Cover Kana di Negeri Kiwi |
Biodata Buku :
Judul Buku : Kana di Negeri Kiwi
Pengarang : Rosemary Kesauly
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2006 (cetakan keempat)
Tebal buku : 160 halaman
Kategori/Category : Fiksi Teenlit
ISBN : 979-22-1271-X
Sinopsis :
Tak pernah terlintas di benak Kana bahwa dia harus pindah ke Negeri Kiwi. Itu berarti dia harus meninggalkan Yogyakarta, kota asalnya, dan Rudy, cowok yang dicintainya. Tapi apa boleh buat, mau tak mau Kana harus menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya: ayah yang dikenalnya setelah usianya lima belas tahun, teman-teman baru, sekolah baru, kebiasaan baru, dan yang lebih penting pengalaman baru.
Untung ada Jyotika. Gadis imigran India yang cantik jelita ini langsung menjadi teman baik Kana. Namun di tahun keduanya di Negeri Kiwi, Kana mulai merasakan berbagai perubahan. Banyak masalah yang membuatnya pusing. Berat badan yang naik, tugas-tugas yang menumpuk, obsesinya pada Rudy yang tidak pernah berakhir, dan lebih parah lagi Jyotika, yang selalu diandalkan sebagai tempat curhat, tiba-tiba menjauh. Jyotika menjadi cepat tersinggung dan selalu menghindar. Apa yang terjadi? Bosankah dia menjadi temannya? Ataukah karena akhir-akhir ini Kana sering jalan bareng Tsunehisa, cowok Jepang kece di sekolahnya, yang juga cowok favorit Joy?
Resensi :
Orang tua Kana sudah bercerai. Kana terpaksa tinggal di Selandia Baru setelah ibunya memutuskan untuk menikah lagi. Ayah Kana memintanya untuk tinggal bersamanya di Selandia Baru, sebuah negeri yang tak pernah terlintas dalam benak Kana. Jyotika, Kana, dan Tsunehisa tiga tokoh utama dalam novel teenlit ini bersekolah di Riverdale College. Ketiganya terlibat dalam sebuah kisah yang tak biasa. Persahabatan yang terjalin ternyata membuat Jyotika salah paham menganggap bahwa Kana jatuh cinta dengan Tsunehisa. Padahal, Kana masih menyimpan kenangan tentang mantan kekasihnya, Rudy, yang tinggal di Indonesia.
Kana yang jadi siswa baru akhirnya memiliki sahabat bernama Jyotika. Ya, seperti yang sudah diduga di sinopsisnya, bahwa Kana memang memiliki masalah dengan berat badannya yang menurutnya kelewat over dari standar yang seharusnya. Kana sering mengeluh pada Joy, sampai akhirnya ia menyesali pertanyaannya itu. Sebuah kejadian pelecehan seksual yang dialami Jyotika membuat Kana akhirnya memilih untuk bersyukur dengan segala yang ia miliki saat ini. Termasuk terhadap tubuhnya yang tak sesuai harapannya. Siapa sangka, akhirnya karena kejadian yang dialami Jyotika ini, Kana pun akhirnya membuat supporting group bernama R.A.S.A. Akankah akhirnya Jyotika sembuh dari traumanya? Bagaimana selanjutnya kisah cinta Kana dan Tsunehisa? Apakah Kana akan move on dari Rudy, mantannya?
Ada beberapa quote yang saya suka :
"Ingat baik-baik, Kana, nilai A bukan segala-galanya. Ada banyak hal yang lebih berarti dalam hidup."
"Kadang orang-orang yang kita sayangi memang melakukan sesuatu yang menyakitkan kita, tapi kau harus menyadari bahwa itu karena mereka bermasalah. Jadi tidak selalu berarti mereka membuang kita."
"Tapi kalau kau benar-benar sahabatku, kau pasti mau menulis surat padaku tak peduli apakah aku akan membalasnya atau tidak."
Membaca buku ini serasa membaca sebuah novel terjemahan. Bahasanya yang kaku tapi sarat pesan moral membuat saya mau tak mau memberi rating bagus untuk teenlit ini. 4 bintang. Wajar kalau akhirnya novel ini memenangi Juara 1 Lomba Novel Teenlit Writer 2005 yang diadain Gramedia Pustaka Utama. Tema ini ditulis penulisnya agar para remaja bisa menjaga dirinya, menghargai dirinya dan berani melaporkan orang yang bersalah ketika mereka mengalami kejadian seperti yang dialami Jyotika.
Dalam novel ini, karakter tokohnya tergambar kuat, juga setting Selandia baru serasa nyata sekali. Saya seperti diajak berkeliling ke Selandia baru, merasakan suasana Riverdale College hingga aroma muffin di Caffe tempat Kana dan Tsunehisa bertemu. Suka karakter ayah Kana yang memberi kebebasan pada putrinya tapi tetap menasihati dengan cara yang santun. Meski temanya yang diangkat berat, namun ditulis dengan gaya bahasa yang ceria dan ringan, sehingga bisa dibaca dalam sekali duduk.
Dalam novel ini, karakter tokohnya tergambar kuat, juga setting Selandia baru serasa nyata sekali. Saya seperti diajak berkeliling ke Selandia baru, merasakan suasana Riverdale College hingga aroma muffin di Caffe tempat Kana dan Tsunehisa bertemu. Suka karakter ayah Kana yang memberi kebebasan pada putrinya tapi tetap menasihati dengan cara yang santun. Meski temanya yang diangkat berat, namun ditulis dengan gaya bahasa yang ceria dan ringan, sehingga bisa dibaca dalam sekali duduk.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^