![]() |
Novel Satine - Ika Natassa |
Judul buku : Satine
Penulis : Ika Natassa
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 336 halaman
Terbit : 2024
[Review Buku] Satine - Ika Natassa:
Di jantung kota yang bergerak tanpa henti, dua manusia bertemu melalui aplikasi dating premium bernama Bespoke.
Satine dan Ash berusaha berkenalan setelah wawancara panjang yang membuat mereka match.
"Menyedihkan ya, mau kencan aja harus bayar agency." - Satine
"Apa kabar saya? Mau punya teman ngobrol aja harus bayar agency." - Ash
Satine ingin dating yang proper. Sedangkan Ash butuh teman bicara yang bisa diajak diskusi apapun.
Satine menyibukkan diri dengan bekerja sebagai direktur bank. Ia menenggelamkan dirinya dalam pekerjaan karena hanya itu yang membuatnya bahagia.
Tak ada kesepian yang menghujam, selagi Satine tenggelam dalam pekerjaannya.
Setiap waktu dan tenaga yang ia habiskan untuk pekerjaannya akan membuatnya merasa berharga dan dibutuhkan.
Sayangnya, cinta tak pernah singgah dalam hidupnya. Seolah kata bahagia untuk Satine tak bisa tersemat, jika ia berurusan dengan cinta.
Ash tumbuh dewasa dengan luka masa lalunya yang ia pendam tentang keluarganya.
Ash butuh teman bicara agar hidupnya kembali bermakna. Ia menemukan sosok orang yang bisa diajak bercerita pada diri Satine.
Satine dan Ash berjanji untuk saling berkomunikasi dan terhubung.
Menjadi teman bicara agar mereka tidak semakin tenggelam dalam kehidupan yang monoton. Bekerja terus menerus tanpa henti.
Tetapi bagaimana mungkin dua manusia dewasa tak akan terbawa oleh perasaan, jika berurusan dengan cinta?
Sayangnya, setelah beberapa bulan berlalu, ada kejadian tak terduga yang membuat keduanya merasa perlu berhenti saling bertukar kabar.
Lalu, bagaimana akhir kisahnya?
***
Ika Natassa dengan kepiawaiannya merangkai kata, menghidupkan kesepian dalam bentuk yang paling nyata.
Setiap halaman dalam novel Satine terasa seperti cermin, memantulkan sisi-sisi diri yang sering kali diabaikan.
Ika Natassa menuliskan kegelisahan orang-orang dewasa yang larut dalam ambisi, yang terlupa bahwa dalam kesibukan, mereka sesungguhnya hanya melarikan diri dari sunyi yang mereka takuti.
Buku romance ini akan mengajak pembaca untuk merenungkan makna bahagia dalam kesunyian.
Kesepian yang dirasakan orang dewasa usia 30 tahunan sering membuat mereka tak menemukan tempat untuk bercerita. Padahal menjadi manusia normal dengan kehidupan sosial itu juga ingin dirasakan Satine dan Ash.
Bahasa dalam novel Satine ini mengalir, sesekali sendu, sesekali menusuk kalbu. Dialog-dialognya padat, narasinya membuat aku semakin terkesima.
Kisah Ash dan Satine terasa nyata dan dekat dengan keseharian single usia 30 tahunan. Manusia yang serasa semakin susah menemukan teman bicara.
Satine dan Ash bukan karakter yang sempurna, tetapi justru di sanalah letak pesonanya.
Mereka berbuat kesalahan, mereka mengambil keputusan yang tidak selalu benar.
Aku diajak memahami bahwa kebahagiaan tak selalu berarti memiliki, dan cinta kadang berarti melepaskan.
Akhir kisah mereka serasa seperti menemukan rasa ikhlas dalam kehidupan yang tak selalu mudah
Tidak ada jawaban pasti tentang siapa yang benar dan siapa yang salah.
Hanya ada Satine, hanya ada Ash, dan hanya ada perjalanan yang mengantarkan mereka pada apa yang seharusnya.
Sebab dalam kesepian, dalam kehilangan, kita sering kali justru menemukan diri sendiri.
"Semuanya datang dan pergi termasuk perasaan. Sama seperti bahagiamu, sakitmu ini tidak abadi. Suatu hari nanti, kau akan jatuh cinta lagi pada suatu hal. Pada seseorang. Suatu hari nanti, semuanya ini akan jadi kenangan dan itu cukup. Ini semua akan jadi kepingan masa lalu dan itu cukup." (hlm. 321)
Ash dan Satine menemukan jalan untuk kembali pulang pada jiwa yang rindu kedamaian.
Novel ini serasa menyentil jiwa single and happy kiyowoku. Rasanya seperti ditemani seorang teman yang tahu bahwa hidup kita itu terlalu berharga untuk dinikmati mengejar ambisi.
Perempuan independen pasti related dengan perasaan-perasaan yang dirasakan Satine.
"Satu-satunya cara agar tidak tersakiti, katanya, adalah dengan menerima kenyataan. Bahwa yang dimau tidak selalu akan didapat."
Membaca novel Satine ini membuat aku makin yakin bahwa isi kepala manusia adalah hal yang paling berisik karena ia mengkhawatirkan banyak hal dalam pikirannya.
Kesepian-kesepian, kenangan, impian, trauma, overthinking, semua terekam dalam isi kepala.
Dan semakin banyak hal yang dipikirkan, manusia akan semakin merasakan sunyi. Seperti Satine yang merayakan sunyi dalam dirinya dengan bekerja terus tanpa henti dan menikmati lukisan untuk mengenang sepi.
Overall, rating novel Satine karya Ika Natassa : 4/5 🌟
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^