Judul Buku : Hujan
Pengarang : Tere
Liye
Terbit : Januari
2016
Tebal : 320 hlm.
ISBN : 978-602-03-2478-4
Rating : 4/5
bintang
Beli novel Hujan karya Tere Liye di Shopee
Blurb :
Tentang Persahabatan
Tentang Cinta
Tentang Melupakan
Tentang Perpisahan
Tentang Hujan
Resensi Buku Hujan - Tere Liye :
Jangan
pernah jatuh cinta saat hujan, karena jika kau patah hati, kau akan menganggap
bahwa hari-harimu bersama hujan adalah hal sendu yang tak ingin kau ingat. Lail
kehilangan ibunya saat ia berusia 13 tahun, di pagi hari sebelum ia berangkat
sekolah. Saat itu terjadi kekacauan di dunia karena bencana maha dahsyat yang mematikan hampir 90 persen
jumlah penduduk bumi. Bencana ledakan gunung purba yang membuat gempa bumi
dahsyat dan mengacaukan sistem transportasi bawah tanah yang terjadi tanggal 21
Mei 2042.
Bersamaan
dengan bencana besar itu, Lail bertemu dengan penyelamatnya, Soka Bahtera(Esok).
Esok juga kehilangan orang yang dicintainya, empat saudaranya meninggal dalam
kecelakaan di stasiun kereta bawah tanah dan membuat ibunya harus diamputasi.
Ibu Esok pun tak bisa lagi menjalani kehidupan seperti biasanya, ia bergantung
pada kursi roda. Meski begitu, Esok mampu membuat ibunya tetap bisa berdikari
dengan membuatkan toko kue saat ia dewasa.
Esok
dan Lail berkawan baik saat mereka sama-sama menjadi warga di pengungsian.
Hingga kemudian Esok mendapat orang tua asuh yang mampu menyekolahkannya hingga
pendidikan paling tinggi. Esok dan Lail pun berpisah. Sesekali Esok masih
bertemu dengan Lail di stadion dekat taman saat mengunjungi ibunya dan
bersepeda bersama. Namun, kesibukannya kini membuat Esok menjadi orang yang
sangat sulit ditemui hingga Lail hanya bertemu dengannya sesekali.
Kedua
remaja yang bertumbuh seiring waktu itu akhirnya saling jatuh cinta. Namun,
Lail bahkan menyimpan perasaan itu dalam-dalam, tak ingin menunjukkannya sama
sekali meski Esok sangat dicintainya. Bagi Lail, cukuplah menyimpan perasaan
itu untuk dirinya sendiri. Namun, Maryam, sahabat Lail di asrama mengetahui
kenyataan itu. Ia sering meledek Lail bahwa gadis itu sedang jatuh cinta.
Namun, Lail tak ingin menanggapi candaan itu.
Lail
dan Esok menyibukkan diri mereka dengan kegiatan positif sehingga tidak ada
kata pacaran dalam kamus mereka. Lail sibuk menjadi relawan hingga mendapat
penghargaan saat menolong korban banjir, dan Esok menjadi peneliti inti sebuah
proyek pemerintah yang akan diluncurkan dalam waktu dekat.
Sebuah
kejadian mengacaukan hidup Lail, saat ia tahu bahwa Esok sedang dekat dengan
Claudia, anak pak Wali. Juga berhubungan dengan misi dunia baru yang sedang
dibangun oleh pemerintah untuk memindahkan manusia ke planet baru yang lebih
kondusif dibanding bumi.
Lail
ingin agar ingatannya tentang Esok hilang. Ingatan yang berhubungan dengan
hujan. Teknologi masa kini yang dibuat oleh Elijah memungkinkan untuk
merekonstruksi ingatan sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan oleh si
pemilik ingatan. Ingin menghapusnyakah? Jika ia, bagaimana nasib Lail
selanjutnya? Akankah ia menghilangkan kenangannya saat hujan?
Baca juga : [Resensi Buku] Tentang Kamu - Tere Liye
***
Saya
baca novel Hujan karya Tere Liye ini dari tahun lalu, lama banget ya. Udah
setahun lebih, eh, apa dua tahun ya? :D Soalnya beli cetakan yang Januari 2016.
Wkwk. Tapi kok ya waktu itu abis baca belum kepikiran mau ngereview langsung.
Keinget sih ceritanya dikit, tapi mau ngereviewnya belum sempet. Jadi pas sekarang
mau ngereview buku ini di blog, saya harus baca ulang biar ngerti jalan
ceritanya. Walau agak sedikit beda feelnya yah, karena saya udah tahu inti
ceritanya, jadi skip-skip beberapa bagian.
Novel
Hujan ini direkomendasikan oleh mbak-mbak SPG di Gramedia. Wahaha. Iya, waktu
beli saya denger mbaknya ributin soal novel ini, katanya bagus. Yaudah deh
beli. Padahal waktu itu belum kepikiran bakal baca langsung saat itu juga. Baru
deh pas ada waktu luang baca novelnya.
Menurut
saya, waktu pertama baca, feelnya lebih melankolis, kerasa banget aura sendunya
karena pas itu emang saya lagi sedih sih. Baca buku ini jadi lebih sedih lagi.
:P Makanya saya males ngereview pas abis mewek, ntar kerasa banget bahasanya.
xD
Eh,
pas dibaca ulang kok nggak sesedih itu sebenernya. Jadi buku ini emang cocok
buat kamu yang lagi galau karena mengingat kenangan yang ada di masa lampau. Inget
persahabatan, cinta, hujan, melupakan dan perpisahan. Ya, sama seperti di
blurbnya. Novel ini memang membahas kelima unsur itu dengan tokoh utamanya
adalah anak remaja yaitu Lail dan Esok.
Esok
peneliti muda yang disibukkan dengan kehidupannya sendiri. Selalu menjalani
hari-hari dengan optimis. Kayaknya nggak ada galau-galaunya deh si Esok ini.
Dia tipe orang yang perfectlah pokoknya. Udah pinter, baik, cakep. *duuh,
idaman camer. :p
Kalau
Lail ini karakternya rapuh sekali. Ia melankolis sejati yang hanya dengan
mendengar suara dan menghirup aroma hujan, maka kenangan tentang hujan akan
menguar di sekitarnya. Itu sebabnya Lail nggak mau ingat Esok lagi karena
baginya hujan hanya menciptakan ingatan yang memilukan.
Saat hujan pula orang
yang dicintainya meninggal di hadapannya tanpa bisa ia menolongnya.
Saat hujan
pula ia tahu bahwa ia mulai jatuh cinta dengan Esok. Sosok yang lebih sering
mengisi hari-harinya di pengungsian.
Ada
1 tokoh lagi yang wajib diceritain di resensi ini. Siapa itu? Maryam. Gadis
berambut kribo ini bikin saya ketawa deh dengan tingkahnya yang konyol dan
jail. Cewek ini pula yang ngeledekin Lail tentang perasaannya pada Esok. Lail
pernah juga membahas tentang kisah raksasa yang ingin jadi batu di perkuliahan
professornya. Ya tapi kan nggak mungkin Lail mau jadi batu toh demi bisa
menghapus ingatannya. ;))
“Aku tidak terlalu suka kuliah tadi.”
“Kenapa?”
“Ini bukan sesuatu yang nyaman dibicarakan. Kita bicara tentang menghapus ingatan. Bahkan menyakitkan saat mendengarnya. Itu bukan seperti terapi mengobati luka di kaki atau kanker yang ketika lukanya sembuh, maka tidak ada yang hilang. Teknologi tadi tentang mengobati luka di hati. Kenangan yang ketika sembuh, justru kenangan itu hilang.” (hlm. 197)
Bersama
dengan sahabatnya, Maryam, Lail mendaftar menjadi sukarelawan di tim SAR. Ia
mendapat lencana penghargaan saat menolong penduduk kampung yang terjebak
banjir. Mereka berlari menembus hutan tengah malam demi bisa memperingatkan penduduk
desa untuk mengungsi secepatnya. Padahal perjalanannya panjang, 70 km ditempuh
dalam berapa jam saja. Sungguh tindakan yang heroik.
Baca juga : [Resensi Buku] Bumi by Tere Liye
Novel
Hujan karya Tere Liye ini memberi gambaran baik tentang sosok role model remaja. Gini loh
remaja yang jadi panutan, kayak Lail dan Esok yang disibukkan dengan belajar
dan berkarya dibanding ngegalauain kisah cinta yang tak berujung. Toh nanti
kalau beneran jodoh bakalan ketemu kan. Entah gimana caranya. Makanya rasanya saklek juga sih om Tere ngasih gambaran remaja di sini. Perfect ya. Tapi ya
gitu sih, kalau menurut saya kekurangan si Esok cuma satu, dia nggak peka sama
perasaan Lail, sodara sodara. Hahaha. Gemess banget ih! Sumpeh deh, pengin ditabok.
xD
Ada
beberapa quote khasnya Om Tere Liye di novel hujan ini, antara lain :
“Kesibukan adalah cara terbaik melupakan banyak hal, membuat waktu melesat tanpa terasa.” (hlm. 63)
“Meski terasa sakit, menangis, marah-marah tapi pada akhirnya bisa tulus melepaskan, maka dia telah berhasil menaklukkan diri sendiri.” (hlm. 299)
“Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan.” (hlm. 308)
“Bukan seberapa lama umat manusia bisa bertahan hidup sebagai ukuran kebahagiaan, tapi seberapa besar kemampuan mereka memeluk erat-erat semua hal menyakitkan yang mereka alami.” (hlm. 317)
Sebenernya saya mau bahas tentang isu ekosistem yang dibahas di novel Hujan ini, tentang kenapa
ada segelintir negara yang niat banget bikin usaha untuk mengurangi jumlah
penduduk bumi dengan beragam teori konspirasi, tapi rasanya kurang pas karena saya nggak punya data yang valid.
Jadi, ya anggap aja saya sebagai pembaca lagi didongengin sama om Tere Liye tentang isu ekosistem dan alam ini
ya. Karena sepertinya bahasannya bakalan berat banget kalau dibahas juga di
resensi ini.
Oke, udah itu aja deh review singkatnya. Kalau kamu apa sudah
pernah baca novel Hujan ini? Share dong di komentar. ;)
Baca juga : Resensi Novel BUMI - Tere Liye
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^