[Review Buku] Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala
Pernahkah kamu mengingat wajah ayahmu yang selalu mengiringi langkah hidupmu?
Kenangan manusia perlahan hilang seiring berjalannya waktu. Bahkan meskipun manusia telah tiada, banyak kenangan yang akan menyisakan rasa sedih di hati keluarga dan sahabatnya.
Seorang pengembara terbiasa bertemu orang, sebagaimana ia juga terbiasa menjalani prosesi perpisahan. Ia sadar betul bahwa keterikatannya dengan dunia tak 'kan abadi.
"Pecinta sejati dituntut untuk memiliki ketulusan memberi tanpa harap kembali. Dan pecinta sejati harus belajar untuk membebaskan-merelakan orang-orang yang dicintainya melakukan kebaikan-kebaikan yang akan menumbuhkannya.
Meski itu berarti melepaskan orang yang dicintai untuk tak selalu ada di sisi. Meski itu berarti membangun jarak yang kelak dikutuki setiap hari."
Novel Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala berkisah tentang seorang ayah dan anak lelakinya. Sang ayah telah tiada, pasca sakit parah.
Anak lelakinya menemukan setumpuk benda-benda peninggalan ayahnya, termasuk foto lama yang membawanya kepada ingatan masa silam.
Ada 10 fragmen foto yang menggambarkan lika liku hidup mereka selama ini. Sejak ibunya meninggal, sang ayah dan anak itu hidup sendirian.
Ayah itu mengasuh anaknya sendiri, dari anak anak hingga dewasa. Lalu, ada masalah muncul dan membuat suasananya menjadi renggang.
Hingga akhirnya, ayahnya sakit dan meninggal dalam kondisi yang memprihatinkan.
Buku ini menggambarkan bagaimana kompleksnya hubungan ayah dan anak. Narasi yang ditulis penulisnya menggunakan gaya bahasa pov kedua. Meskipun buku ini bernuansa sendu, tapi banyak nasihat yang memberi saya pemahaman tentang islam dan juga pandangan hidup manusia.
Buku ini ditulis dengan diksi yang lembut, sehingga membawa pembaca ikut larut dalam alur ceritanya.
"Karena ayahmu berprinsip 'kadang cinta adalah membebaskan' maka secara otomatis ia juga berprinsip 'di waktu lain, cinta adalah menahan."
Bagian paling sedih saat sang anak menemukan bahwa ayahnya berharap ia akan pulang, entah kapan pun. Ia menanti dalam senyap, sembari berharap anaknya menemuinya lagi.
Kisah ayah dan anak kerap jadi pengingat bahwa hubungan serumit apapun, keluarga tetaplah keluarga.
Kesalahpahaman yang terjadi menjelang kematian justru membuat si anak merasa bersalah.
"Seribu wajah ayah sekalipun yang kamu kenang dan ratapi malam ini, tak 'kan pernah mengembalikannya."
Kehidupan dunia sejatinya hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan. Maka, jangan meninggalkan akhirat demi dunia yang fana.
"Bersyukurlah karena kamu sudah mengalami penyesalan yang dalam pada malam ini dan bukan nanti di akhirat ketika semua penyesalan tak lagi punya arti.
Hidupkanlah lagi ayahmu di dalam hatimu-panjangkan umurnya dengan doa-doa setelah salat khusyukmu. Peluklah nasihat-nasihatnya untuk menjadi penuntun jalanmu."
Kita hidup hari ini hingga akhir hayat sebenarnya adalah ujian. Bahwa Allah mencipta manusia memang untuk diuji dengan berbagai macam masalah dan dilihat siapa yang bertahan dalam iman dan islam, dan kelak kembali pada Allah, Sang Maha Hidup.
Maka, hiduplah dengan baik, tanpa menyisakan rasa sesal.
Kenanglah tatapan teduhnya ketika kamu merengek minta ini-itu sementara ia hanya bisa memintamu bersabar.
Kenanglah senyumnya ketika melihatmu tumbuh dewasa dan mulai belajar, dan memaknai hidup.
Kenanglah setiap perhatian-perhatian kecilnya yang seringkali tak ditampakkan.
Kenanglah bagaimana caranya memelukmu ketika kamu menangis.
Meski ayahmu kini tak di sampingmu, bukankah Tuhan begitu dekat dan selalu ada?
Jadi, bertahanlah.
Percayalah bahwa beban yang kini tengah kamu tanggung, ada dan hanya akan ada atas izin-Nya.
Percayalah bahwa bekas-bekas luka yang pernah tercipta akan membuatmu selalu sadar bahwa kamu memang manusia biasa.
Yakinlah bahwa segala bentuk tekanan yang kini tengah menderamu, adalah cara Tuhan untuk membuatmu lebih kuat. Jadi, sekali lagi, melangkahlah.
Bahwa memang selalu ada hal lain yang lebih bijak dari mengenang: membuat cerita baru yang lebih indah.
Overall, novel Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala cocok untuk menjadi pengingat ayah yang telah menjadi bagian dari hidup kita dan memberi segalanya untuk keluarganya.
Selamat membaca ya! ❤️
❤️❤️❤️
Biodata Buku :
Judul buku : Seribu Wajah Ayah
Penulis : Nurun Ala
Terbit : 2022
Tebal : 144 halaman
Penerbit : Grasindo
Download dan Baca Ebook Seribu Wajah Ayah pdf di aplikasi Gramedia Digital
❤️❤️❤️
Sinopsis Buku Seribu Wajah Ayah - Nurun Ala :
Malam ini, kamu dipaksa untuk menengok ke belakang sampai lehermu pegal. Kamu dipaksa untuk berkejar-kejaran dengan waktu untuk kembali memunguti potongan masa lalu.
Beragam ekspresi wajah ayahmu seketika hadir membayang: bahagia, sedih, bangga, marah, murung, kecewa, dan aneka ekspresi lain yang kamu terlalu lugu untuk mendefinisikannya.
Meskipun begitu, kamu yakin betul, masih banyak wajah yang ia sembunyikan di hadapanmu. Juga, yang tak benar-benar kamu perhatikan karena kamu terlalu asyik dan sibuk dengan duniamu.
Ada sesal di sana, tentang ketulusan yang kamu campakkan.
Tentang rindu yang dibawa pergi. Tentang budi yang tak sempat dan memang tak akan pernah terbalas.
Seribu wajah ayah sekalipun yang kamu kenang dan ratapi malam ini, tak kan pernah mengembalikannya.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^