Langsung ke konten utama

[Resensi Buku] From Flores With Love - Esi Lahur


Judul Buku : From Flores With Love
Pengarang : Esi Lahur
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 2016
Tebal : 256 hlm.
ISBN : 978-602-03-3217-8
Baca di Scoop Premium  
(Join Scoop pakai kode ILARIZK086)

Clarissa kembali liburan dengan teman-temannya, kali ini dengan teman kuliahnya di jurusan antropologi. Bagi Clarissa, perjalanan ke Flores kali ini mengingatkannya dengan kejadian waktu liburan bareng ke Sumatera pas masa SMA. Clarissa yang dulu ditembak sama Krisna kini pun masih penasaran apakah Krisna masih tetap naksir atau sudah jatuh cinta dengan gadis lain. Di sisi lain, Clarissa pun mengalami cinta lokasi dengan teman seperjalanannya, Arthur.

Teman Clarissa lainnya yang mengunjungi Flores selain Arthur antara lain : Genta, Aster, Hendrik dan Yuyun. Mereka berenam mengalami banyak hal menakjubkan selama perjalanan di Flores. Mulai dari Yuyun yang jayus gelagapan pas kena kutukan celana jins bau pesing. Ada Aster dengan segala ketakutannya yang akut. Bikin dia harus sering mengabari kondisinya pada keluarga setiap kali sampai di tempat wisata. Ada juga Genta yang galaknya minta ampun, Clarissa yang cuek dengan kehebohan, Arthur dengan kegamangannya soal cinta, dan Hendrik yang menyimpan rahasianya rapat-rapat. Hendrik si pendiam ternyata juga suka dengan salah satu dari tiga gadis yang ikut dalam perjalanan ke Flores kali ini. Siapa ya yang bakalan bikin Hendrik kesengsem?

Perjalanan seru mereka dimulai dari bandara, saat sampai di Flores mereka dijemput oleh Om Nelson, sopir yang akan mengantar mereka menuju penginapan dan ke tempat wisata yang akan dikunjungi. Clarissa mengontak Krisna untuk mendapatkan info penginapan di Flores, ternyata malah ia dan kawan-kawannya mendapatkan diskon besar untuk sewa penginapan, mobil dan kapal. Hal ini yang bikin Clarissa nggak enak hati karena Krisna jadi ikut mempersiapkan tour bareng temannya.

Perjalanan dimulai dari Desa Moni tempat mereka menginap di Flores pada hari pertama. Dilanjut dengan wisata ke Danau Kelimutu yang bikin penasaran karena bisa berubah jadi 3 warna. Dari desa Moni, mereka melanjutkan perjalanan ke Ende, pemandian air panas Mengeruda atau air panas Soa, kampung bena, foto di belakang Gunung Inerie, Pulau Kelor, Pulau Bidadari, Labuan Bajo, Ruteng, dll. Nah, simak selengkapnya cerita seru mereka di novel ini ya!

***

From Flores With Love adalah novel ketiga karya Esi Lahur yang saya baca. Sebelumnya saya baca From Sumatera With Love. Di novel ini, Esi Lahur menampilkan banyak keseruan yang terjadi antara Clarissa dan teman-teman kuliahnya. Buat saya, di novel ini, Esi Lahur jauh sekali menampilkan sisi lain para tokohnya. Clarissa dan Krisna yang pernah saling naksir di novel From Sumatera With Love kini jadi lebih matang secara emosi. Tokoh baru lainnya juga sama. Seperti Yuyun yang jayus, Genta yang galak, Aster yang pendiam tapi mereka nggak sampe bikin huru-hara dibandingkan From Sumatera With Love yang lebih banyak menampilkan konflik antar tokohnya.

Keindahan Flores terpampang nyata di depan mata ketika saya membaca barisan kalimat yang ditulis oleh Esi Lahur. Buat saya yang belum pernah ke Flores jadi pengen banget main ke sana. Apalagi bisa berkunjung ke banyak tempat wisata yang memorable di Flores.

Ada misi khusus yang disampaikan oleh penulisnya bahwa Flores nggak kalah seru dengan wisata daerah lainnya. Sayang hanya ada sedikit wisatawan lokal yang singgah ke sana. Jauh lebih banyak wisatawan mancanegara alias bule yang main ke Flores. Jadi penginapan di sana juga didesain ala bule. Baik menggunakan pemanas air maupun menu makan ala barat yaitu pancake.

“Kalau di kampung Bena, di tiap rumah penduduk dijual hasil tenun. Di Kampung Todo, hasil tenunan dipajang, dijual, dan digabung di satu tempat.” (hlm. 128) 
“Itu nasi jajan, nasek jejen, nasi khas Pamekasan Madura. Gue pernah makan di acara tetangga gue, orang Pamekasan.  Kalo gue bohong biarin deh gue ntar diuber-uber Komodo” (hlm. 181) 
“Selama saya kerja di kapal, di perairan sini, saya tidak pernah lihat ada komodo mengejar sampai ke kapal. Kalau komodo berenang memang pernah lihat, tapi itu karena diumpan dengan bangkai rusa dan kerbau. Kalau mengejar manusia, saya tidak pernah lihat.” (hlm. 185)

Seru banget denger cerita Clarissa yang ditembak di Pulau Kelor, dengerin celotehan dan ledekan Yuyun yang jayus tapi memecahkan suasana membisu di antara teman-teman lainnya saat di perjalanan. Apalagi selama perjalanan mereka nonstop liburan semingguan di Flores. Buat saya tokoh Yuyun dan Aster yang paling bikin saya semangat kelarin baca novel ini. Hehe. Soalnya kalau nggak ada mereka nggak rame. :P kayak percakapan ini misalnya :

“Kok pakai baling-baling?”, kata Aster 
“Emangnya mau pakai apaan lagi, Ter? Kipas tukang sate Madura? Laporin ya kalo baling-baling bagian sisi lo nggak muter.” (hlm. 20)

Percakapan ini bikin Aster takut, tapi perjalanan jadi terngiang-ngiang. Trus, pas Aster takut sama komodo, dia nggak berani foto dengan latar dua komodo jantan lagi berantem ngerebutin komodo betina. Haha.

Ada juga kejadian lucu waktu Yuyun salah ambil kardus berisi 100 kompiang (makanan khas Flores) yang udah dia pesan dan disimpan di kardus bertuliskan Kak Yuyun. Yaelah, tuh kardus ketuker coba sama kardus orang lain, dan kardusnya udah didedel sama Yuyun cuma ditali lagi tapi tetep nggak rapi. Wkwk. Kenapa ni anak error banget ya. :P


Ada juga keseruan pas mereka berenang di salah satu pulau dan ternyata terungkap rahasia yang disimpan oleh Arthur dari Clarissa dan teman-temannya. Esi Lahur bikin setiap tokohnya jadi benar-benar manusiawi, bukan manusia tanpa cela. Ada yang galak minta ampun kayak Genta tapi baik banget waktu Aster takut dia yang paling sering nenangin. Ada juga Hendrik yang pendiam ternyata punya rahasia terpendam seumur hidupnya. Ada Aster yang ketakutan setengah mati ngadepin tour kali ini tapi bisa mulai belajar buat rileks dan berani. Well ya, perjalanan memang membuat orang menampakkan apa yang tak pernah mereka keluarkan; ketakutan, keberanian, kegilaan, sampai keseruan yang melingkupi mereka selama traveling ke Flores.

“Dan tidak ada rahasia di antara mereka, karena semua yang dibilang rahasia, malah diceritakan ke mana-mana. Jadi semua yang benar-benar tidak ingin tersebar harus disimpan rapat-rapat di dalam hati.” (hlm. 218)

Buat saya, novel Esi Lahur ini bercitarasa catatan perjalanan walau dengan bumbu fiksi. Hehe. Jadi bisa banget deh buat kamu yang penasaran Flores tuh kayak gimana sih? Kamu bisa contek itinerary wisata ke Flores di novel ini. Semuanya ada, mulai dari bayar kapalnya kisaran berapa, hotel yang bagus apa, tempat wisata sampai kuliner Flores yang khas.

Seru banget mengikuti jalan ceritanya, jauh lebih seru dari novel pertama. Mungkin karena tokohnya udah dewasa kali ya (diceritain Clarissa tingkat 3 di kuliahnya), jadi beda aja rasanya membaca novel yang murni teenlit dengan young adult. Harusnya sih novel ini dimasukkan ke genre young adult tapi mengingat ceritanya masih nyambung dengan novel teenlit sebelumnya jadi nggak papa juga sih masuk ke teenlit. Hehe. Dan endingnya antiklimaks. Wkwk. Ada kejadian lucu pas di bab akhir. Bener-bener bikin saya jadi mikir, Esi Lahur cocok banget bikin novel From Flores With Love dengan genre gabungan teen dan travel. Seruu! :D Overall, 4 bintang buat novel ini.


Komentar

  1. Aku suka novel yang bisa menggambarkan suasana panorama yang indah. Apalagi di Indonesia Timur. Jadi berasa di sana ya

    BalasHapus
  2. wah, keren nih bukunya...jadi pengen belii :)

    BalasHapus
  3. Aah...seru banget resensinya.
    Aku pingin bisa nge resensi buku novel seapik ini.
    Bikin orang yang baca gak berasa spoiler, tapi malah tertarik untuk membaca buku ini.


    Haturnuhun mba Ila.
    ^^

    BalasHapus
  4. Baca novel ini sambil bayangin liburan ke Flores. Asiknyaaa

    BalasHapus
  5. Novel yang settingnya aerah kyk gtu kelebihannya bikin kita mengenal daerah itu ya mbak, nambah wawasan jg selain menikmati ceritanya
    TFS

    BalasHapus
  6. Waah..jalan ceritanya seru juga ya...bercerita sekaligus memperkenalkan daerah Flores. Bisa menambah wawasan.

    BalasHapus
  7. Suka kalau ada novel yang mengangkat latar daerah wisata Indonesia. Jadi secara nggak langsung sudah ikutan promosi ya, Mbak plus ngracuni yang baca buat berkunjung ke sana.

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Gadis Kretek by Ratih Kumala

  Judul Buku : Gadis Kretek Pengarang : Ratih Kumala Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Ketiga, Juli 2019 Tebal : 275 halaman ISBN : 978-979-22-8141-5re Rating : 5 bintang Genre : Novel Sastra Indonesia Harga Buku : Rp 75.000 Baca Ebook Gadis Kretek pdf di Gramedia Digital Beli novel Gadis Kretek di Shopee (klik di sini)

[Resensi Buku] Sang Keris - Panji Sukma

  Sang keris Judul : Sang Keris  Pengarang : Panji Sukma Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Pertama, 17 Februari 2020  Tebal : 110 halaman Genre : novel sejarah & budaya ISBN : 9786020638560 Rating : 4/5 ⭐ Harga buku : Rp 65.000 Baca ebook di aplikasi Gramedia Digital ❤️❤️❤️

Resensi Buku Funiculi Funicula (Before The Coffee Gets Cold) by Toshikazu Kawaguchi

  Judul   Buku : Funiculi Funicula Judul Asli : Kohii No Samenai Uchi Ni (Before The Coffee Gets Cold) Pengarang : Toshikazu Kawaguchi Alih Bahasa : Dania Sakti Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan kedua, Mei 2021 Tebal : 224 halaman ISBN : 9786020651927 Genre : Novel Fantasi - Jepang Rating : 4/5 bintang Harga Buku : Rp 70.000 Baca via Gramedia Digital