Biodata Buku :
Judul : Lorong Seratus Hari
Penulis : Ary Nilandari
Penerbit : Tali Kata Publishing
Terbit : Juni 2011
Jumlah Halaman : 154
ISBN : 978-602-8906-79-1
Rate : 4/5
Sinopsis Buku :
"Lorong alami berbentuk huruf S. Lima belas menit untuk menyusurinya dari ujung ke ujung. Tapi kalau kamu percaya, lorong itu secara ajaib bisa bercabang banyak, seperti labirin. Kamu bisa tersesat di dalamnya selama seratus hari."
Beno bertubuh lentur dan jago akrobat. Dulu, bakatnya pernah dimanfaatkan si Muka Pucat untuk menjarah rumah orang. Setelah masa-masa sulit itu, kini Beno hidup tenang bersama Paman Radi yang menyayanginya. Beno bersekolah dan Paman Radi membuka bengkel. Namun lina tahun berselang, Muka Pucat yang mestinya dipenjara tiba-tiba muncul lagi. Ia mengancam Beno dan Paman Radi agar kembali bergabung dalam aksinya.
Dalam kawalan ketat penjahat, Beno berusaha mencari bantuan orang-orang terdekat. Apakah mereka akan percaya ceritanya? Apakah mereka akan bertindak? Pencurian dan penyanderaan kemudian berlangsung seperti adegan film. Tapi ini bukan film, ini benar-benar terjadi pada Beno. Dalam cengkeraman Muka Pucat, Beno berpikir dan bertindak cepat. Ia lari ke Lorong Seratus Hari.
Resensi Buku :
Buku petualangan ini saya dapatkan ketika berburu buku di tempat langganan saya. Rasanya takjub aja melihat buku ini pertama kali. Apalagi mengangkat tema petualangan anak-anak. Begitu saya buka dan baca, saya jadi tahu bahwa tema yang diangkat benar-benar luar biasa, seperti lima sekawan yang pernah saya baca waktu kecil dulu. Apalagi target usia pembaca yang dibidik adalah usia seperti tokoh utamanya yaitu Beno yang berusia 11 tahun.
Beno bertubuh lentur memiliki kemampuan akrobat yang mengagumkan. Dia bisa dengan lihai melenturkan tubuhnya tanpa menghasilkan bunyi, persis seperti akrobat yang biasa dilihat di pasar malam. Ia bersama pamannya meninggalkan Jakarta dan tinggal di Bandung. Setelah 5 tahun, seseorang mencari Paman Radi di bengkelnya. Beno yang sempat curiga karena pamannya menyuruhnya untuk pergi bersama Kang Hilal mengantar koran pagi, akhirnya tahu bahwa ada yang akan datang. Ternyata ia yang selama ini selalu menghantui kehidupan Beno dan Paman Radi, yaitu si Muka Pucat. Penjahat yang seharusnya dihukum di penjara ternyata melarikan diri.
Si Muka Pucat berulah lagi, ia meminta tolong Paman Radi untuk membantunya menjarah rumah orang kaya lagi. Tapi Paman Radi tak mau. Hanya saja, si Muka Pucat menggertak bila tidak dituruti, nyawa Beno sebagai taruhannya. si Muka Pucat ingin ini yang terakhir kalinya ia melakukan bersama Paman Radi. Ia ingin agar aksinya bisa mengecoh polisi, sehingga polisi mengira ada kawanan baru yang sedang mengintai, dan bukan kawanan si Muka Pucat. Akhirnya, Paman Radi menyanggupi dengan syarat setelahnya tak ada aksi lagi.
Paman Radi berdiskusi dengan Beno untuk membuat rencana menjebak si Muka Pucat. Beno pun mengusulkan untuk lari dan bersembunyi ke lorong seratus hari. Sebuah lorong yang ajaib kata orang. Siapapun yang percaya keajaiban lorong itu, ia akan ada di lorong tersebut dan bisa melihat cabang lorong. Jika cabang itu ditemukan untuk kembali menemukan ujung lorong butuh waktu 100 hari. Lalu, apakah aksi terakhir si Muka Pucat akan berhasil? Apakah Beno dan kawanan penjahat itu bisa keluar dari lorong misterius itu dengan selamat?
Saat saya membaca buku ini saya menemukan pesan yang penting yang ingin disampaikan penulisnya. Everything happen for a reason. Segala sesuatu itu terjadi karena alasan. Sejahat apapun seseorang, seperti Paman Radi yang pernah melakukan kejahatan, ia pasti memiliki alasan.
Bahasa dalam novel ini seperti bahasa khas novel terjemahan. Mungkin karena penulisnya biasa membaca novel-novel terjemahan kali ya. :D
Ketegangan cerita terasa dari awal sampai akhir. Logika dalam novel ini sudah bagus. Seperti misalnya mengapa seseorang bisa membantu Beno, dijelaskan dengan detail dan itu muncul tanpa terburu-buru. Kalo dalam istilah sastra, harvest plant, menyebarkan banyak kode dan tanda untuk dibaca sebagai tanda akan kemana jalan ceritanya. Saya suka ketika Paman Radi menjelaskan alasan mengapa ia berhutang budi pada ibu si Muka Pucat. Ada aroma rindu yang hadir dalam keluarga kecil itu.
Ketegangan cerita terasa dari awal sampai akhir. Logika dalam novel ini sudah bagus. Seperti misalnya mengapa seseorang bisa membantu Beno, dijelaskan dengan detail dan itu muncul tanpa terburu-buru. Kalo dalam istilah sastra, harvest plant, menyebarkan banyak kode dan tanda untuk dibaca sebagai tanda akan kemana jalan ceritanya. Saya suka ketika Paman Radi menjelaskan alasan mengapa ia berhutang budi pada ibu si Muka Pucat. Ada aroma rindu yang hadir dalam keluarga kecil itu.
Lalu, mengapa lorong seratus hari itu memang ajaib? Penulis bisa menyisipkan pesan bahwa ada kemampuan alam gaib yang tidak kasat mata yang memang benar ada. Penulis bisa meyakinkan pembaca lewat dialog-dialog yang dibentuk sehingga pembaca makin percaya akan kekuasaan Allah.
Sepertinya pemilihan istilah "si Muka Pucat" untuk mengganti nama seseorang itu ada alasannya. Mungkin agar pembaca anak-anak tidak terpaku pada nama seseorang yang dijadikan penjahat dan tidak trauma terhadap nama itu kali ya? :D
Sepertinya pemilihan istilah "si Muka Pucat" untuk mengganti nama seseorang itu ada alasannya. Mungkin agar pembaca anak-anak tidak terpaku pada nama seseorang yang dijadikan penjahat dan tidak trauma terhadap nama itu kali ya? :D
wa nice post, kayanya bagus tu bukunya :)
BalasHapusiya bagus bukunya :D baru baca sekarang padahal terbitan lama, hehe
HapusPenulisnya biasa menerjemahan novel-novel asing :))
BalasHapushehe, pantesan beda, bun :D
HapusWogh, penasaran pengen baca nih jadinya! Selalu suka buku petualangan anak.
BalasHapusSemoga nanti bisa ketemu buku ini :)
iya keren lho, kak. semoga segera ketemu ya :D
Hapus