Langsung ke konten utama

Resensi Buku : Ayana Journey to Islam - Ayana Moon




Judul Buku : Ayana Journey to Islam
Penulis : Ayana Moon
Penerbit : Gramedia Putaka Utama
Terbit : Cetakan Pertama, 2020
Tebal : 130 halaman
ISBN Digital : 978-602-06-3945-1
Rating : 4/5 bintang
Baca via Gramedia Digital


Sinopsis Buku :


Ayana lahir dari keluarga mapan dan begitu terpelajar di Korea. Sejak sekolah dasar, ia menjadi murid terpandai yang sangat kompetitif. Melalui kakeknya, ia pertama kali mendengar cerita tentang dunia Islam di Timur Tengah. Cerita itu begitu menarik hatinya sehingga Ayana berusaha mencari tahu lebih jauh tentang Islam.

Ketika mempelajari Islam, ia merasakan kedamaian yang selama ini tidak pernah ia rasakan sebagai remaja yang hidup penuh tuntutan. Ia pun memutuskan untuk menjadi mualaf. Keputusan besar ini mengejutkan keluarga dan teman-temannya. Saat Ayana ingin belajar lebih jauh tentang Islam di luar Korea, keluarganya memutus dukungan finansial. Ia pun harus bekerja di beberapa tempat sambil tetap sekolah untuk mewujudkan cita-citanya. Ayana akhirnya berhasil pergi ke Malaysia, namun keadaan begitu berbeda dari yang ia bayangkan. Ia hampir menyerah dan memutuskan akan kembali ke Korea. Sebelum pulang Ayana sempat singgah di Indonesia, dan di negeri inilah hidup Ayana berubah.

Ayana Journey to Islam kisah perjuangan mualaf Korea yang menemukan makna cinta, arti keluarga, dan jalan hidup dalam Islam.

Resensi Buku :

Ayana ‘Jihye’ Moon, mualaf asli Korea menjadi perhatian masyarakat Indonesia saat media memberitakan tentang dirinya. Gadis Korea ini telah mengalami banyak hal sebelum memutuskan untuk menjadi seorang mualaf di Korea. Saat ini Ayana Moon adalah seorang selebgram dan influencer asal Korea yang juga menjadi brand ambassador Wardah. Ayana Moon lahir 28 Desember 1995 kini usianya 24 tahun.

Setelah menjadi mualaf Korea pun, ia mengalami beberapa kejadian yang menyedihkan. Salah satunya adalah keterbatasan finansial yang dialaminya. Ayahnya tidak terima Ayana masuk Islam diam-diam sehingga menghentikan bantuan finansial untuknya. Selama satu tahun Ayana menyembunyikan kenyataan bahwa ia sudah menjadi seorang muslim.



Ayana Moon tumbuh dalam keluarga yang atheis. Selain itu, keluarga Ayana cukup mapan dan bergelut di dunia politik Korea. Selama ini, ia dibesarkan dalam keluarga demokratis. Jadi, ia kerap berdebat dan mempertanyakan hal-hal yang menarik minatnya. Ayana sudah lama menunjukkan ketertarikan tentang isu-isu Timur Tengah dan Islam.

“Kebiasaan untuk belajar dan cara belajar yang baik mungkin adalah hal terpenting yang diwariskan ayahku untukku.” (hlm. 11) 

“Orang tuaku menyuruhku untuk belajar dengan baik, maka aku menjadikan belajar sebagai caraku untuk melarikan diri dari kepenatan dan sesuatu yang tidak nyaman bagiku. Belajar menjadi caraku untuk menenangkan diri. Hanya itulah yang dikenal oleh orang-orang di sekitarku.” (hlm. 22)

Keputusan Ayana Moon untuk masuk Islam awalnya dimulai dari diskusinya dengan kakek dan pamannya yang sering bercerita tentang Islam. Selain itu, Ayana juga berdiskusi dengan seorang profesor bernama Professor Lee. Profesor ini sering mengisi materi kuliah tentang Timur Tengah dan menulis buku tentang Timur Tengah. Dari Profesor Lee-lah ilmu pengetahuan tentang Islam mulai terbentang di hadapan Ayana.

Ayana Jihye Moon Mualaf asal Korea Selatan

 “Sejak belia, aku sudah dibiasakan untuk tidak pernah takut menyuarakan pendapatku. Bagiku, ini kemampuan yang sangat berguna dalam hidup. I was stubborn, but with a good person.” (hlm. 29)

Ayana mulai rutin mencari informasi di internet, buku dan kuliah umum tentang Timur Tengah dan Islam. Ia rajin mencari di internet dengan keterbatasan bahasa inggris yang dikuasainya. Berbekal pencarian di internet, ia mulai mencari masjid yang bisa dijadikan pusat informasi tentang Islam.
 
“Cerita-cerita yang kudengar dari Kakek itu adalah kali pertama aku bersinggungan dengan konsep agama. Keluargaku bukan keluarga yang beragama. Namun, tiba-tiba aku diperkenalkan kepada dunia yang tidak pernah kuketahui sebelumnya. Ternyata ada sekelompok orag yang percaya pada suatu agama – sesuatu yang tidak bisa dilihat. Mereka bahkan mempraktikan hal-hal yang diajarkan dalam agama  itu – hal-hal yang sepertinya tidak begitu masuk akal. Pemikiran ini, bagiku pada saat itu, adalah hal yang sangat baru. Pemikiran ini membakar rasa penasaranku.” (hlm. 32)

Tak disangka, Islam telah membuatnya jatuh hati. Kedamaian dan ketenangan dalam Islam membuat Ayana Moon memutuskan bersyahadat di sebuah masjid dekat kotanya. Sebuah keputusan paling penting dalam hidupnya telah dimulai. Ia bertaruh dengan risiko yang besar ; penerimaan orang sekitar tentang keislaman dirinya.

Sejak saat itu Ayana Moon memahami bahwa dirinya telah menjadi orang yang berbeda. Sosok yang terlahir menjadi pribadi yang berbeda dibanding dirinya yang dulu. Ayana pun mengganti namanya menjadi Ayana Moon.  Dulu nama aslinya adalah Jihye, nama yang terlalu familiar bagi orang Korea. Ia ingin terlahir kembali menjadi pribadi yang lebih baik dan diingat banyak orang.

“Dengan nama Ayana, aku merasa bisa menjalani hidupku sesuai dengan apa yang aku percayai dan apa yang aku yakini. Mulai hari itu, aku bertekad untuk menjadi Ayana yang terbaik.” (hlm. 55)

Saat Ayana Moon ingin memperdalam tentang Islam, ia mulai sibuk dengan rencananya melanjutkan studi di Malaysia. Ia menabung selama 2 tahun untuk menopang hidupnya. Tapi, sesampainya di Malaysia, apa yang ia harapkan tidak terwujud. Ia kesepian dan kehilangan arah. Ia tidak tahu harus bagaimana mengatasi masalahnya. Studinya berantakan. Selain itu kondisi finansialnya memburuk. Setahun setelahnya, ibunya datang menengok Ayana. Ia meminta Ayana kembali ke Korea karena melihat Ayana tidak bahagia dan menderita. Tubuhnya lebih kurus dibanding sebelumnya.

Namun, perubahan terjadi saat Ayana memutuskan untuk mengunjungi Indonesia dulu sebelum kembali ke Korea. Saat itulah ia diwawancarai stasiun televisi sehingga ia mendapatkan bantuan untuk mencari pekerjaan di Indonesia. Sungguh sebuah keajaiban yang sangat langka.

Kini, Ayana menemukan keluarga baru dalam Islam. Orang-orang Indonesia yang dulu tidak mengenalnya kini membantunya menemukan ilmu-ilmu tentang Islam yang tidak bisa ia akses selama di Korea. Itulah salah satu alasan Ayana tidak tinggal di Korea. Lalu, bagaimana kisah Ayana Moon menemukan Tuhan dalam pencariannya? Baca saja di buku ini ya! ;)

Menurut saya :


Pertama kali melihat berita tentang Ayana Moon gadis mualaf asal Korea yang diliput oleh sebuah stasiun televisi, saya sudah merasa ia akan lama tinggal di Indonesia. Mengingat culture dan budaya Islam lebih dominan di Indonesia dan memudahkan dirinya untuk belajar lebih cepat sebagai seorang mualaf. Ayana yang dulu rencananya hanya singgah di Indonesia sebelum kembali ke Korea, ternyata justru menjadikan Indonesia sebagai tempat ia memulai hidupnya yang baru.

Kini Ayana Moon pun menjadi brand ambassador Wardah, sebuah merk produk kecantikan. Ia pun mendapat banyak tawaran kerjasama di Indonesia. Selain belajar Islam, ia bisa memenuhi kebutuhannya dengan bekerja di Indonesia.

Saya pikir Ayana Moon bukan hanya dikaruniai otak yang cerdas dan wajah yang cantik, namun juga pikiran yang sangat kritis. Hal ini terlihat dari bagaimana Ayana Moon mencari tahu tentang Islam dari berbagai sumber dan mendiskusikannya dengan orang yang lebih berkompeten. Ayana juga berusaha untuk mencari lingkungan yang kondusif untuk mengejar ketinggalannya belajar ilmu islam. Ia haus ilmu yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaannya tentang hidup.

“Aku merasa di Indonesia kisah hidupku lebih dihargai. People actually to listen to my story. Mereka memperhatikan apa yang kukatakan dan benar-benar mendengarkan.” (hlm. 93)

Selain itu, Ayana Moon juga berkesempatan untuk umrah ke tanah suci. Ya, umroh ini dilakukan setelah tujuh tahun menjadi mualaf. Sungguh sebuah pencapaian religius yang luar biasa, karena ia dikaruniai rezeki yang belum tentu didapat oleh orang lain, bahkan yang sudah lama menjadi muslim sejak lahir.

“Selama ini, aku hanya bisa melihat gambar Ka’bah di atas sajadahku. Namun akhirnya, segala sesuatu yang telah terjadi dalam hidupku telah membawaku untuk bisa memandang Ka’bah dengan mataku sendiri. It was so amazing. Allah sungguh Mata Tahu. Tiga tahun sejak percakapan santaiku dengan Farah mengenai umroh, aku sudah bisa berada di sana.” (hlm. 114) 
“Menjalani ibadah umroh telah mengubahku. Aku bisa merasakan setelah kembali dari ibadah umroh, aku menjadi lebih religius secara internal. Ibadah umroh memberikanku waktu untuk mengingat kembali mengapa aku memutuskan untuk masuk Islam sekian tahun yang lalu. Menghayati yang kualami di Mekkah pun membuatku semakin paham tentang apa yang aku yakini dalam Islam.” (hlm. 116)

Overall, buku Ayana Journey to Islam ini meskipun terbilang tipis, namun mampu memberi gambaran bagaimana perjalanan Ayana Moon sampai memutuskan berada di Indonesia dan menjadi seorang muslimah hingga kini.

Buku ini cocok untuk dibaca oleh orang yang penasaran dengan kisah hidup mualaf atau jika kamu ingin mengenal sosok Ayana Moon sebelum hijrah dan masuk Islam yang berbeda dari saat ini, kamu bisa melihat transformasinya di buku ini. Perubahan demi perubahan dialami oleh menjadi sosok yang lebih baik. Sama seperti namanya, ia ingin menjadi versi terbaik dari Ayana.  Ya, 4 bintang dari saya untuk buku Ayana Journey to Islam ini.



Komentar

  1. Wow, sempat lihat beritanya dia mualaf dan sekarang adiknya baca resensi ini makin kepo dengan kehidupannya deh. Makasih ya sudah nulis ini, aku jadi makin pengen beli bukunya Ayana Journey to Islam.

    BalasHapus
  2. Subhanallooooh sekali. Baru baca resensinya saja saya sudah gemetar. Semoga Alloh memberikan keistiqomahan buat Ayana dan orang2 yang mendukung dirinya, amiiin.

    BalasHapus
  3. Subhanalloh sekali. Baru baca resensinya saja saya sudah gemetar. Semoga Mba Ayana, tetap istiqomah.

    BalasHapus
  4. Kebayang ya gimaa perjuangannya menjadi mualaf, tidak mudah untuk bisa menjadi berbeda dari keluarga, apalagi bedanya jauh banget.
    Keren sih, meski ada kabar sekarang dia udah di Korea lagi ya, dan mengalami kesulitan akan masalah hijabnya di sana

    BalasHapus
  5. MasyaAllah udah ada bukunya ya. Semoga Istiqomah dalam beribadah dan tetap kuat dan lancar untuk Ayana

    BalasHapus
  6. Sempat ikuti juga bagaimana perjalanan Ayana Moon ini. Alhamdulillah, semoga kuta yang muslim sejak lahir bisa meniru kwteguhannya menjaga iman walau diuji keterbatasan ekonomi kala itu.

    BalasHapus
  7. Senangnya bisa baca resensi buku Ayanan Journey to Islam by Ayana Moon. Sudah lama penasaran gimana cerita lengkapnya si mualaf cantik asal Korea ini. Ternyata panjang juga perjalanan dan tantangannya menjadi mualaf. Inspiratif!

    BalasHapus
  8. Agak aneh kisahnya
    Jika dia berasal dari keluarga atheis harus nya gak marah jika anaknya masuk Islam
    Agama seseorang tidak hanya terkait keyakinan, juga gengsi
    Beda halnya dengan anak mamah Dedeh, yang diusir karena jadi non muslim

    BalasHapus
  9. MasyaAllah... begitu indah ya jalan hidup Ayana Moon. JAlan hijrahnya sangat nyata. Beruntung Ayana dikaruniai otak cerdas, motivasi yang tinggi untuk selalu belajar mencari kebenaran, sehingga dipertemukan dengan Islam... Semoga istiqomah ya....

    BalasHapus
  10. Wah, amu kok jadi pengen baca Buku : Ayana Journey to Islam - Ayana Moon ini
    Menarik juga perjalanan keislamanan Ayana Moon ini

    BalasHapus
  11. Saya termasuk yang fans sama beliau. Pembawaannya menurut saya tenang dan santun sekali. Smoga Kak Ayana istikomah...
    Salut dengan keputusannya yang berani.

    BalasHapus
  12. Ayana tetap Istiqomah memeluk Islam dan semoga cepat dapat jodoh orang muslim juga biar lanjut buku Ayana journey tahap 2

    BalasHapus
  13. wah bukunya bagus nih ttg org korea yg mualaf yaa, secara kita lg demam korea bgt, bs jd insight yg beda nih

    BalasHapus
  14. Waktu acara mouthwash aku sempet foto sana ayana mba,, adem bangt memang ngeliat m
    Wajahnya. Keren Keputusan Ayana Moon untuk masuk Islam semoga tetep istiqomah

    BalasHapus
  15. semoga Ayana tetap istiqomah dengan iman islamnya yaa. Salfok sama wajahnya yang cantik dan bening banget, seperti melihat artis korea, hehehe

    BalasHapus
  16. Wah baru tahu buku ini. Awalnya aku taunya dari IG, siapa sih Ayana Moon, trus aku keoh soal moon ini apaan sih bulan. Knp dia makai nama itu, eehh ternyata nama marganya kyknya ya haha. Dia cakep banget, aku penasaran gmn cara dia meyakinkan ortunya dan apakah udah diterima? Jawabannya di buku itu yaa, penasaraaaann.

    BalasHapus
  17. Saya pernah ketemu Ayana langsung saat ada event nya Wardah. MashaAllah cantik banget deh. Kulitnya terawat sekali. Orangnya ramah dan terlihat cerdas. Gak tahu kalau ada buku ini. Cus ah cari di Gramedia. Tersentuh dengan ulasan di atas. Gak gampang bagi dia untuk menjadi seorang muslimah hingga ke titik sekarang ini. Inspiratif pastinya.

    BalasHapus
  18. Banyak yang bilang kalau mualaf biasanya taat beragama. Memang gak bisa digeneralisir juga, ya. Tapi, masuk akal juga. Karena biasanya mualaf mengawalinya dengan rasa tertarik, mempelajarinya, baru kemudian memutuskan pindah agama. Jadi pengen lebih tau ttg kisah Ayana Moon

    BalasHapus
  19. Panjang juga proses perjalanannya nih sampai memeluk islam ya. Jadi tertarik buat baca selengkapnya deh. Tapi keren sih dia katanya sejak kecil memang uda berani menyuarakan pendapat maka sekarang pun ketika mau menjadi mualaf pasti kuat banget nyampaikan ke org tuanya.

    BalasHapus
  20. Selalu salut dengan mereka yang masuk Islam setelah melewati proses pencarian. Penasaran juga pengen baca bukunya..

    BalasHapus
  21. Aku pernah dengar cuplikan cerita dia saat berhijrah aja takjub, apalagi kalau baca kisah perjalanan dia seperti sekarang ini
    Walau berat alhamdulilah
    Ayang bisa melaluinya hingga mencapai titik sekarang ini

    BalasHapus
  22. Aku nangis baca buku Ayana Journey to Islam.
    Karena perjuangan seseorang yang ingin mengenal Islam itu begitu banyak tantangannya. Dibandingkan dengan yang sudah diberi nikmat Islam sedari lahir. Semoga Ayana senantiasa kukuh di atas pendiriannya dan diberikan kemudahan hidayah untuk membantu sahabat muslim Korea lainnya yang ingin mullaf juga.

    BalasHapus
  23. siapa sih yang belum kenal Ayana? si cantik dari Korea ini memang terkenal banget di Indonesia ya dan saya jadi penasaran sama bukunya dan ingin tahu lebih banyak tentang kisah Ayana Moon

    BalasHapus
  24. Wah, Ayana Moon. Udha balik ke Korea ya dia. Populasi atheis di Korea itu tinggi banget, kayak Amerika. Idol-idol juga banyak banget yang atheis. Menurutku, justru lebih mudah bagi atheis menemukan hidayah dalam Islam ketimbang seseorang dengan kepercayaan lain. Buku ini sangat inspiratif.

    BalasHapus
  25. Aku pernah ada di suatu event dan minta foto bareng, wow luar biasa lemah lembut bicaranya, awalnya aku gak ngeh dia itu siapa dan gimana jalan ceritanya sampai bisa mualaf dan stay di Indonesia. Ternyata semua dirangkum dalam sebuah buku ya, keren banget hijrahnya totalitas

    BalasHapus
  26. Wah, brand ambasadornya wardah ini ternyata asli Korea toh. Keren udah masuk Islam. Semoga selalu jadi pribadi yang baik ya

    BalasHapus
  27. Ayana ini cantik banget duhh, seneng lihat wajahnya apalagi tertutup hijab gitu. semakin terlihat cantik..

    BalasHapus
  28. Semenjak dia hijarah aku sering ngikutin IG nya. Masyaallah adiknya jg ikut hijrah. Cantik banget ya ayana ni.

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Gadis Kretek by Ratih Kumala

  Judul Buku : Gadis Kretek Pengarang : Ratih Kumala Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Ketiga, Juli 2019 Tebal : 275 halaman ISBN : 978-979-22-8141-5re Rating : 5 bintang Genre : Novel Sastra Indonesia Harga Buku : Rp 75.000 Baca Ebook Gadis Kretek pdf di Gramedia Digital Beli novel Gadis Kretek di Shopee (klik di sini)

Resensi Buku Funiculi Funicula (Before The Coffee Gets Cold) by Toshikazu Kawaguchi

  Judul   Buku : Funiculi Funicula Judul Asli : Kohii No Samenai Uchi Ni (Before The Coffee Gets Cold) Pengarang : Toshikazu Kawaguchi Alih Bahasa : Dania Sakti Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan kedua, Mei 2021 Tebal : 224 halaman ISBN : 9786020651927 Genre : Novel Fantasi - Jepang Rating : 4/5 bintang Harga Buku : Rp 70.000 Baca via Gramedia Digital Beli buku Funiculi Funicula di Gramedia.com

[Resensi Buku] Kado Terbaik - J.S. Khairen

Judul buku : Kado Terbaik Penulis : J. S. Khairen Penerbit : Grasindo Terbit : Cetakan pertama, 2022 Tebal : 260 halaman  ISBN : 978-602-0529-332 Genre : novel remaja Rating : 5 🌟 Harga buku : Rp 89.000 Download Ebook Kado Terbaik J.S. Khairen di aplikasi Gramedia Digital Beli buku di Gramedia.com atau Shopee ❤❤❤