Judul Buku :
Safe Secret Deposit Box
Penulis :
Izzati
Penerbit :
DAR! Mizan
Tebal : 204
halaman
Terbit : Cetakan
Ketiga, Agustus 2010
ISBN :
978-979-066-116-5
Rating : 4/5
Resensi Buku :
Yang
penting, kamu ingat saja. Semakin besar ukuran rahasiamu, kamu harus semakin
pandai mengunci mulut. Makin besar rumah dan makin banyak harta, makin besar
pintu dan kuncinya. Kira-kira seperti itulah.
Sharafina Labiba, siswa kelas 9,
yang biasa dipanggil Sher sering menjadi tempat curhat temannya. Curhatan itu bersifat
rahasia ala anak remaja dan itu artinya Sher harus mau berjanji untuk
menyimpannya seorang diri agar tak ada orang lain yang tahu hal itu. Dia
dipercaya teman-temannya untuk menyimpan rahasia, menjadi bank rahasia terbesar
bagi mereka mulai dari rahasia umum, rahasia kecil sampai rahasia megabesar.
Bayangkan bila akhirnya suatu hari Sher harus menjaga rahasia seseorang yang
paling menyebalkan menurutnya. Apakah dia akan bisa menjaganya?
Orang
yang membuat Sher selama ini sebal adalah adiknya sendiri, Soraya alias Aya.
Aya siswa kelas 7 hanya berjarak dua tahun dari usia Sher. Tapi dari
perkembangan kepribadian, Aya jauh melampaui pencapaian kakaknya. Itu sebabnya
Sher merasa minder sekaligus bingung menghadapi adiknya. Aya tipe sensible : bijaksana, berpikiran sehat,
selalu melakukan hal positif, tapi juga membosankan menurut Sher. Adiknya bukan
tipe pengacau sepertinya, jadi Aya susah diajak main. Lebih tepatnya, Aya
dewasa sebelum waktunya. Ini yang membuat Sher gelagapan karena dia sebagai seorang
kakak jadi tak tahu bagaimana harus memperlakukan seorang Aya.
“Untuk apa
kau merasa takut kepada adikmu sendiri? Kau harusnya percaya diri pada potensi
yang kau miliki, bukannya malah minder melihat apa yang kau tidak punya.”
(halaman 193)
Aya
tahu bagaimana memanfaatkan liburan untuk hal berguna, bergabung dengan klub
bahasa Inggris. Beda dengan Sher yang terpaksa harus menurut pada mama. Mama
menyarankan Sher agar mengambil pekerjaan yang ditawarkan oleh Tante Frenda di
sebuah perpustakaan miliknya. Di sana Sher bisa membaca buku untuk
mempersiapkan ujian sekolahnya sekaligus melakukan kegiatan yang menyenangkan. Di
sana, Sher berkenalan dengan teman baru bernama Titani dan juga bertemu dengan
seorang anak laki-laki bernama Vivaldi (Valdi).
Tak
disangka, saat liburan itulah Aya mulai menunjukkan perubahan dalam dirinya,
dia terlihat seperti bukan Aya yang selama ini dikenal Sher. Sering menelepon
malam-malam, bahkan sibuk dengan gadget. Kakaknya, Lintang juga sedang sibuk
menghadapi seleksi untuk mendapatkan beasiswa. Hingga suatu hari, Sher tahu apa
rahasia yang disimpan Aya. Meski Aya meminta Sher bersumpah untuk menyimpan
rahasia itu, dapatkah Sher benar-benar berjanji menepatinya?
***
Buku
seri Pink Berry Club ini merupakan karya Izzati. Setelah baca di bagian biodata
buku, saya baru tahu bahwa buku ini cetakan ketiga di tahun 2010. Sebuah
pencapaian yang cukup wow ya untuk seorang penulis anak. Apalagi dia sudah
menulis 13 buku.
Novel
yang dilengkapi dengan ilustrasi ini, ide cerita yang diangkat oleh penulisnya
memang unik. Apalagi seperti yang kita tahu, dunia anak remaja memang penuh
dengan dinamika. Mereka mengalami transformasi dari anak-anak menjadi remaja.
Belum masuk ke tahapan orang dewasa, tapi di sinilah masa pencarian jati diri dimulai.
Anak
remaja di masa puber akan mulai mencari figur siapa yang akan dia ikuti sebagai
seorang idola. Semacam sebentuk kekaguman yang normal untuk seusia mereka. Tapi
bagaimana bila kekaguman itu muncul bersamaan dengan ketertarikan secara fisik
dan juga kepribadian? Misalnya saja seperti yang disebutkan di buku ini. Aya
diam-diam menyimpan perasaannya pada Vivaldi alias Valdi. Kagum itu muncul
karena Valdi tampan dan juga cerdas. Di sinilah, penulis memberi penjabaran ide
cerita menjadi lebih matang dan terkonsep. Anak remaja menemukan kekaguman pada
diri lawan jenisnya, dan ada peran seorang kakak untuk bisa memantau
transformasi sang adik.
Warna
persahabatan yang tulus dimunculkan lewat karakter Sher dan Titani membuat
cerita jadi menarik. Titani membiarkan Sher menjadi dirinya sendiri, tidak
menghakimi juga bijak dalam bersikap. Sher yang ceplas ceplos sukses menjadi
kakak yang mulai berubah dimulai dari perubahan sikapnya terhadap Aya. Dia
mulai memahami tanggungjawab seorang kakak.
“Memang jangan
langsung minta maaf, padahal kau baru mengalami perang mulut yang hebat. Beri
dia waktu untuk menenangkan diri. Kalau kau buru-buru mau menyelesaikan
masalah, padahal Aya masih kesal, dia jadi makin marah kepadamu, lho.” (halaman
84)
Penulisnya
juga memberikan gambaran seperti apa anak remaja yang seharusnya. Penuh
prestasi, disiplin tinggi, aktif, dan penuh rasa ingin tahu. Jika demikian,
jika orang tua tahu potensi remaja tadi, maka mereka bisa diarahkan menjadi
pribadi yang lebih baik. Penulisnya juga mengambil setting yang tak biasa, yaitu perpustakaan yang tak sekuno yang
dibayangkan. Tujuannya mengajak anak untuk mulai menyukai perpustakaan. Di
akhir cerita juga ada peran seorang ibu yang menjadi tempat paling nyaman
bercerita anak-anaknya.
Secara ide, cerita ini terkemas
dengan rapi. Konfliknya juga terjaga ritmenya dari awal hingga akhir, membuat
saya mau menamatkan buku ini dalam waktu singkat. Padatnya ide yang ingin
disampaikan penulis tak membuat saya bosan justru kagum dengan idenya yang antimainstream. Salut! Empat bintang
untuk novel ini. ;)
sebagai ortu yang punya calon anak remaja..
BalasHapuskudu menjadi contoh yang baik ya, biar jadi tokoh idola anaknya :D
makasih ila ripyu nya :)
wah, kayaknya layak baca nich
BalasHapusTeh Ila keren nih disini buku semua isinya hehe
BalasHapus