Judul : Camar Biru ; Cinta tak selalu tepat waktu
Pengarang : Nilam Suri
Penerbit : Gagasmedia
Terbit : Cetakan kedua, 2013
Tebal : viii + 280 halaman
ISBN : 979-780603-0
“Kadang,
saat kita nggak mampu melepaskan orang yang terlalu kita cintai, berarti
kitalah yang harus pergi. Mungkin membalikkan badan dan berlalu lebih mudah dibanding
berdiri diam menatap punggung seseorang yang berjalan menjauh.” (hlm. 269)
Kehilangan menyisakan rasa nyeri di
hati. Saat hati menjadi kelam, kerinduan pada yang telah tiada hanya menyusupkan
rasa sesal. Begitu pun yang terjadi pada Sinar, Adith dan Nina. Sejak Naren
meninggal karena sakit yang mendadak, Nina harus pergi dari rumah.
Di rumah, Ibu masih belum merelakan
anak kesayangannya itu meninggal. Baginya, kehadiran Nina hanya sebuah
kesalahan dalam hidupnya. Melahirkan Nina dan merawat sendirian di negara
orang, membuat Ibu mengalami baby blues.
Yang parahnya, Ibu pun menyesap perasaan benci itu makin menjadi hingga Nina dewasa.
Sedangkan Sinar, sahabat Naren kabur
ke London. Melarikan diri dari kenyataan bahwa Naren sudah meninggal, Ia melanjutkan
kuliah di sana. Saking ingin lari dari kenyataan, Sinar sampai sering mengirim email pada Naren bercerita perihal
apapun.
“Ternyata,
selamanya itu emang terlalu lama.” (hlm. 234)
Hanya Adith yang masih menjaganya,
menemani Nina saat sedih maupun bahagia. Demi Naren, sahabatnya yang merupakan
kakak Nina. Persahabatan ketiganya tak lagi sempurna, pecah berkeping.
Sebuah janji membuat Nina tersentak
dari kesadarannya akan masa lalu. Ia ingat sumpahnya dengan Adith, jika dalam
waktu 10 tahun belum ada orang yang jadi kekasih Nina, Adith akan menikah
dengannya. Sumpah konyol yang akan diwujudkannya menjadi nyata, namun… Nina masih
menyimpan sepotong kisah masa lalu yang membuatnya trauma. Dapatkah hidup Nina menjadi bahagia seperti sebelum Naren meninggal? Bagaimana nasib Sinar yang
sebenarnya mencintai Nina? Siapa yang akan dipilih Nina menjadi penyempurna
jiwanya?
***
Novel karya Nilam Suri ini meski
bertema kelam, namun dituliskan dengan gaya bahasa ngepop. Sehingga tema yang
berat tidak membuat pembaca takut akan masa lalu. Ada optimisme yang ingin
dibangun lewat tokoh Nina yang berubah sejak kehadiran Adith. Bagi Nina, Adith
itu anugerah, yang akan selalu membuatnya bahagia.
Masalah yang kompleks terasa makin
menarik saat POV dipecah menjadi bagian-bagian tiap tokohnya. Adith, Sinar,
Nina. Trauma tak hanya menyisakan penyesalan bagi yang merasakan kesedihan,
tapi juga bagi orang sekitarnya.
Buat saya, novel ini membuat saya jadi tahu bahwa baby blues segitu beratnya ya bagi seorang ibu. Bisa membuat depresi yang berujung pada ketidakbahagiaan dalam hidup. Ditambah lagi masalah yang dialami Nina yang ia simpan selama 10 tahun membuat jiwanya terguncang dan lebih suka menyendiri. Novel ini istimewa karena mampu
membawa pembaca untuk percaya bahwa ada harapan di setiap masalah yang ada. Move on, Dear! Sebab, kamu berhak
bahagia.
Nah, ini quote yang saya suka dari
novelnya. Overall, 3,5 bintang untuk kisah
ini. :)
“Karena
kamu orang yang romantis, Nina. Walaupun kamu kabur sekalipun, sebagai orang
yang romantis, orang yang suka sama
semua kenangan dan saat-saat indah yang pernah kamu alami, kamu akan pergi ke
tempat kamu paling merasa bahagia. Tempat kenangan indah paling banyak dibuat.”
(hlm. 242)
“Mungkin
lo, atau Danish, ngerasa kalau gue sok kuat, sok nutup-nutupin, sok mandiri,
tapi sebenernya gue justru manja banget. Dengan selalu nyimpen sesuatu, dengan
nggak nyeritain semuanya, dengan nahan semua masalah gue sendiri, gue ngasih
diri sendiri pembenaran.” (hlm. 258)
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^