Judul Buku :
Beasiswa Erasmus Mundus : The Stories Behind
Penulis :
Dina Mardiana, dkk
Penerbit :
Nulisbuku.com
Terbit : 2011
Tebal : 193
halaman
ISBN : 978-602-99349-2-2
Rating ; 4/5
Beasiswa seringkali menjadi idaman
bagi mahasiswa yang ingin mendapatkan kesempatan belajar dengan biaya gratis. Bisa
dibilang, setiap kesempatan pasti selalu ada sepanjang tahun. Hanya saja, apa
kita siap untuk mengambil kesempatan yang berserakan itu? Impian akan menjadi
kenyataan jika diiringi dengan usaha dan juga doa. Sama halnya dengan yang dialami
oleh para mahasiswa yang tergabung dalam alumni Erasmus Mundus(EM). Mereka
membagikan pengalamannya selama belajar dan menyerap budaya di negara-negara
Uni Eropa lewat buku Beasiswa Erasmus Mundus : The Stories Behind ini.
Bagi orang yang pernah merasakan interaksi
dengan warga negara asing saat liburan di luar negeri, akan sangat berbeda jauh
jika kita tinggal di sana dalam rangka belajar. Sebab lebih banyak adaptasi
yang harus dilakukan demi berlangsungnya pendidikan hingga program selesai,
sekitar dua tahun. Budaya, bahasa, culture
shock, dan serangkaian kisah menarik lainnya saat berburu beasiswa Erasmus mundus
bisa didapatkan di buku ini. Mulai dari pengalaman berburu beasiswa, menghadapi
perkuliahan, menjelajah kuliner Eropa yang enak sampai yang ekstrim seperti makan
tiram hidup-hidup, menyetir di kursi kemudi yang berbeda dengan di Indonesia,
menyaksikan pertandingan bola di Milan, mencicipi Churros, membagi waktu antara
kuliah dengan mengurus keluarga, sampai bertemu mantan sekjen PBB, Kofi Annan.
Semua pengalaman itu dibagikan oleh ke limabelas penulis di buku ini.
“Beasiswa
buat saya lebih dari sekadar pengalaman satu atau dua tahun hidup dan menabung
di luar negeri. Bagi saya, beasiswa adalah sebuah masa pembelajaran, tidak
hanya sebatas pembelajaran akademik tetapi juga pembelajaran dan pembentukan
karakter. Persiapan memperoleh beasiswa tidak terbatas pada mengumpulkan
dokumen dan menulis motivation letter, melainkan semuanya berawal dari
penanaman konsep yang dilakukan oleh orangtua saya selama bertahun-tahun, bahwa
pendidikan adalah kunci untuk keluar dari kemiskinan, merupakan sebuah
investasi yang mahal tetapi tidak akan
merugi, yang harus dikejar dengan ketekunan, keberanian, tanpa patah semangat
dan banyak berdoa.” (halaman 36)
Nominal beasiswa program Erasmus
Mundus ini memang terbilang besar dibandingkan beasiswa sejenis, sehingga terlihat tinggi prestisenya dan tingkat kesulitannya untuk
masuk dan bisa menembus seleksi termasuk ketat. Menyasar warga negara dunia
ketiga, beasiswa ini memang ditujukan untuk warga negara berkembang, seperti Indonesia.
Nah, diharapkan ilmu yang didapat bisa digunakan untuk mengembangkan
pengetahuan yang ada di negara asalnya setelah program selesai.
Perlu diperhatikan juga saat mengisi
motivation letter, “Seringkali banyak pelamar beasiswa
menuliskan hal yang muluk-muluk di motivation letter yang justru membuat
aplikasi mereka kelihatan tidak realistis.” (halaman 30) Di perkuliahan, ada
sistem konversi pula dari SKS ke ECTS, seperti pengalaman yang dialami Yansen
Darmaputra. Ia sudah menempuh S1 sebanyak 144 sks di Indonesia, sedangkan
standar S1 di Eropa adalah 180 ECTS. Sebab itu perlu dilakukan konversi dari
SKS ke ECTS untuk memastikan bahwa ia mempunyai gelar S1 yang diakui Italia sehingga
layak untuk diberikan gelar S2 bila lulus nanti. (halaman 182)
Beasiswa EM mencakup biaya kuliah,
biaya hidup dan keperluan pindah negara selama periode studi sebesar kurang
lebih 24 ribu euro/tahun. Untuk beasiswa ini memang memungkinkan mahasiswa
untuk bisa belajar di dua atau tiga negara selama program. Jadi, satu semester
dilakukan di satu universitas negara yang tergabung dalam konsorsium, lalu
semester selanjutnya akan dilakukan di negara lainnya. Ada yang mengambil di
negara Jerman, Belanda, Belgia, Italia, dll. Sistem belajar di Eropa membuat mahasiswa
harus pro-aktif untuk menjalani studi.
Buku ini memang berisi pengalaman
para alumni yang sudah menjalani program EM yang ditulis dengan gaya bahasa
unik setiap penulisnya. Ada yang menulisnya dengan gaya santai, ada pula yang
mirip esai. Namun, kembali kepada konsep awal buku ini, beasiswa ini hanya akan
didapat oleh orang yang siap menerimanya dengan segala persiapan yang matang. Nah,
siap berburu beasiswa EM? Baca saja buku ini. ;)
Wah... buku yang harus dibaca para mahasiswa pemburu beasiswa. Ada gak ya beasiswa buat emak-emak. Heheheh... kangen sekolah lagi nih. TFS. ^^
BalasHapusHai Ky.. maaf baru bisa balas dan datang berkunjung :D
BalasHapusApa Kabar??
seneng banget kayaknya kalau dapet beasiswa. Saya jadi kangen sekolah hihi
BalasHapusuedan bisa belajar di dua atau tiga negara? itu rezeki luar biasa. saya suka kutipan2nya :D thx sharingnya
BalasHapus