Judul Buku :
Sekotak Cinta untuk Sakina
Pengarang : Irma
Irawati
Penerbit : Qibla
Terbit : 2013
Tebal : 126 hlm.
ISBN : 978-602-249-318-1
Baca di Scoop Premium
Blurb :
Sakina
sedih akan keputusan mamanya yang tiba-tiba memasukan Sakina ke pondok
pesantren putri. Menurutnya, dia tidak akan tahan tinggal di tempat sepi dan tak
mempunyai fasilitas lengkap seperti sekolah di kota. Sakina juga harus tinggal
berjauhan dengan mama dan papanya. Namun, pertemuannya dengan seorang gadis
kecil bernama Lana dan datangnya sebuah kotak misterius membuatnya bimbang.
Akankah Sakina memutuskan untuk kembali pulang?
Resensi Buku :
Sakina,
gadis kecil itu merasa sedih ketika mamanya memasukkannya ke pondok pesantren.
Sakina butuh waktu lama untuk yakin bahwa keputusan mama bukan karena mama tak
sayang padanya. Sakina dikenalkan dengan Umi Haya, teman mama yang dulu bareng
saat sekolah di pesantren yang merupakan pengurus pondok pesantren.
Sebagai
bentuk protes atas ketidaksukaannya terhadap pondok pesantren, Sakina membuat
banyak kekacauan. Tidak ikut shalat berjamaah, membolos ini itu, hingga
akhirnya teman-temannya bertanya mengapa Sakina tidak betah di sana. Ia
menyatakan ingin pindah, namun sebuah kejadian terjadi.
Saat
Sakina bertemu dengan Lana, gadis kecil yang ingin menjadi hafidzah padahal ia
sendirian di dunia ini. Kedua orang tuanya telah tiada. Saat Lana ingin
menyetorkan hafalannya, ia justru pergi ke sebuah tempat. Hal inilah yang
membuat Sakina sedih sekaligus titik balik bagi Sakina untuk memahami tujuan ia
ditempatkan di pondok pesantren. Sakina
masih ingin pergi, hingga sebuah kotak misterius datang padanya. Apa yang
terjadi selanjutnya?
***
Novel
ini berkisah tentang Sakina yang berusia 8 tahun saat ia masuk ke pondok
pesantren. Usia yang cukup muda bagi seorang anak untuk masuk ke pesantren.
Alasan mamanya memasukkan ke pesantren karena saat itu pekerjaan papa Sakina
berpindah-pindah tempat setiap tahun hingga dikhawatirkan membuat pendidikan Sakina
berantakan. Itu sebabnya dipilihlah pesantren agar Sakina bisa mendapatkan
bekal ilmu agama dan menjadi hafidzah.
Menurut
saya, ide ceritanya unik. Bagi anak-anak yang memang sudah dimasukkan ke
pesantren sejak usia kanak-kanak, kisah Sakina bisa menjadi pemantik untuk
terus semangat belajar hingga bisa menjadi hafidzah. Hanya saja, usia Sakina
yang teramat kecil membuat saya bertanya-tanya apa tak apa-apa anak-anak
menghabiskan usia mudanya di pesantren? Mengingat selama ini saya menganggap
bahwa anak pesantren bisa lebih bagus jika saat ia usia sudah baligh dan bisa
mengurus dirinya sendiri. Setidaknya tidak terlalu bergantung pada pengurus
pesantren seperti Umi Haya. Tapi, pilihan hidup seperti yang Sakina jalani
memang ada yang demikian, terutama bagi orang tua yang memang menginginkan
anaknya untuk dididik sesuai dengan pendidikan agama. Basic yang akan mereka
dapatkan hingga nanti mereka dewasa.
Penceritaan
kisahnya membuat saya sebagai pembaca terharu, dan ikut menangis saat Sakina
berkenalan dengan Lana. Halus tutur katanya sehingga pembaca anak pun ikut
tersentuh jika membaca kisah Sakina ini. Untuk penjabaran suasana pondoknya
belum terlalu terasa sehingga hanya seperti sepintas lalu. Untuk ide ceritanya
unik, bisa memantik semangat perbaikan generasi. Overall, 4 bintang untuk kisah
Sekotak Cinta untuk Sakina dari Teh Irma Irawati ini.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^