Judul Buku :
Resep Panjang Umur
Penulis :
Muhammad bin Ibrahim An Naim
Penerbit :
Qaula (Smart Media)
Terbit :
November 2009
Tebal : 230
halaman
ISBN :
978-979-1082-89-1
Rating : 4/5
“Jika umur seseorang mencapai enampuluh tahun.
Maka separuhnya berlalu pada waktu malam (untuk tidur) dan separuhnya lagi
berlalu tanpa diketahui. Sedangkan sisanya berisi kebingungan dan kesibukan.“
Benarkah
umur seseorang dapat bertambah? Sebuah pertanyaan krusial yang membuat saya
berpikir lama saat membaca sinopsis di belakang buku ini. Apalagi umur bukankah
memang sebuah ketetapan yang sudah digariskan oleh Allah? Maka, apa maksud dari
judul buku ini?
Umur
seseorang setiap tahun berkurang seiring waktu. Selain kesibukan yang
bertambah, bertambah pula pemahaman dan pengalaman hidup. Namun pemahaman hidup
pun belum tentu bisa membekali diri kita dengan sesuatu yang berarti. Di
sinilah urgensi sebuah amalan yang dilakukan selama kita hidup yang membuat
diri kita lebih bermanfaat. Dalam hal ini, anggap saja usia kita dengan orang
lain sama, misal 40 tahun. Ada yang usianya sama dengan kita namun produktif
berkarya, ada juga yang hanya menjalani sisa hidupnya dengan hal yang sia-sia.
Buku
ini lebih menitikberatkan pada amalan yang membuat kita mendapat umur panjang,
umur yang meski hitungan angkanya sama namun dalam segi kualitas jelas lebih
baik. Umur panjang bisa didapat dengan empat resep utama yaitu akhlak mulia,
beramal dengan pahala yang berlipat ganda, amal yang berpahala terus mengalir
setelah wafat dan memanjangkan usia dengan efisiensi waktu.
Resep
pertama yaitu akhlak mulia. Akhlak mulia membuat manusia berbeda dengan makhluk
Allah yang lainnya. Akhlak yang baik lagi mulia akan membuat kita disenangi
makhluk Allah di langit dan di bumi. Apa saja yang harus dilakukan? Yaitu
silaturahim, perangai baik, dan baik pada tetangga.
“Barangsiapa
yang ingin diluaskan rezeki dan dipanjangkan umurnya, maka sambungkanlah
silaturahim.” (HR Abu Hurairah)
“Lakukanlah
silaturahim walau hanya sekadar mengucapkan salam.”(HR At Thabrani dan Baihaqi)
“Malaikat
Jibril senantiasa berwasiat-agar senantiasa berbuat baik– kepada tetangga,
sampai-sampai aku menyangka tetangga termasuk kepada ahli waris.” (HR. Bukhari)
Resep
kedua yaitu beramal dengan pahala yang berlipat ganda. Yaitu : shalat, haji dan
umrah, menjadi muadzin dan menjawab adzan, shaum, menggapai lailatul qadar,
jihad, beramal shalih pada sepuluh hari bulan Dzulhijah, membaca al Qur’an,
istighfar dan membantu orang lain. Kita seringkali menganggap bahwa shalat,
puasa, haji, dll itu adalah sebuah kewajiban. Sebenarnya ada hikmah-hikmah dari
setiap ibadah itu bila kita mengamatinya. Misalnya saja, haji dan umrah dapat
menghilangkan dosa dan kefakiran dalam diri kita.
Lalu,
dalam shalat ada pula hal yang tidak saya tahu sebelumnya. Bahwa ada ampunan
Allah dalam ucapan “aamiin” yang diucapkan saat imam mengucapkan itu. Bila
ucapan “aamiin” tadi berbarengan dengan “aamiin”-nya para malaikat, maka dosa
kita yang telah lalu akan diampuni.
Begitu
pun dengan keutamaan shaf pertama dalam shalat.
“Sesungguhnya
Allah dan malaikat bershalawat kepada (jamaah) yang berada di shaf pertama.” Para sahabat bertanya,“Bagaimana dengan shaf
kedua, ya Rasulullah?” Rasul saw menjawab, “Sesungguhnya Allah dan malaikat
bershalawat kepada (jamaah) yang berada di shaf pertama.” Para sahabat bertanya lagi, “Wahai
Rasulullah, bagaimana dengan shaf yang kedua?” Rasul saw menjawab, “Dan bagi
shaf yang kedua.” (HR. Ahmad)
Resep
ketiga adalah sedekah, mendidik anak shalih, dan mengajarkan pengetahuan pada
orang lain. Resep keempat adalah melakukan efisiensi waktu agar banyak hal
dapat dikerjakan semasa hidup, hingga bekal di dunia untuk kembali ke akhirat
pun akan banyak dipanen setelahnya. Efisiensi waktu bisa berjalan dengan baik
manakala kita sering bertaubat pada Allah, hingga akhirnya menyadari bahwa
hidup di dunia hanya sebentar saja.
Lalu,
dalam buku ini juga diajari bagaimana membuat usia produktif kita menjadi lebih
bermakna. Kita harus menyadari ada hal yang sering menjadi penghancur kebaikan,
misalnya saja ujub dan sombong, mendzalimi hak-hak orang lain dan kejahatan
abadi yang akan membuat manusia sengsara. Bukankah lebih menyenangkan bila saat
kita meninggal, maka terhenti pula dosa yang kita lakukan?
Buku
ini memberikan pemahaman baru bagi saya tentang urgensi umur panjang.
Penulisnya menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami,. Bahwa umur panjang
pun bisa kita usahakan dengan membekali diri dengan kebaikan-kebaikan berlimpah
dan menghindari dosa. Maka, jika amalan ini dilakukan, hidup akan lebih indah,
berwarna dan tentu saja bermanfaat bagi sesama. Kekurangan yang saya rasakan
hanya di bagian cover yang kurang soft, terlalu abstrak dan warna yang terlalu
gelap sehingga kurang menarik bagi saya sebagai pembaca. Overall, 4 bintang untuk buku bermanfaat ini.
buku bagus kayaknya nih :D
BalasHapusIya, Mak Hana. Minjem di perpus, terbitan lama. Hehe. :D
Hapuskalau terbitan lama, kira2 masih ada gak ya di toko buku? Semoga masih :)
BalasHapustersentuh sob:)
BalasHapussalam kenl deh,
follback ya..
Saya lagi cari buku yg kisahnya tentang preman ali kubra..pernah baca itu cuman dimna yg jualnya..atau baca diinternet dimna ya.soalnya keliling sdh gak ketemu
BalasHapusWah, kurang tahu kak. Soalnya belum pernah dengar tentang Ali Kubra itu
Hapus