Featured post

[Resensi Buku Korea] The Plotters Karya Un-su Kim

Judul Buku : The Plotters Penulis : Un-Su Kim Penerbit : Noura Books Terbit : 2020 Tebal : 412 hlm (11 bab) Rating : 4,5/5 🌟 Baca ebook The...

27 Agustus 2024

[Review Buku] Diary of a Void karya Emi Yagi


Judul : Diary of a Void

Pengarang : Emi Yagi

Penerbit : Bentang Pustaka

Terbit : 2024

Tebal : 192 halaman

ISBN : 9786231862839


Baca di Google Play Book


#BacaDigital2024 #TabletBacaRobusta




❤️❤️❤️


Sinopsis Buku Diary of a Void by Emi Yagi : 


Shibata terpaksa pura-pura hamil demi mendapatkan perlakuan layak di kantor. Karyawati itu kini hanya mengerjakan tugas pokoknya. Tak perlu lagi mencuci cangkir karyawan lain atau membuang sampah di kantor. Para lelaki di divisinya pun kocar-kacir.


Kalau bukan Shibata, satu-satunya perempuan di divisi mereka, siapa yang akan membuatkan kopi untuk para klien?


Shibata sendiri sangat menikmati momen-momen kehamilannya. Da rutin mengikuti kelas ibu hamil, bahkan bergaul dengan ibu-ibu muda lainnya. Shibata merasa hidupnya lebih bergairah. Namun, sejauh mana dia bisa mempertahankan kebohongannya itu? 


Lantas, bagaimana jika Shibata tidak lagi mengenali batas antara khayalan dan realitas yang mulai mengabur dalam dirinya?


❤️❤️❤️





Review Buku Diary of a Void karya Emi Yagi : 


Shibata, seorang karyawati di sebuah perusahaan terpaksa berpura-pura hamil demi mengurangi beban kerja yang diberikan padanya. Pasalnya, hanya ia satu-satunya perempuan di divisinya yang bisa disuruh-suruh oleh rekan kerjanya. 


Sebagai pegawai, tak hanya pekerjaan utama yang harus dikerjakan. Shibata juga harus membereskan pekerjaan tak bernama yang sering ditujukan padanya. Seolah ia merangkap sebagai seorang pelayan tanpa uang lembur. 


Kadang ia merasa lelah dan sebal, ketika rekannya menunjuknya seolah ia adalah microwive atau kopi. Padahal namanya bukan itu.


Demi mendalami peran sebagai ibu hamil, Shibata pun menulis diary kehamilan. Ia mencatat perkembangan janin dan perasaan yang dialaminya. 


Selain itu, Shibata juga berkenalan dengan para ibu hamil lainnya di tempat latihan senam aerobik. 


Di sanalah, Shibata mengenal teman-teman barunya yang memiliki keluhan yang sama sebagai ibu hamil. 


Tanpa disadari ada perubahan dalam diri Shibata. Ia mengalami perut yang kencang, kelelahan fisik, dan perasaan yang mood swing menjelang persalinannya. 


Lalu, sebuah kejadian mencengangkan muncul saat ia bercerita dengan temannya. Hal ini membuat Shibata mempertanyakan apakah ia benar-benar ingin hidup dalam kepura-puraan selamanya?


🍓🍓🍓


Novel Diary of a Void mengisahkan Shibata sebagai perempuan metropolitan yang kesepian dan hidup dalam kepura-puraan. Sikapnya ini sebenarnya bertujuan untuk melindungi dirinya dari beban kerja yang tak manusiawi. 


Sejak ia menyatakan dirinya hamil, Shibata tidak perlu membuat kopi untuk tamu, mencuci cangkir, membuang sampah, mengedarkan makanan ke meja, mengangkat barang yang berat, bahkan diperbolehkan pulang tepat waktu.


Selain itu, ia juga pernah mengalami pelecehan verbal dari rekan kerjanya yang menganggap ia masih lajang dan bisa diajak "bersenang-senang". 


Shibata adalah gambaran perempuan pekerja dalam masyarakat patriarkis dan seksis di Jepang.


Yang menarik dari buku ini : gambaran perempuan hamil yang sangat realistis, yang seolah memberikan petunjuk bagi perempuan di luar sana untuk merenungkan lagi makna hamil dan menjadi seorang ibu. 


Saat perempuan hamil dan melahirkan, ia berjuang sendiri hingga titik jenuh melanda. 


Laki-laki tak akan mengerti seberapa melelahkannya berjuang untuk tetap waras mengasuh bayi yang terus menerus menangis sepanjang hari.


Saat baby blues dialami temannya, Shibata jadi tahu perempuan melahirkan juga sering merasa kesepian dan tidak diapresiasi. 


Kelelahan psikis dan fisik pasca melahirkan membuat perempuan merasa perjuangannya sia-sia. 


Konflik di novel ini terbilang kompleks, menggambarkan bagaimana Shibata mewujudkan "halusinasi" nya menjadi kenyataan. Rasanya kayak diajakin hamil bareng Shibata. 😅


Btw, seperti yang Shibata bilang pada temannya, kadang aku juga nggak tahu bagaimana harus bereaksi, saat teman lain bilang melahirkan dan mengasuh anak semelelahkan itu. 


Yaaa... Karena walaupun sama-sama perempuan, pengalaman hamil dan melahirkan hanya bisa dirasakan oleh ibu bayi tersebut. 


Orang lain tak akan bisa paham rasanya ada di posisinya. Karena hamil dan melahirkan memang pengalaman yang sangat personal antara ibu dan bayi. 


"Sudah begitu, banyak orang seperti suamimu, mertuamu, bahkan orang tuamu yang berkata jahat kepadamu, sampai kau ingin bilang kepada mereka untuk tukar posisi denganmu. Tapi, mereka tidak bisa menggantikanmu, karena mengerti saja tidak. Karena mereka bukan kau. Aku yang saat ini ada di hadapanmu pun tidak akan benar-benar mengerti rasa sakit, derita, dan kantuk yang sedang kau alami, Hosono."


So far... buku Diary of a Void menyentil sisi lain kaum pekerja lajang ibukota di Jepang yang terjebak culture bekerja yang tak kenal waktu dengan beban kerja yang tinggi dan teman yang toxic. 


"Tapi, di sisi lain, aku juga heran kenapa banyak yang suka ikut campur. Padahal tidak benar-benar peduli, tapi suka asal bicara dan menilai. Segala hal yang beda dengan dirinya dibilang aneh atau entah apa, pokoknya berisik. Amat berisik, membuatku merasa sangat sendiri dan rasanya jadi nyaris lupa aku ini siapa."


Novel Diary of a Void ini juga menyindir orang-orang sekitar ibu hamil yang kadang hanya peduli pada kondisi bayi tanpa pernah memberi ruang yang luas bagi ibu untuk sejenak menikmati hamil dan mengasuh anak dengan bahagia.


Emi Yagi menggambarkan kondisi di mana masyarakat Jepang memang tidak terbiasa bersimpati pada ibu hamil. Meski sudah ada cuti hamil, cuti berbayar, dan sederet kemudahan yang diberikan kantor, tetap saja ini jadi tanda tanya besar, apakah benar Jepang akan kehabisan ide untuk mengajak kaum mudanya untuk memperbanyak keturunan? 


Yaa... Mengingat beban kerjanya yang bertumpuk dan stereotipe bahwa perempuan bekerja hanya menghabiskan uang suami. Rasanya hamil dan melahirkan di Jepang memang butuh ekstra sabar, extra tenaga, dan extra uang ya. 🥹


Btw, novel Diary of a Void ini meraih penghargaan Osamu Dazai 2020 juga lho. Bahkan sudah diterbitkan di beberapa negara.  


Pace alurnya sangat lambat, dan temanya sangat kental unsur feminisme. Novel ini juga detail menggambarkan sisi lain dunia kaum pekerja di Jepang yang penuh dengan tekanan kerja. 


Ada juga adegan yang terkesan absurd dan mengaburkan pandangan pembaca hingga saya bertanya-tanya, "Jadi tadi itu apaaa? Jadi itu nyata atau khayalan ajaa?" Wkwk. 


Well, buat kamu yang suka novel Japan Literature (J-Lit) yang mengusung isu feminisme dibalut adegan surealis pasti bakalan suka dengan novel ini Diary of a Void karya Emi Yagi ini. 🤩


Overall, rating buku Diary of a Void : 4/5 🌟

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^