Judul buku : Autumn
in Paris
Pengarang : Ilana
Tan
Penerbit : Gramedia
Terbit : Juli 2007
Tebal : 272 hlm.
ISBN : 978-979-22-3030-7
Rating : 4/5
bintang
Sinopsis
Buku Autumn In Paris :
Tara
Dupont menyukai Paris dan musim gugur. Ia mengira sudah memiliki segalanya
dalam hidup... sampai ia bertemu Tatsuya Fujisawa yang susah ditebak dan selalu
membangkitkan rasa penasarannya sejak awal.
Tatsuya
Fujisawa benci Paris dan musim gugur. Ia datang ke Paris untuk mencari orang
yang menghancurkan hidupnya. Namun, ia tidak menduga akan terpesona pada Tara
Dupont, gadis yang cerewet tapi bisa menenangkan jiwa dan pikirannya... juga
mengubah dunianya.
Tara
maupun Tatsuya sama sekali tidak menyadari benang yang menghubungkan mereka
dengan masa lalu, adanya rahasia yang menghancurkan segala harapan, perasaan,
dan keyakinan. Ketika kebenaran terungkap, tersingkap pula arti putus asa...
arti tak berdaya... kenyataan juga begitu menyakitkan hingga mendorong salah
satu dari mereka ingin mengakhiri hidup...
Seandainya
masih ada harapan – sekecil apa pun – untuk mengubah kenyataan, ia bersedia
menggantungkan seluruh hidupnya pada harapan itu.
Novel Autumn in Paris karya Ilana Tan versi cover terbaru. Bisa diakses di Google Play Book atau Gramedia Digital |
Resensi Buku Autumn in Paris :
Tara
seorang penyiar radio di Paris, memiliki penggemar baru. Ia tidak tahu bahwa
ada seorang lelaki yang diam-diam mengamatinya dari jauh. Lelaki itu pula yang
membawanya pada kisah cinta yang rumit. Tara awalnya tidak tahu bahwa email
Tatsuya Fujisawa yang berkisah tentang gadis yang ia kagumi -yang ditujukan ke
radionya- adalah tentang dirinya. Ia mengira itu hanya cerita iseng saja yang
tidak berhubungan dengan dua email sebelumnya. Namun, Tatsuya mengatakan gadis
itulah yang ia temui di bandara, yang menyenggol kopernya dengan sembarangan,
yang ia temui di bar, juga gadis yang membuat matanya tak beralih karena meliat
siluet wajah yang mengagumkan.
“Gadis itu... posisi duduknya... kaca jendela besar... sinar matahari menyinarinya... Aku terpesona melihat kombinasi semua itu. Dengan sinar matahari dari luar, sosok gadis itu menjadi agak kabur, gelap, dan memberikan kesan misterius. Aku bisa saja memandangi gadis itu kalau saja aku tidak menyadari bahwa aku sudah punya janji bertemu seseorang hari itu.” (hlm. 29)
Elise,
penyiar radio di kantor Tara rutin menerima surat-surat via email radio itu. Ia
membacakannya pada pendengar radionya. Semakin hari kisah yang diceritakan
Tatsuya makin seru, tapi benarkan ini semua tentang Tara? Gadis yang membuat
Tatsuya mulai menyukai Paris dan musim gugur? Gadis yang membuat ia tidak lagi
merasakan kegetiran kota Paris yang mengingatkannya pada seseorang?
“Kalau boleh jujur, dulunya aku sama sekali tidak suka Paris. Aku juga benci musim gugur. Tetapi, akhir-akhir ini aku merasakan sesuatu yang aneh sedang terjadi. Paris berubah menjadi kota yang indah tepat di depan mataku dan musim gugur juga mulai terasa menyenangkan. Gadis itu yang membuat segalanya berubah. Dia sangat suka kota ini dan sangat suka musim gugur. Mengherankan sekali... Aku tidak pernah menganggap diriku gampang dipengaruhi, tetapi kenapa gadis ini dengan mudahnya membuatku berubah pikiran? Gadis Musim Gugur, bukankah kau sudah janji mau menerima ajakan kencanku? Kau punya waktu hari ini?” (hlm. 83)
Tatsuya
datang ke Paris bukan tanpa sebab. Ia menjelajahi Paris untuk bertemu
seseorang. Seseorang yang mengungkap masa lalu ibunya. Seseorang yang membuat
ia harus menerima kenyataan yang menyakitkan. Benarkah ia adalah anak kandung dari
lelaki Prancis itu? Benarkah ibunya memberikan kenyataan yang sebenarnya?
Tatsuya
masih tak habis pikir dengan kenyataan bahwa ia adalah anak dari seorang lelaki
Prancis yang dicintai ibunya saat muda dulu. Surat dari ibunya yang membawanya
ke Paris. Ia harus bertemu lelaki itu untuk mengonfirmasi kebenaran itu. Tapi
takdir berkata lain. Saat Tatsuya sudah tahu kebenaran itu, ia jusru harus
merelakan kisah cintanya berakhir. Tara, gadis yang ia cintai ternyata adalah
anak dari laki-laki Prancis itu.
Kenyataan
demi kenyataan yang menyakitkan membawa Tara dan Tatsuya pada kisah cinta yang
memilukan. Tatsuya tidak mau meyakini bahwa gadis yang ia cintai ternyata
adalah saudaranya. Tara pun sempat depresi dan histeris saat mendengar
pernyataan itu dari ayahnya sendiri. Ia hampir saja bunuh diri dengan terjun ke
sungai Shein jika tidak dicegah Sebastien, sahabatnya.
“Apakah ada yang tahu bagaimana rasanya mencintai orang yang tidak boleh dicintai? Aku tahu.” (hlm. 233)
“Hidup ini sungguh aneh, juga tidak adil. Suatu kali hidup melambungkamu setinggi langit, kali lainnya hidup mengempaskanmu begitu keras ke bumi. Ketika aku menyadari dialah satu-satunya yang paling kubutuhkan dalam hidup ini, kenyataan berteriak di telingaku, dia juga satu-satunya orang yang tidak boleh kudapatkan. “ (hlm. 235)
Lalu, bagaimana akhir dari kisah cinta Tara
Dupont dan Tatsuya Fujisawa ini?
***
Review menurut saya :
Jujur,
saya penasaran kenapa novel Autumn in Paris ini termasuk novel laris
sepanang masa. Pasalnya, seri 4 musim ini digadang-gadang akan dibuat filmnya,
menyusul novel Winter in Tokyo yang membuat saya jatuh cinta dengan cara
bertutur Ilana Tan dalam novelnya. Ilana Tan mengisahkan kisah cinta
dengan cara yang manis sekaligus pahit. Terkadang lucu, tapi juga ada nuansa
sendunya. Saya tahu novel ini sejak pertama kali terbit, tapi belum berminat
untuk membaca, sampai akhirnya beberapa hari lalu saya memutuskan untuk membacanya.
Well
ya, kesan pertama tetap sama. Kisah cinta yang ditulis Ilana Tan sungguh manis.
Too good to be true. Saya pengin bahas juga gimana cara penulis
menggambarkan karakter Tara Dupont dengan apik. Ilana Tan menggambarkan Tara
Dupont sebagai gadis cantik yang energik, cerewet dan punya rasa ingin tahu yang
besar. Berbanding terbalik dengan Tatsuya Fujisawayang misterius. Justru saya
heran ketika membaca surat Tatsuya karena merasa, kayaknya orang Jepang nggak
seterbuka ini deh sama orang lain. Hehe. Apalagi sampai nulis kisah cintanya di
email lalu dibacakan seantero Paris. Ya kali yaaa. Hahaha :D
Tapi,
herannya sang penulis yaitu Ilana Tan serasa ingin membuktikan bahwa
Tatsuya adalah keturunan separuh Paris (Western) dan separuh Jepang
(Asia) yang bikin karakternya juga lebih terbuka. Tapi dia kan hidup di Jepang
selama ini, rasa-rasanya kok ya aneh aja jadi seterbuka itu dengan orang yang
baru dikenal. Okelah, anggap aja emang Tara bisa bikin Tatsuya nyaman sampai
akhirnya ia seneng banget curhat di radio. Sampai ia lupa kalau ia setengah berdarah
Jepang. Lol. :p
Saya
juga bisa membayangkan angin musim gugur yang membelai lembut di ujung hidung
ketika Ilana Tan melukiskan musim ini dalam sebuah percakapan antara
Tara dan Tatsuya.
“Hari yang indah sekali. Lihat, daun-daun sudah mulai berwarna cokelat. Bagus sekali, bukan? Kami- Sebastien dan aku, maksudku – suka sekali musim gugur. Kau tahu bagian yang paling menyenangkan? Aku paling suka merasakan angin musim gugur di wajahku. Membuat ujung hidup dan kedua pipiku terasa dingin.” (hlm. 58)
Autum in Paris (doc : https://wallpapersden.com/eiffel-tower-in-autumn-france-paris-fall-wallpaper/) |
Meskipun
gambaran musim gugur tidak terlalu banyak dipoles di novel Autumn in Paris
ini, tapi saya cukup takjub dengan cara Ilana Tan menggambarkan bagaimana
depresi dan putus asanya para tokoh di novel ini.
“Mendengar nama laki-laki itu sudah cukup buruk. Melihatnya secara langsung membuat hati dan pikirannya bertabrakan. Melihatnya bersama wanita lain membuat dadanya sesak. Membuatnya mati rasa.” (hlm. 225)
“Satu-satunya yang bisa kulakukan sekarang adalah keluar dari hidupnya. Aku tidak akan melupakan dirinya, tetapi aku harus melupakan perasaanku padanya walaupun itu berarti aku harus menghabiskan sisa hidupku mencoba melakukannya. Pasti butuh waktu lama sebelum aku bisa menatapnya tanpa merasakan apa yang kurasakan setiap kali aku melihatnya. Mungkn suatu hari nanti – aku tidak tahu kapan – rasa sakit ini akan hilang dan saat itu kami baru akan bertemu kembali.” (hlm. 235)
“Sekarang... Saat ini saja... Untuk beberapa detik saja... aku ingin bersikap egois. Aku ingin melupakan semua orang, mengabaikan dunia, tuntutan, ataupun harapan, aku ingin mengaku, “Aku mencintainya.” (hlm. 236)
Yaa....
udah macem mau mati aja. Padahal kalau dipikir-pikir lagi, mereka kan meski
udah nggak saling jatuh cinta sebagai sepasang kekasih, masih bisa bertemu
sebagai saudara. Tapi ya namanya juga novel ya, jadi bagian gimana patah
hatinya Tatsuya dan Tara dibuat sedemikian rupa sehingga membuat pembaca ikut
depresi juga. Huwaaaa~
Jujur,
saya gregetan waktu liat endingnya. Eh, gimana sih ending yang sesungguhnya?
Pas udah bagian si Tatsuya koma, trus mesin indikator detak jantungnya
tiba-tiba membuat garis lurus tanda sang pasien meninggal, saya pikir ya udaaahh, Tatsuya mati gitu ajaaa.
Trus udah dong sediiiih. :(
Uhmm....
Tapi penulis membuat klimaks yang sungguh bikin greget trus mikir, adegan
sebelumnya itu bener ga sih? Hahaha. Apa jangan-jangan kaya sinetron Indonesia
yang bisa direkayasa. Tapiiii, ini kan di Jepang? Masa sih dokter dan paramedisnya
seabsurd itu. Weeyyy xD
Ealah,
pas baca epilognya baru paham deh. Ternyata email yang ditulis di epilog itu
adalah email-email Tatsuya pada Sebastien yang dikirim sebelum ia meninggal.
Email yang sama yang dibaca oleh Tara setelah ia mendatangi apartemen Tatsuya
dan menemukan banyak benda kenangannya bersama Tatsuya.
Fiiuhhh,
rasanya lega sih. Lega akhirnya ending kisah cinta terlarang ini dibikin
bener-bener close ending. Bukan model ending yang menggantung. Tapi
tetep aja saya gregetan pas baca epilognya. Rasanya sakit Tatsuya itu bikin
saya ngrasain sakit yang sama. Huhu *pukpuk
Tatsuya*
Anyway,
jangan-jangan... Tatsuya bunuh diri dari lantai 3 di proyek? Bukan kecelakaan
kerja? Hhmmm.... hanya penulis saja yang tahu sebenarnya gimana. Huhu.
Soalnya yang bagian ini masih bikin saya curiga, jangan-jangan sedesperate itu
Tatsuya sama kisah cintanya. Yaaahh :( Yaudahlah, segitu aja review
novel Autumn in Paris – Ilana Tan. Bye! See you next book review
yaa, temans! ;)
Konfliknya rada sinetron nggak sih?
BalasHapusMeski menurut saya demikian, selama penceritaannya manis dan bagus, layak sih dinikmati kisahnya. Cuma saya lupa, kayaknya pernah baca novel ini. Makanya rada-rada ingat gimana Tara harus menghadapi Tatsuya.
Ini tuh ada adegan Tatsuya jatuh dari tangga dan Tara mesti merawatnya, bukan? Atau adegan itu ada di novel lain ya.