Judul Buku : Mualaf (Inspired by a true story)
Pengarang : John Michaelson
Penerjemah : Barokah Ruziati
Penerbit : Gramedia
Terbit : 2014
Tebal : 352 halaman
ISBN : 978-602-03-0417-5
Rating : 3,5/5 bintang
Sinopsis Buku Mualaf :
‘Why did you decide to become a Muslim?’
This is a question often asked of me.
Whenever I visit a mosque or musholla,
whenever I avoid food and drink due to fasting,
whenever I say ‘Peace be upon you’ to
a fellow brother or sister.
And you know what? I have never
been able to offer a good enough answer.
For I would need to talk of pain and heartache, of family and friendship, of laughter and longing.
And ultimately, of finding love and acceptance in the heart of Indonesia.
Which of course would mean travelling back to the very beginning…
Resensi Buku Mualaf :
John
menghabiskan masa-masa kanaknya dengan penuh masalah. Ayahnya selalu bertengkar
dengan ibunya. Dengan posisi ibunya selalu takut dan ayahnya marah-marah.
Selalu seperti itu, hingga keduanya bercerai pun, John masih sering melihat
ibunya menyalahkan dirinya sendiri atas ketidakmampuannya menjaga pernikahan.
Dulu perceraian adalah hal tabu bagi kalangannya di Inggris. Jadi semua mata
tertuju pada sosok yang tak sempurna itu. Mencaci mengapa hal itu bisa terjadi,
kadang juga menatap penuh rasa kasihan.
Anak lelaki itu akhirnya harus menurut
perintah ayahnya, bersekolah di sekolah asrama. Meski cerdas, sayangnya, ia
justru membuat masalah. Menjadi pecandu dan bandar narkoboy, dikeluarkan dari sekolah,
pindah ke sekolah hingga melakukan zina. Tak banyak yang bisa John lakukan untuk memperbaiki keadaan. Amy yang ia
cintai di masa remajanya menjadi pasangan yang penggerutu, dan mereka pun
berpisah.
John memilih
untuk bekerja keras untuk menghidupi dirinya dan anaknya. Tenggelam dalam
kerasnya pekerjaan membuat ia memilih bekerja di Indonesia sebagai pengajar
bahasa di sebuah kursus bahasa di Jakarta. Tsunami gegar budaya dialaminya
tepat saat pertama kali datang ke ibukota. Klakson bergemuruh seperti orang
marah. Padahal di negaranya, membunyikan klakson mobil menandakan hilangnya
pengendalian diri dan biasanya mengisyaratkan awal perkelahian atau
perselisihan.
Di Indonesia
ia mengenal Nurul, sebelumnya pun ada Karim, sosok muslim yang mengajarkannya
tentang ajaran kebaikan dalam Islam. Karim dan John sering berdiskusi tentang
agama, juga kehidupan yang rumit.
“Minum-minum sepertinya cara yang mahal
untuk kehilangan martabat.”
Kathryn, gadis
yang menemaninya ke Jakarta, malah membuatnya berang dengan selalu mengungkit
masa lalu. Menjadi pemicu hubungan mereka berjeda. John pindah ke pinggiran
kota agar bisa tenang menjalani hidup baru, jauh dari Kathryn.
“Kau selalu bicara tentang apa yang seharusnya dan tidak seharusnya kulakukan di masa lalu. Tapi masa lalu telah lewat dan tak mungkin lagi mengubahnya. Yang dapat kita harapkan adalah berbuat sebaik mungkin untuk masa kini dan itulah yang berusaha kulakukan, dengan atau tanpa bantuanmu.” (hlm. 264)
Di rumah
kontrakan yang ia huni, ia sering mendengar adzan bergema setiap hari, subuh
buta orang-orang berjalan ke mushala sembari menyapanya. Ia juga mengkaji al
qur’an yang tak sengaja ia temukan di ruangan rumahnya. Awal sebuah kehidupan
baru, John ingin masuk Islam. Dimulailah kehidupannya yang tak mudah. Orang
mengira bule sepertinya melakukan hubungan tanpa status dengan Nurul, padahal
ia sudah menikah dengan gadis itu.
Menjawab
pertanyaan “Mengapa kau memutuskan menjadi muslim?” hanya akan membuatnya
menjadi seorang yang teringat pada masa lalu. Mengenang semua penderitaan dan
sakit hati, keluarga, persahabatan, hingga menemukan penerimaan di Indonesia.
Karena itu, buku Mualaf ini hadir, sebuah kisah yang terinspirasi dari kisah
nyata dirinya.
Ada banyak sergapan rasa takut dan kengerian yang ia jabarkan di
novel ini, seolah memberikan sebuah gambaran jelas mengapa hidup damai sebagai
muslim begitu ia dambakan, karena masa lalu yang kelam hanya membawanya melihat
dunia sebagai sebuah neraka sebelum neraka.
Bagi John,
penerimaan orang-orang seperti yang dilakukan pak Sulaeman, tanpa tendensi dan
prasangka apa pun atas alasannya berpindah keyakinan, sungguh bukan sebuah
metamorfosa yang sekejap. John menuangkan kekelamannya agar ia bisa berdamai
dengan dirinya sendiri, perihal masa lalu dan kesalahan yang dibuatnya. Mencari
jalan lurus dalam dunia yang penuh gejolak.
Overall,
novel Mualaf ini patut dibaca untuk mereka yang ingin melihat dunia dari mata seorang
mualaf. Hijrah yang penuh pergolakan batin.