Judul Buku :
Macaroon Love
Pengarang : Winda
Krisnadefa
Penerbit : Qanita
Terbit : 2013
Tebal : 264 hlm.
ISBN : 978-602-9225-83-9
Sinopsis :
Kalau
ada satu hal yang paling aku benci di dunia ini, itu adalah namaku, Magali.
Kalau ada satu hal yang paling kusuka di dunia ini, itu adalah makanan. Padu
padan makanan menjadi passion-ku. Sebagai seorang food writer, aku selalu
mencari cara untuk memadukan resep. Harus berbeda, jangan mainstream.
Jadi,
betapa kagetnya aku saat ketemu Ammar. Bukan saja dia berprofesi sebagai koki
seperti ayahku, melainkan dia juga memberikan suguhan yang berbeda. Di Suguhan
Magali, resto yang namanya sama persis dengan namaku.
Dan
saat Ammar menyajikan Macaroon Tower warna-warni, dia seakan mempersembahkan
nuansa warna hatia padaku. Mampukah aku menerimanya? Maukah aku?
Resensi Buku :
Magali
selalu mempertanyakan mengapa ia harus memiliki nama yang aneh pemberian Jodhi,
ayahnya. Nama yang membuatnya selalu ditatap dengan beribu pertanyaan oleh orang
yang ditemuinya. Itu sebabnya ia selalu mengucapkan make a wish setiap perayaan
ulang tahun, “Andai namaku bukan Magali”. Tapi pikirannya berubah drastis saat
ia bertemu dengan lelaki bernama Ammar yang mirip Adriano Zumbo di sebuah restoran cepat saji.
Ammar
yang memiliki selera makan yang aneh, sama sepertinya menawarinya dan Beau,
sepupu Magali untuk singgah di restorannya. Bukan sebuah kesengajaan saat
Magali justru datang ke restoran Ammar saat ia datang bersama dengan teman
SMA-nya, Flora yang ia temui di metro mini. Flora mengajak makan dan di dekat
pemberhentian Flora melihat sebuah restoran yang ternyata namaya sama dengan
Magali, Suguhan Magali.
Nasib
mempertautkan keduanya dengan makin intens ketika Magali akhirnya menawarkan pada Ammar untuk mewawancarainya seputar restorannya untuk rubrik wisata
kuliner. Tak disangka liputannya justru diterbitkan oleh Glamz, majalah
lifestyle yang beroplah tinggi. Magali diminta membuat konsep untuk rubrik baru
di majalah itu dan jika idenya diterima ia akan menjadi pegawai tetap. Magali
meyakinkan ayahnya bahwa ia sangat bahagia menjalani pekerjaan sebagai
freelance writer meski dengan gaji pas-pasan.
Hidup
Magali berubah saat beragam peristiwa terjadi dalam waktu singkat, sepupunya
yang menjauh, ayahnya yang mengalami kejadian buruk, karir Magali yang stagnan sebagai
freelance writer di majalah gratisan, dan sikap Ammar yang membuat Magali
merasa menjadi orang yang berbeda. Dapatkah Magali menghadapi semuanya?
***
Novel
Macaroon Love karya Winda Krisnadefa merupakan karya yang diterbitkan dari naskah
unggulan lomba penulisan romance qanita. Novel yang bernuansa kuliner ini
menyajikan konsep yang anti mainstream, seperti pemilihan nama tokoh yang beda,
pengetahuan tentang kuliner yang unik, juga jalinan kisah antar tokohnya.
Seperti bagaimana hubungan antara Nene (nenek Magali), Jodhi (ayah Magali),
Beau (sepupu Magali) dan Magali, juga antara Magali dan atasannya juga Ammar.
Magali
justru terbiasa memanggil nama ayahnya dengan menyebutkan namanya saja, Jodhi,
tanpa embel-embel ayah/papa/bapak/abah. Terlihat aneh sih, tapi waktu
penulisnya menyebutkan bahwa ini karena Magali dididik oleh Nene saja yang
sudah tua, dan Nene tidak mengoreksi ketika cucunya memanggil nama ayahnya
dengan nama panggilan saja.
Lalu
banyak kebiasaan unik Magali yang
membuat saya tercengang, eh emang ada yang kayak dia ya. :D Di dunia nyata,
sepertinya memang ada, tapi 1 dari seribu orang sepertinya. Hehe. Kebiasaan
Magali yang nggak mau disamakan dengan perempuan lain yang seumuran dengannya,
bahkan termasuk soal selera makannya yang aneh. Suka memadukan makanan yang
satu dengan lainnya tapi bukan seperti selera orang kebanyakan. Misalnya
kentang goreng campur es krim. Itu kelewat “unik” kalau nggak mau dibilang freak atau
nyleneh. xD
Saya
juga jadi semakin paham bagaimana beratnya Nene mengasuh kedua cucunya seorang
diri. Seperti saat Nene keheranan karena Magali baru bertanya soal cinta di
usia yang hampir memasuki seperempat abad.
“Jatuh cinta itu rasanya seperti bukan dirimu.”
“Maksudnya?”
“Saat jatuh cinta, kamu akan berpikir seratus kali apa yang salah dengan dirimu. Padahal selama ini kamu merasa tidak ada yang salah dan begitu nyaman denga hidupmu apa adanya.” (hlm.115)
Jalinan
ceritanya membuat saya semakin penasaran dengan kehidupan para tokohnya di
setiap bab. Ada twist di akhirnya yang bikin saya ikut merasakan kebahagiaan
dan kesedihan dalam waktu yang sama. Chemistry yang terjalin juga bukan sehari
dua hari terjadi, tapi setelah sekian lama baru terasa. Jadi ada proses di
dalamnya, tidak langsung terjadi perubahan.
“Yang pasti aku merasa perjalananku selama ini akhirnya bisa mengantarku ke suatu tempat yang mungkin akan menjadi perhentianku kelak. Aku tak pernah paham akan konsep cita-cita. Tapi aku selalu tahu apa yang mau dan tidak mau kulakukan dalam hidupku. Walaupun aku tak pernah membaginya pada banyak orang, tapi dalam hati kecilku aku selalu merasa hidupku tak akan bisa dipisahkan dari dunia makanan.” (hlm. 238)
macaroon nyummy~
Saya
suka ide ceritanya yang unik. Jadi makin penasaran dengan resto Suguhan Magali
yang katanya sih beneran ada di dunia nyata. Novel ini menjadi cermin yang
terjadi di dunia nyata, seperti bagaimana kehidupan freelancer yang menggantungkan
hidupnya dari menulis, seperti yang Magali lakukan dan tren di dunia kuliner
yang sangat cepat berkembang pesat. Overall, 3,5 bintang untuk novel
romantis ini.
makasih sharingnya
BalasHapus