5 April 2015

[Resensi Buku] Misteri Biola Kuno - Sapta Siaga

Judul : Misteri Biola Kuno (Sapta Siaga #10)
Pengarang : Enid Blyton
Penerbit : Gramedia
Terbit : Cetakan keenam, Mei 2012
Tebal : 160 hlm.
ISBN : 978-979-22-7733-3
Rating : 4/5


Pulang dari pasar malam, Sapta Siaga melihat rumah terbakar di atas bukit. Rumah itu milik Mrs. Bolan, penjual kue jahe yang malang. Karena rumahnya terbakar, banyo yaitu alat musik milik Luke -suami Mrs. Bolan- terbakar pula bersama dengan barang lain. Benny, anak lelaki Mrs. Bolan ketakutan saat peristiwa itu terjadi. Ia tidak berani keluar menemui orang lain setelah kebakaran berhasil dipadamkan. Karena kejadian itu, Peter meminta ibunya untuk membantu Mrs. Bolan mendapat tempat tinggal sementara di karavan bekas yang sudah tidak dipakai. 

Beberapa hari kemudian, pakaian orang-orangan sawah di ladang Peter hilang. Lalu colin dan George menyaksikan seorang laki-laki mencuri biola kuno yang dipajang di etalase toko barang antik. Lelaki itu melewati Colin, namun Colin hanya ingat warna pakaian yang tertimpa cahaya bulan. Apakah ketiga peristiwa itu ada hubungannya?

***

Buku seri ke-10 dari Sapta Siaga ini merupakan seri yang tidak terlalu banyak bahaya. Bisa dibilang walau ada bagian-bagian yang mengerikan seperti mendengar suara melolong, dan kaca etalase yang dipecah oleh pencuri, tapi kadar keseramannya jauh berbeda dibanding seri lainnya.

Di awal buku ini memang penulis menghadirkan kisah yang lebih hangat bagi pembaca, seperti bagaimana interaksi antara Sapta Siaga dengan Susie dan Binkie. Juga bagaimana suasana musim semi yang hangat dan nyaman bagi anak-anak. Biasanya Susie dan Binkie akan selalu mengganggu dan tak pernah akur, tapi di awal bab dibahas Susie dan Binkie meski kadang mengacau, tapi kadar erornya sudah tidak separah dulu lagi. Bahkan di akhir cerita mereka saling membantu untuk menyelesaikan masalah.

Di buku ini pula dibahas lagi orang-orangan sawah. Kali ini sebagai perantara untuk menunjukkan siapa pencuri biola kuno yang mencuri di etalase toko. Biola itu menghilang bersamaan dengan hilangnya baju orang-orangan sawah milik ayah Peter. Di buku ini juga dihadirkan tokoh baru bernama Mat, si gembala tua. Meski dulu nama Mat pernah disinggung di seri lain, namun kadar kemunculan Mat di buku ini cukup banyak. Ia juga menjadi orang kepercayaan ayah Peter untuk menangani masalah di lahan pertanian.

Yang agak menyebalkan yaitu saat Susie dan Binkie mengejek Sapta Siaga dengan sajak yang tidak enak didengar. Liriknya membuat orang jadi benci pada Susie dan Binkie. Masalahnya, setelah Colin membuat sajak tandingan, Binkie menangis. Dan kata Ibu Peter yang mendengar Colin menyanyikan sajak itu, sajaknya kelihatan agak jahat. Jadi, Colin malu sendiri karena hal ini. Ada beberapa penggunaan kata yang tidak enak dibaca seperti : tolol, sinting. Beberapa kali diulang di buku. Mungkin penerjemahnya juga tidak punya padanan kata yang sesuai untuk menghaluskan kata itu. Tapi ya… tetap saya bagi saya ini seperti buah simalakama. Anak-anak suka dengan ceritanya, tapi harus belajar untuk memfilter kata tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^

Big Ad