya menjadi terancam.

Awalnya, Raja dekat dengan anaknya, Jeng Yah. Namun, seiring waktu, saat Raja mendapatkan pekerjaan di pabrik sebagai mandor, ada buruh yang masih mengucapkan kasak kusuk isu bahwa Raja hanyalah numpang hidup dari kebaikan Idroes Moeria. Itu membuat Raja menjadi sakit hati dan ingin membuktikan bahwa ia bisa memproduksi rokok merek buatannya sendiri.

Saat Raja akan membuat rokok merk Tjap Arit Merah yang disponsori oleh sebuah partai politik, Raja tidak tahu bahwa hal ini akan membawanya pada malapetaka. Soeraja kabur saat tahu ia menjadi buron aparat karena dianggap berafiliasi pada PKI. Jeng Yah juga ditangkap atas tuduhan keterlibatan dengan Soeraja. Sedangkan Idroes Moeria justru ditangkap karena memproduksi kretek berwarna merah.

 

“Sedangkan Idroes Moeria, urusannya menjadi makin panjang ketika diketahui ia memproduksi Kretek Merdeka! Yang kertas papiernya berwarna merah. Warna yang identik dengan PKI.” (hlm. 227)

 

Idroes Moeria tak menyangka ia akan jatuh karena masalah yang dihadapinya. Padahal kretek itu bukan berafiliasi dengan PKI. Anaknya memang dekat dengan Raja, namun Idroes tak tahu menahu tentang PKI dan keterlibatan calon menantunya. Sungguh sial, bisnis Idroes langsung jatuh. Ia bahkan ditangkap, bersama Jeng Yah, anaknya juga.

Saat pelarian itulah, Raja bertemu dengan anak Soedjagat Soedjagat tak menyangka akan memiliki cara untuk mengambil alih saus kretek yang selama ini menjadi rahasia resep kretek yang gurih dari Idroes. Inilah yang membuat Jeng Yah marah saat Raja menikahi anak Djagat. Karena mantan calon suaminya justru mencuri resep itu dan membuat kretek baru dengan nama Djagat Raja.

Dendam Jeng Yah konon membuat Soeraja sulit mati hingga harus meminta anaknya untuk mencari tahu di mana Jeng Yah.

Kisah cinta Jeng Yah dan Raja menjadi bumbu yang sangat manis dalam Novel Gadis Kretek ini. Sayangnya, kisah ini harus diakhiri dengan kegetiran karena pengkhianatan calon suaminya. Saya sampe ikutan gregetan pas tahu bahwa sausnya dipakai sama persis seperti buatan Jeng Yah.

Ya, pantes aja sih jadi marah banget. Dicuri gitu loh. Ibarat kamu bikin masakan trus dijual. Eh ada orang tahu resep rahasia masakanmu, trus bikin yang sama persis. Kan, nyebelin banget kalau kaya gitu ya.

 

“Soeraja berhasil membuat kesepakatan sebagai mitra kerja sejajar dengan Pak Djagat, sehingga nama Kretek Djagat bermutasi menjadi Kretek Djagat Raja.” (hlm. 238)

 

Kisah Jeng Yah ini bikin saya mikir nih, gimana ya kalau misal kita punya bawahan atau buruh yang sangat dipercaya untuk urusan bisnis. Sampai tahu rahasia-rahasia perusahaan. Nah, kaya gitu kan nggak bisa diprediksi, apakah orangnya bakalan loyal sampai mati atau akan berkhianat dengan membuat produk berkualitas sama. Duuh :(

Yang bikin saya gregetan lagi, saat Soeraja sama sekali nggak merasa bersalah telah menggunakan resep rahasia itu tanpa seizin pemiliknya. Ini yang bikin Lebas terkaget setelah tahu fakta ini.

Yang saya suka dari novel Gadis Kretek ini adalah penjabaran kisah Jeng Yah dan keluarganya yang bener-bener deh bikin saya terbengong. Ini tuh detail dan lengkap banget. Pasti risetnya sangat lama dan butuh revisi naskah berkali-kali.


gadis kretek versi jerman
Gadis Kretek versi Bahasa Jerman (doc : Ratihkumala.com)

Ada hal-hal yang bikin saya penasaran sama detail di novel Gadis Kretek ini. Misalnya aja, nama kotanya itu kota apa ya? Hanya disebutkan pakai inisial aja, yaitu kota M. Jadi, kota M itu kota apa? Magelang atau Muntilan ya?

Oh iya, ada juga penjual Tionghoa yang masih menjual rokok Kretek Gadis di sudut rumahnya yang sudah tidak terurus. Gambaran tokonya sangat detail. Saya jadi mikir jangan-jangan tokonya beneran ada. Dan ini juga ditemukan oleh penulis saat riset ya? Hehe *cuma nebak aja sih*

Selain itu, isu politik di novel Gadis Kretek ini sangat kental, namun hanya menjadi pemicu dari masalah yang lebih besar. Nggak banyak dijelaskan tentang kerusuhannya kaya gimana. Hanya saja, kejadian saat masa penjajahan Jepang dan saat terjadi pemberontakan PKI, itu menjadi titik terendah hidup Idroes Moeria. Inilah yang bikin saya penasaran, apakah segitu chaosnya ya suasana saat jaman kemerdekaan dan setelahnya. Benar-benar deh, nggak kebayang hidup di zaman itu.

 

“Lelaki itu, Soeraja. Di balik lebat jenggot dan pakaian kumalnya, tersimpan ketakutan yang amat sangat. Ia sudah melihat kawan yang biasa ia jumpai di markas PKI di Kota M mengambang sebagai sisa manusia di Kali Pepe. Ia memutuskan untuk pergi sejauh-jauhnya. Ia cuma ingin pergi dan tak melibatkan Jeng Yah agar gadis terkasihnya itu bisa tetap hidup.” (hlm. 233)

 

Penggambaran penulis tentang sejarah bisnis kretek zaman dulu dan suasana saat tiga timeline waktu setiap tokohnya membuat saya terkagum. Detail, rapi, dan sangat sarat makna. Jadi, nggak sia-sia deh baca novel Gadis Kretek ini. Karena saya bisa dapat gambaran gimana kondisi saat penjajahan Jepang dan pasca kemerdekaan Indonesia. 

Overall, 5 bintang untuk novel Gadis Kretek ini.

Nah, kamu udah baca novel Gadis Kretek? Gimana kesannya? Share dong di komentar. Hehe


Komentar

  1. Saya membaca resensi di sini jadi tambah yakin harus membaca juga novelnya. Terbayang bagaimana serunya petualangan tiga bersaudara tadi menemukan banyak cerita yang selama ini tidak diketahui mengenai bisnis dan masa lalu sang ayah. Pokoknya saya harus baca...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayuk baca bukunya. Bagus banget lho. Sering dibahas di twitter litbase juga hehe

      Hapus
  2. kelemahan dari cerita gadis keretek ini apa ?

    BalasHapus
  3. Akan segera dibuat filmnya.

    BalasHapus
  4. Pengen baca novelnya, tp di gramedia kota sya nggk ada jual

    BalasHapus
  5. Banyak di market place

    BalasHapus
  6. karena mau dibuat film saya penasaran membaca Gadis Kretek dan sempatkan baca ulasannya dan ternyata menarik. Kota M, mungkin saja Madiun (tapi kabupaten sih), saya berasumsi di Madiun karena PKI awal mulanya berkembang di sana pada tahun 1948 (cmiiw)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurutku bukan Madiun sih tapi Malang. Soalnya kota ini yang terkenal sebagai kota kretek selain Kediri dan Kudus.

      Air terjun Coban di Malang konon buat pembuangan korban G30S PKI.

      Hapus
  7. Hi there, I enjoy reading through your article post. I like to write a little comment to support you.

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^

Postingan populer dari blog ini

[Resensi Buku] Sang Keris - Panji Sukma

  Sang keris Judul : Sang Keris  Pengarang : Panji Sukma Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Pertama, 17 Februari 2020  Tebal : 110 halaman Genre : novel sejarah & budaya ISBN : 9786020638560 Rating : 4/5 ⭐ Harga buku : Rp 65.000 Baca ebook di aplikasi Gramedia Digital ❤️❤️❤️

Resensi Buku Funiculi Funicula (Before The Coffee Gets Cold) by Toshikazu Kawaguchi

  Judul   Buku : Funiculi Funicula Judul Asli : Kohii No Samenai Uchi Ni (Before The Coffee Gets Cold) Pengarang : Toshikazu Kawaguchi Alih Bahasa : Dania Sakti Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan kedua, Mei 2021 Tebal : 224 halaman ISBN : 9786020651927 Genre : Novel Fantasi - Jepang Rating : 4/5 bintang Harga Buku : Rp 70.000 Baca via Gramedia Digital Beli buku Funiculi Funicula di Gramedia.com