Cover Mari Bicara |
Judul : Mari Bicara : kumpulan 100 kisah menghangatkan hati tentang menjalin komunikasi dari dan untuk pasangan suami istri indonesia
Editor : Alberthiene Endah
Penerbit : Gramedia
Tahun : 2010
Tebal halaman : 324 halaman
Pernahkah berseteru dengan seseorang yang sangat kamu cintai? Saya pernah meski baru calon saja, bukan suami, dan buku ini
hadir tepat saat saya sedang mengalami masalah rumit soal komunikasi itu. Saya hanya bingung
saja, mengapa buku ini justru hadir saat saya sedang bermasalah, awalnya karena
buku ini diberikan oleh Mbak Haya Aliya Zaki. Buku ini merupakan kumpulan 100
kisah menghangatkan hati tentang menjalin komunikasi dari dan untuk pasangan
suami istri indonesia. Mari bicara bukan hanya slogan, tapi sebuah fakta yang
diungkapkan oleh 100 orang yang menulis kisah ini.
Saya
hanya heran mengapa tak dulu-dulu saja saya membaca buku ini saat semuanya
baik-baik saja. Nyatanya memang Tuhan sedang berbaik hati menawarkan sebuah
solusi yang tepat waktu. Meski tak melulu akhirnya bahagia, tapi saya jadi tahu
bahwa untuk menjadi pasangan yag baik itu harus saling membaikkan pasangan.
Juga terpenting menjaga komunikasi dua arah, bukan hanya satu arah saja. Apa
artinya bersama jika komunikasi hanya berjalan satu arah saja? Kebayang kan
rasanya ngobrol sama orang tapi ga digubris? Yang satu teriak kencang ketika
marah, yang satu menanggapi pula dengan nada emosi. Saya sungguh merasakan saat
itu, meski belum jadi suami istri, tapi pasangan saya pernah pula saya bentak.
Dan rasanya sungguh-sungguh tak nyaman. Hiks
Saya
pernah dengar bahwa kunci kelanggengan cinta dengan pasangan itu karena ada
rasa saling menghormati antara kita dengan pasangan. Ketika rasa hormat itu tak
ada, hilanglah sudah cintanya. Apa pun alasannya, jika sudah menjadi istri, istri harus nurut dan ikut
suami. Istri harus pintar "membaca" suami, keinginan suami, dsb. Komunikasi dengan suami itu penting,
klo kesulitan, ajak bicara suami baik-baik. Kalo suami selingkuh, ya jangan
dibalas dengan selingkuh balik. Doakan suami supaya kembali.
Di buku ini
dibahas tentang seni berbincang efektif dengan suami untuk membahas aneka
masalah dalam rumah tangga. Ah, iya. Saya serasa masuk ke dalam sebuah sekolah
pernikahan. Yang kata teman saya, pernikahan itu tak melulu indah, dan kita
harus siap dengan segala konsekuensinya. Setiap kali mendengar pernikahan saya
justru mengernyit dahi. Rasanya saya memiliki banyak trauma sehubungan dengan
komunikasi dengan pasangan. Mungkin inilah saatnya untuk belajar berbenah diri.
Asal perempuan adalah lembut, dan lelaki pun bisa mengayomi, maka sebenarnya
keduanya bisa menyatu untuk saling bicara dari hati ke hati.
Di buku ini diceritakan pasangan saling legowo dan terbuka dengan kondisi masing-masing.
Misalnya saja ada kekurangan di finansial, baiknya istri bicarakan, tak diam
saja. Sama-sama mikirin bareng-bareng. Karena sebenarnya, rumah tangga itu
dibangun atas dasar kerjasama, bukan tuan dan babu. Saya pun merasakan kisah
penulis di buku ini, seperti kisah para istri dan suami mengerti perannya
masing-masing. Dan lebih indah jika memahami bahwa kesalahan bisa dibenahi,
tidak ditinggalkan begitu saja jika bersalah. Iya karena manusia bukanlah
tempat kebaikan-kebaikan saja yang bermuara, tapi juga memiliki khilaf.
Pada akhirnya
bila komunikasi bisa menjembatani dua manusia untuk saling mencintai, tentu
dunia mereka jadi lebih indah. Seperti yang dikisahkan mba Haya, “Ia berniat menyisihkan waktu untuk
berdialog denganku, meski hanya masalah-masalah kecil saja. Kami lebih
memperhatikan kemauan pasangan. Kadang kami makan di luar atau nonton film
berdua saja.”
Iya, ternyata
mengubah sesuatu dan menyatukan pendapat bisa kita awali dengan satu langkah
kecil untuk mendapatkan perubahan-perubahan besar. Ternyata, meluangkan waktu untuk berbincang
dari hati ke hati lewat secangkir teh dan obrolan hangat membuat hati lebih
sejuk. :)
Jumlah kata : 570 kata
Diikutsertakan dalam #5BukuDalamHidupku
Eaaaa......mari bicara sambil ngeteh
BalasHapusIntinya komunikasi dua arah ya La :)
hehe, iya begitulah, mba esti. kalo salah satu diem memang harus ada yang ngalah untuk mulai intens berusaha membuka jalur komunikasi lagi :D
HapusAku udah lama pengen banget baca buku ini, tapi ga dijual di toko buku ya La?
BalasHapusmungkin kalo pesen via toko buku online masih bisa, mba eky. tapi kalo di toko buku konvensional udah ga ada
Hapus