Biodata Buku :
Judul : 52 Reflections of Life
Penulis : Bunda Lily
penerbit : Halaman Moeka Publishing
Terbit : 2012 (cetakan pertama)
ISBN : 978-602-9126-73-0
Resensi :
Buku ini saya dapat dari penulisnya langsung, Bunda Lily
seorang blogger yang sudah menulis beberapa buku juga. Buku ini saya dapat
karena menang kuis di grup webe. Makasih, Bunda. :) 52 Reflections of Life adalah
sebuah buku yang berisi kumpulan kisah yang bertema seputar refleksi kehidupan.
Seperti judulnya, penulis tentu ingin agar gabungan antara berbagai macam tema
yang berputar dalam kehidupan kita selalu bisa kita ambil hikmahnya. Baik
hikmah dari kejadian kecil maupun besar. Dari 52 kisah yang diangkat,
masing-masing menjabarkan tentang makna kehidupan. Bahwa hidup memang memiliki
beragam warna dan tentu setiap orang mempunyai pilihan hidup masing-masing.
Apakah akan menerima refleksi kehidupan ataukah tetap membiarkan kejadian yang
dialaminya menjadi selintas saja tanpa diambil hikmahnya?.
Beberapa hikmah tentang kehidupan bisa kita ambil dari mana
saja, kisah tentang kebijaksanaan hidup yang diterima turun temurun dari cerita generasi sebelumnya, kisah yang bisa diambil hikmahnya dari cuplikan film, kisah
saat kita mengunjungi seseorang teman, dll. Penulis menjabarkan hikmahnya agar
bisa membuat pembaca lebih hati-hati terhadap kehidupan. Agar tak mengalami hal
yang sama yang dialami pelaku di dalam kisah tersebut. Misalnya saja seperti
kejadian di halaman 11: “Ada beberapa alasan yang dapat diselesaikan dengan
menikah tetapi ada juga masalah yang justru baru muncul ketika menikah.
Mengharapkan kebahagiaan ketika menikah, tetapi
tak pernah bersyukur ketika masih sendiri adalah sebuah kesalahan besar.” Juga di bagian ini : “Sahabat, bila spion
ukurannya kecil, karena memang dibuat agar kita tak terlalu jauh melihat ke
belakang. Tak menyesali apa yang ada di masa lalu, dan tak terus-terusan
terbeban karena kejadian yang sudah usai.”
Sayangnya, saya menemukan sesuatu yang membuat saya
berhenti di suatu halaman. Jujur, hal ini membuat saya kurang sreg yaitu penggunaan
kata bermesraan di kamar di kalimat ini, “Namun sayang, suatu hari ketika kapal Rob berlabuh di
sebuah dermaga, Jean yang rindu padanya terpukul melihat Rob di kamarnya sedang
bermesraan dengan wanita lain.”
Juga di halaman yang membahas tentang bercumbu
dan buaya darat. Di kalimat ini misalnya : “Namun begitu, cinta juga tak luput
dari nafsu, karena sebagai manusia yang normal, adakalanya ketika kita
mencintai seseorang kita sangat berhasrat untuk mencumbunya. Cumbu rayu, sebuah
ciuman, dan segala hubungan fisik lainnya akan menyakitkan jika dilakukan tanpa
komitmen.”
Hmm, apakah jika membahas tema komitmen dengan pasangan, "komitmen
akan menjaganya" harus seperti itu? :D
Hmm... jujur, menurut saya, ketika penulis ingin membahas
tentang subtema “bagaimana menjadikan hidup ini lebih berharga” atau subtema “komitmen
akan menjaganya” tak melulu harus membahas hal ekstrim berbau seks tersebut.
Bisa juga untuk tema “bagaimana menjadikan hidup ini lebih
berharga” membahas hal lain semisal : putus sekolah, broken home, dll. Tapi
kalau pun memang harus mengambil studi kasus tentang itu, seharusnya kata yang
digunakan lebih diperhalus misalnya saja hanya kata “selingkuh” tanpa perlu
dijelaskan secara detail bagaimana kejadian selingkuhnya.
Menurut saya, ini bisa mengantisipasi pembaca yang awam
tentang isi bukunya karena tertarik membeli hanya dengan melihat covernya saja.
Karena saya pun belum tahu sebenarnya siapa yang akan disasar oleh penulis
sebagai pembaca buku ini. Apakah pembaca remaja, dewasa ataukah umum? Jika umum
tentu lebih baik jika memberi tulisan itu sehalus mungkin kejadian yang dialami
sehingga hikmahnya sampai, kisahnya pun tak perlu dibahas detail atau bisa juga
dengan mengambil kasus lain yang terpenting hikmahnya sama, bahwa hidup terlalu
berharga untuk disia-siakan. Bukankah ada banyak sub kasus yang bisa diambil
jika lebih jeli? Nah jika memang yang ingin disasar adalah pembaca dewasa, penulis
bisa menuliskan label kategori pembaca dewasa
di belakang sampul untuk menghindari pembaca remaja membaca buku yang belum
waktunya mereka cerna. Sekian saja
resensi dari saya, Bunda. Semoga karya Bunda Lily jadi lebih baik lagi
kedepannya. Aamiin. :)
Ulasan yang bagus La
BalasHapusSemoga Bunda Lily terus menghasilkan karya ya :)
siiip, setuju banget dengan sarannya Ila:) semoga penulisnya is aterus menghasilkankarya yangbermanfaat ke depannya:)
BalasHapusAkhirnya aku bisa buka blog ini *Alhamdulillah
sama mbak, aku juga kurang sreg sama yang terlalu romance :)
BalasHapusjadi pengen punya juga,,,, mungkin bunda Lily memiliki maksud tersendiri memaksikan sesuatu yng berbau seks
BalasHapus