Judul Buku : The Privileged Ones
Penulis : Mutiarini
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Terbit : Cetakan pertama, Maret 2022
Tebal : 248 halaman
Genre : young adult
ISBN : 978-602-0659855
Rating Buku : 4,5/5 🌟
Baca ebook di aplikasi Gramedia Digital
❤❤❤
Sinopsis Buku The Privileged Ones by Mutiarini :
Tugas akhir mata kuliah Publisitas berubah menjadi kompetisi bergengsi yang diadakan oleh Universitas Pandawa dan Change TV. Para mahasiswa harus menciptakan kanal YouTube berkualitas yang mampu mengimbangi gempuran konten sampah yang banyak beredar.
Masalahnya, Rara hanyalah mahasiswi miskin penerima beasiswa dari desa kecil di pelosok Banyuwangi. Kedua teman sekelompoknya pun bisa dibilang mahasiswi rata-rata.
Tidak mungkin kelompok mereka mampu bersaing dengan kelompok Diva yang semua anggotanya terlahir dari keluarga kelas sosialita Jakarta.
Jika diibaratkan perlombaan lari, Rara dan Diva memulai dari garis start yang sama sekali berbeda. Bagaimana mungkin mengalahkan orang-orang yang sejak lahir sudah memiliki segalanya?
Dengan dibantu Giri, seorang psikolog muda, kelompok Rara membuat kanal bertajuk Soul Diary. Mereka bertujuan meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental. Sementara, kelompok Diva membuat kanal Second Chance Fashion yang mengusung tema upcycled fashion demi menjaga kelestarian lingkungan.
Tak disangka, kompetisi sengit itu justru membuka mata Rara akan berbagai kenyataan hidup yang tidak ia pahami sebelumnya. Termasuk, tentang arti privilese yang sebenarnya.
Baca juga : [Resensi Buku] Ten Years Challenge by Mutiarini
❤❤❤
Review Buku The Privileged Ones by Mutiarini :
Rara, gadis manis yang berjuang untuk menyelesaikan kuliah di Universitas Pandawa merasakan kegetiran hidup saat kakaknya mulai mengalami masalah rumah tangga.
Indah, kakak Rara menopang hidup Rara dengan berjualan online di rumahnya sembari mengurus anaknya, Adiba.
Rara baru tahu bahwa kakaknya mengalami masalah rumah tangga yang pelik karena Mas Aryo malah berselingkuh dengan wanita lain dan tak lagi menafkahi Indah. Padahal, sebelumnya Indah harus mau menerima permintaan Aryo yang memintanya berhenti kerja.
Sementara, Rara tidak bisa membayar biaya hidup di Depok jika hanya mengandalkan pemasukan dari kerja part time di kantor bossnya dan menulis artikel untuk web klien.
Rara mendapatkan beasiswa setiap tahun sebagai mahasiswa berprestasi, tapi uang beasiswa saja tak cukup untuk menyelesaikan kuliahnya sampai akhir.
Sementara itu, tugas akhir Publisitas menuntut Rara untuk menyelesaikan project youtube channel Soul Diary yang dianggap sebagai penentu nilai yang sangat prestisius.
Kutipan novel the privileged ones |
Buat Rara, project ini seolah jalan untuk membuktikan bahwa Rara tidak kalah dengan kelompok Diva, saingannya di kelas. Selain itu, Rara ingin mengerjakan project sebaik-baiknya untuk membuktikan bahwa anak orang miskin sepertinya pun masih mampu mengungguli Diva dalam segala hal, meskipun perjuangannya harus dengan berdarah-darah.
"Ra, nggak ada seorang pun di dunia ini yang hidupnya sempurna. Tapi, kalau lo lebih memilih mengasihani diri daripada fokus pada hal-hal yang masih bisa lo perjuangkan, itu artinya menyerah dengan terlalu mudah. Lo bisa saja jadi orang tercantik, terkaya, atau terpintar di dunia. Tapi, kalau lo nggak bisa memanfaatkan itu semua, hidup lo tetap akan percuma.” (Hlm. 185)
Rara dilema dan mulai patah semangat. Akankah ia harus menyerah pada impiannya, sedangkan teman-temannya dengan mudah mendapatkan apa saja yang mereka mau dalam hidup, hanya karena mereka memiliki privilese lahir sebagai orang kaya dan berkecukupan?
Baca juga : [Resensi Buku] From Flores With Love - Esi Lahur
❤️❤️❤️
Menurut saya :
Pernah nggak sih merasa hidup nggak adil karena orang lain mendapatkan apapun yang kamu impikan dengan mudah?
Yups, banyak orang yang merasa bahwa hidup tak adil. Bahkan, di titik terendah pun kita akan disudutkan dengan kenyataan bahwa manusia terbagi dalam berbagai macam golongan dan kasta ekonomi. Inilah yang membuat hidup tak semudah kelihatannya.
"Kadang aku merasa bahwa orang sepertiku, seperti kita, nggak hidup untuk bahagia. Kita hidup untuk sekadar bertahan. Sejak kecil, nggak ada yang bertanya apa yang kusukai. Makanan, pakaian, mainan, semua serba seadanya. Aku harus terima saja. Aku nggak pernah punya pilihan...." (hlm. 52)
Sejak kecil Rara tak punya pilihan untuk menikmati hidup. Segala yang ia miliki selalu tersaji dalam segala keterbatasan. Baik makanan, pakaian, sekolah, bahkan pilihan untuk menentukan jenjang pendidikan selanjutnya pun tak semudah orang lain yang tinggal tunjuk mau kuliah di mana.
Novel The Privileged Ones ini bagus banget. Novel young adult ini berkisah tentang kenapa ada sosok seperti Rara, anak orang miskin yang harus berjuang buat mendapat apa yang diinginkan dengan susah payah. Meskipun dia cerdas dan IPKnya selalu bagus. Tapi, diam-diam Rara selalu khawatir nggak bisa mendapatkan impiannya.
Tapi, di sisi lain ada anak-anak orang kaya yang bisa mendapatkan apapun yang diinginkan. Bahkan, mereka gampang banget bikin project tugas kampusnya dari koneksi orang-orang kaya itu.
Misal: Diva yang bikin project upcycle baju-baju branded bekas dengan memanfaatkan bantuan ibunya yang fashion desainer.
Intinya sih, start larinya aja beda, mau mulai ngejar ya... udah kalah start duluan. Kalah koneksi, kalah sumber daya.
Itulah mengapa orang yang punya privilege jadi menyebalkan di mata Rara karena menjadi penghalang orang miskin untuk loncat kasta secara ekonomi.
Seperti kata bapak Rara,
"Kalau tidak punya uang dan koneksi, tidak bisa jadi apa-apa."
Btw, faktanya dapat kerjaan via jalur orang dalam itu emang nyebelin sih. Yang dilihat koneksinya, bukan kualitasnya. Lol wkwk
Novel The Privileged Ones ini juga membahas isu kesehatan mental yang banyak dialami orang-orang di masa sekarang, tapi susah untuk diungkapkan dan cari solusinya karena keterbatasan ilmu dan informasi tentang hal itu.
Orang kaya raya menganggap isu kesehatan mental bukan hal yang tabu. Bisa dibicarakan, dan dicarikan solusinya ke psikiater atau psikolog. Tapi orang miskin menyelesaikannya dengan cara yang berbeda. Ada ODGJ yang dipasung dan berakhir tragis juga.
"Masalah kesehatan mental dimaknai berbeda pada tingkat pendidikan dan ekonomi yang berbeda pula." (Bab III)
"Jika nasib adalah undian, maka lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang tidak memiliki pemahaman kesehatan mental akibat keterbatasan pendidikan dan ekonomi, telah memastikan takdir terburuk untuk Agung." (The Privileged Ones, Bab III)
Btw, Rara dan 2 temannya membuat youtube chanel Soul Sister untuk membahas isu kesehatan mental. Project ini akan menjadi penentu tugas dari dosennya, karena bebannya 4 sks.
Plus, ada sponsor dari stasiun TV yang akan memberi bonus 50 jt untuk hadiah pemenang pertama. Makanya, Rara berjuang keras biar menang kompetisi. Semata-mata demi menyelesaikan masalah keuangan yang dialaminya.
Tapi, pertanyaannya adalah memang bisa menang kompetisi melawan anak orang kaya yang segalanya bisa dibantu lewat jalur privilege?
Baca juga : [Resensi Buku] The Chronicles of Audy: 4R - Orizuka
Ada part yang nyebelin banget sih. Waktu Indah itu diselingkuhi suaminya. Alasannya karena suaminya yang lagi nganggur ternyata jatuh cinta dengan wanita yang bisa memenuhi ego kelelakiannya.
Sebelumnya, Indah menopang hidup keluarganya dengan bekerja. Tapi suaminya minta Indah resign buat urus anaknya, Adiba.
Sebagai istri sholehah, Indah mau aja nerima permintaan suaminya. Tapi karena dia butuh bantuin adeknya buat kuliah, dia masih kerja dengan jualan online.
Bisnis online Indah laris manis, duit pun ngumpul. Tapi suaminya malah insecure karena Indah bisa menghasilkan uang lebih banyak. Hadeeh
Ajib banget kan nih laki orang. Dikasih istri pinter cari duit, ehh... malah insecure dan selingkuh. Hadeehh. 😓Trus minta Indah berhenti jualan. Eh, tetap aja tuh lakinya nggak balik ke rumah.
Rara baru sadar bahwa kakaknya bukan hanya kehilangan suaminya, tapi kehilangan jati dirinya sebagai seorang yang mandiri dan bisa cari uang sendiri.
"Karena tidak bisa menjadi diri sendiri adalah tragedi terbesar yang bisa terjadi pada seseorang.” (Hlm. 110)
Btw, aku suka novel The Privileged Ones ini karena mengangkat hal yang realistis di dunia orang dewasa muda.
Isunya bukan hanya sekadar isu-isu sosial yang mengawang-awang, tapi memang dikasih solusi sama penulisnya sesuai dengan saran psikolog (ada tokoh psikolog dalam novelnya).
Riset novelnya sangat detail dan peralihan masalahnya ke masalah lain juga sangat smooth like butter. Hehe. Bahkan, kita sebagai pembaca pun akan senang karena disuguhkan dengan banyak study kasus masalah psikologis yang sering dialami oleh orang sekeliling kita.
Jadi kalau nemu ada orang yang punya masalah seperti para tokohnya, kamu bisa kasih saran seperti yang diberikan Giri, psikolog di novel ini.
Ya, meskipun begitu penulis juga memberikan gambaran bahwa dalam mengatasi masalah kesehatan mental juga perlu diagnosa langsung dari psikolog, bukan hanya asal diagnosa sendiri. Tapi selain itu, perlu dukungan dari keluarga dan sahabat untuk pulih dari trauma dan bisa bangkit
"Hampir tidak ada manusia yang bebas dari trauma emosional. Selama kita belum mampu menerima dan memaafkan diri sendiri, orang lain, serta berbagai kondisi di masa lalu, kita akan selalu berjalan dengan membawa luka batin. Luka yang tanpa sadar kita proyeksikan pada orang-orang terdekat dan memengaruhi cara kita berinteraksi dengan mereka. Hal ini kontra-produktif dan hanya akan menciptakan luka baru yang lebih segar."
Selain itu, dukungan orang lain juga perlu untuk validasi emosi yang membantu pasien agar bisa release masalahnya.
Overall, novelnya seru dan page turner. Saya bisa habiskan baca dalam dua hari. Hanya saja, sayang sekali masalah love line Theo yang gay serasa dipaksakan masuk ke dalam alur cerita. Tapi, saya suka dengan konsep novel ini yang membuat pembaca jadi ikut mengenal diri sendiri dan memaknai arti privilese itu sendiri.
Well.... Bagaimana pun kita bisa belajar dari pengalaman orang lain baik dari kisah nyata, buku, film, drama maupun kehidupan itu sendiri.
Nah, tetap semangat ya!
See you next post! ❤️
Kutipan favorit dari buku The Privileged Ones by Mutiarini:
"Hidup bukan tentang mengalahkan orang lain. Hidup adalah tentang menggunakan privilese yang kita punya, apa pun itu bentuknya, untuk berguna bagi orang lain." (Hal 243)
"Siapapun kita, hidup tak akan pernah mudah. Namun, semesta selalu membuka celah bagi mereka yang menolak menyerah."
buku yang sangat menginspirasi ya?
BalasHapusJadi ingat pernyataan IK yang bilang miskin adalah Privilege
mungkin in yang dia maksud ya?
Karena miskin , Rara termotivasi untuk maju
Buku 248 halaman terbitan Gramedia memang selalu menarik dibaca. Desain dan warnanya menarik sebagai pelengkap.
BalasHapusMenarik, ada yg mengangkat privilage sebagai isu sentral sebuah novel YA. Meski sebenernya agak tabu dibicarakan toh sudah jadi rahasia umum misalnya "koneksi mengalahkan prestasi".
BalasHapusLengen baca jadinya, utk tahu alakah Rara berhasil memenangkan kompetisi meski tanpa dukungan privilage dari lahir seperti Diva
Wah, suka sama kutipan yang disertakan di akhir review-nya...Novel yang relate tema-nya dengan kondisi saat ini. Privilege yang dimiliki seseorang yang bikin orang lain yang tak memiliki jadi insecure..padahal semua bisa punya kesempatan yang sama
BalasHapusKeren nih novelnya mengangkat dari cerita yang menurutku banyak terjadi disekitar kita, dunia sepertinya tidak adil. Adanya perjuangan dan kegigihan akhirnya itulah penentu hasil akhir
BalasHapusGak bisa dipungkiri bahwa dunia kerja memang begitu, bahwa apapun pekerjaannya dengan punya koneksi maka segalanya lebih lancar, meski pas²an atau bahkan lebih dalam berbagai hal (#edisicurcol, wkwkwk). Walau sih ada juga yang dikirim secara kualitas
BalasHapusWiihhh cerita ini relatable bgt dgn kisah hidup banyak orang.
BalasHapusPastinya menariiikkk bgt 😍🙏
Wiii, ceritanya related banget sama kehidupan adik saya. Berjuang sendirian saat kuliah dan membuktikan bahwa dia pun bisa sukses. Penasaran sama buku dan detail detail di dalamnya
BalasHapusWah inspiratif bukunya
BalasHapusMemang ya, soal privilege ini jadi pro dan kontra
Privilege bukan sesuatu yang selalu negatif ya
Baca review dan sinopsisnya aja berasa 'tersentil'
BalasHapusIyaps kerapkali merasa hidup ga adil. Sekeras apapun berusaha kadang kenyataan tak selalu sejalan
Novel ini tampaknya cukup menginspirasi arau bisa dibilang cukup relate dgn real life disekitar
Sedih banget yaa..
BalasHapusMemang daya struggling seseorang otu gak sama dan bener, kalau starting pointnya gak sama ya, gak bisa dibeda-bedakan dari segi prestasi dan lain-lain ya..
Novel The Privileged Ones mengajarkan kita untuk bertahan dan berjuang dengan keadaan yang dialami dan berdamai ketika mungkin hasil yang didapat belum sesuai dengan bayangan.
Terkadang, rasanya iri dan merasa tidak adil karena melihat orang lain bisa mendapat hal yang kita inginkan, tetapi malah tidak dimanfaatkan oleh orang itu.
BalasHapusNamun, jika kita bisa memanfaatkan apa yang kita punya, itu sangat hebat dan bisa meraih apa yang kita impikan, semangat!
Benar banget, hidup nggak ada yang sempurna. Pasti banyak masalah yanh dihadapi, semoga manusia sabar dan kuat menjalaninya. Membaca review ini sebagai reminder buat saya.
BalasHapushidup memang gak mudah yaa, masing-masing orang punya "pertarungan" sendiri
BalasHapusjadi penasaran pengen baca bukunya juga nih karena kisah yang diceritakan banyak terjadi di keseharian kita