Pengarang :
Orizuka
Penerbit : Gagas
Media
Terbit : Cetakan
keempat, 2012
Tebal : 294 hlm.
ISBN :
979-780-508-5
Rating : 4/5
bintang
Blurb :
Orang
bilang, pertemuan pertama selalu kebetulan. Tapi, bagaimana caramu menjelaskan
pertemuan-pertemuan kita selanjutnya? Apakah Tuhan campur tangan di dalamnya?
Kita
bukanlah dua garis yang tak sengaja bertabrakan. Sekeras apa pun usaha kita
berdua, saling menjauhkan diri – dan menjauhkan hati- pada akhirnya akan
bertemu kembali.
Kau
tak percaya takdir, aku pun tidak. Karenanya hanya ada satu cara untuk
membuktikannya...
Kau,
aku dan perjalanan ini.
Resensi Buku :
Jingga
tak menyangka jika dia akan bertemu dengan lelaki bertampang mirip Kang Dong
Won bernama Narayan Sadewa. Jingga tak sadar bahwa Rayan sangat membenci Korea
saat ia sangat berisik menceritakan tentang Korea pada lelaki itu. Meski ia
mengikuti tour Korea yang sama dengan Jingga, namun tujuan sebenarnya Rayan ke
Korea bukanlah untuk berlibur melainkan mencari mantan kekasihnya yang jatuh
cinta dengan lelaki Korea.
Rayan
tak habis pikir bagaimana Meriska, mantannya bisa jatuh hati pada lelaki Korea.
Padahal Rayan telah mendedikasikan hidupnya untuk jatuh cinta hanya padanya
sejak 10 tahun lalu. Rayan ingin mencari tahu mengapa Meriska justru akan
menikahi lelaki yang sama sekali baru dikenalnya dua tahun. Sedangkan Jingga
ingin bertemu lagi dengan Yun Jae oppa, lelaki yang jadi alasan Jingga
mengikuti tour ini lagi.
Jingga
yang ikut bersama Rayan di grup tour harus mengikuti prosedur dari Darma,
koordinator tour Korea yang mereka ikuti. Jingga dan Rayan dipasangkan sebagai
pasangan tour agar saling menjaga satu sama lain karena jika salah satunya
menghilang akan dianggap sebagai imigran gelap yang ingin mencari pekerjaan.
Masalahnya, Rayan justru ingin pergi diam-diam selama tour berlangsung untuk
mencari Meriska agar ia tahu apa alasan gadis itu memutuskan hubungan cinta
mereka selama ini.
Tak
disangka, Jingga justru bersikukuh untuk terus menemani Rayan menyelesaikan
masalahnya. Tapi kejadian ini justru membuat jadwal tour mereka berantakan dan
menimbulkan masalah baru. Rayan kehilangan dompetnya, dan Jingga tak punya uang
yang cukup untuk menginap di hotel yang layak.
Dari
hari ke hari, Jingga dan Rayan terpaksa terpisah dari rombongan karena
kecerobohan Jingga yang salah membaca itinerary sehingga tertinggal dari
rombongan tour. Karena hal itu, Jingga menawarkan membantu Rayan mencari dompetnya
yang hilang. Jingga yang dikenal energik seperti kelinci energizer, sangat
berisik dan memiliki energi lebih hingga membuat Rayan kewalahan. Beruntung
Jingga bisa berbahasa Korea, jadi ia pun bisa membantu untuk berkomunikasi
dengan orang lokal untuk perjalanan mereka selanjutnya. Kejadian demi kejadian
lucu dan konyol terjadi lewat tour romantisme ala Korea hingga menimbulkan rasa
suka di antara keduanya. Akankah kisah cinta mereka berakhir bahagia?
***
Ini
kali kesekian saya baca buku Orizuka. Sebelumnya ada 3 buku series Audy 21 yang
bikin baper dan ketawa-ketiwi. Novel Infinitely Yours justru saya beli saat
tahun 2012, waktu saya masih di Semarang. Sempat pengin baca tapi merasa belum
tertarik. Justru sekarang baru kesampaian bacanya. Hehehe. Telat banget sih,
tapi daripada nggak sama sekali kan yaa. :p Dan saya berani bilang novel ini
masih relevan dibaca tahun 2017. Hahaha. Iya, seru banget ceritanya. Kalau
difilmkan kayaknya nggak mungkin, soalnya ada adegan yang bakal disensor. ;))
Kali
ini novelnya masih terasa Audy banget soalnya karakter Jingga mirip sama Audy.
Berisik, bawel, suka anak-anak, dan tingkahnya kekanakan. Sama sekali nggak
cocok sama umurnya. Tapi ini justru bikin saya penasaran deh. Kenapa Orizuka
suka banget bikin karakter komikal begini. :D
Anyway,
ceritanya lucu dan menghibur. Baik dibaca sama orang yang demen Korea atau
bukan, pasti bakalan terpingkal-pingkal dengan kisah Rayan dan Jingga selama
perjalanan di Korea. Mereka ibarat dua kutub magnet yang saling berlawanan tapi
justru itu yang bikin seru.
Bagian
paling gokil waktu Rayan heran kenapa Jingga justru punya tenaga berlebih untuk
melakukan banyak hal. Pas si penulisnya bilang si Jingga mirip kelinci
energizer, saya jadi inget sama iklannya di tv kapan tahun. Wkwk. Bener-bener
nggak bisa bayangin gimana di kehidupan nyata, apa ada cewek seenergik ini. Dan
anehnya kok ya nggak nyadar-nyadar juga dengan tingkahnya yang kekanakan.
Pas
Rayan tahu kalau dia dan Jingga hanya berjarak 3 tahun itu saya pun ikut melongo.
What?! Wkwk. Bener-bener deh ya. Sifat kekanakannya ini yang bikin nipu umur
sebenernya. Usianya padahal udah 25 tapi kok kayak anak SMA. xD
Tour
romantisme ala Koreanya bikin ngakak banget. Ada bagian lucunya, ada noraknya, ada
yang ehem-ehem, sama sedihnya juga. Tapi secara keseluruhan saya menikmati
berkeliling Korea lewat kisah Jingga dan Rayan. Serasa ikut jalan-jalan ke
Namsan Tower, main ke sungai Han, belanja make up dan baju couple, ke gunung
Seorak, main ke everland, nyicipin kuliner khas Korea, dll. Trus jadi tahu juga
gimana kehidupan Korea yang sesungguhnya. Jadi kerasa sekali gambaran
masyarakatnya seperti apa lewat budaya yang ditampilkan para tokohnya.
Secara
karakter, sebenarnya karakter Jingga ini komikal banget, khasnya cewek-cewek
penggemar K-pop yang bakal histeris kalau idolanya datang. Sedangkan karakter
Rayan berkebalikan dengan Jingga. Kaku dan ekspresinya flat. Hampir selalu
punya kontrol saat mengerjakan banyak hal. Yang bikin saya speechless adalah
saat Meriska bilang soal hubungannya dengan Rayan selama 10 tahun. Uh, kalau
saya jadi Rayan, saya bakal sakit hati banget. Huwaaa~
“Aku menyukai diriku sendiri saat bersamanya. Saat bersama Kakak, aku tidak pernah cukup memiliki kepercayaan diri. Aku selalu harus merasa mengikuti ritme Kakak. Coba Kakak tanya pada diri sendiri, apa Kakak nggak pernah merasa seperti itu? Apa Kakak nggak pernah merasa harus selalu mengimbangiku, atau bahkan lebih baik dariku? Khawatir jika Kakak ternyata nggak sesuai harapanku.” (hlm. 78)
Saya
kaget saat membaca alasan mengapa Meriska memutuskan hubungan yang sudah
dijalin 10 tahun. Wew, gimana ya. Di dunia ini tingkat kenyamanan orang memang
berbeda. Ada yang suka dengan orang karena mereka mirip, ada juga yang jauh
berbeda sifatnya. Saya pikir saat karakternya mirip justru bisa langgeng.
Ternyata salah besar ya. Hmm...
Nggak
semua yang langgeng itu sebenarnya bahagia. Ada kalanya seperti Meriska bilang,
ia tidak bisa terbuka mengekspresikan perasaannya karena merasa harus selalu
menjaga hati pasangannya. Well ya, yang seperti itu memang rasanya
melelahkan. Padahal andai saja bisa sedikit lebih terbuka untuk mengungkapkan
apa pun yang ada dalam hati dan pikiran agar sama-sama bahagia tanpa merasa
harus selalu jadi yang sempurna, mungkin nggak akan sedingin itu komunikasi
antara keduanya. Kalau karakternya kaku gitu malah mirip rekan kerja sih,
alih-alih jadi kekasih. :p
Di
novel ini juga terasa sekali ada sesuatu yang ingin disampaikan penulisnya
bahwa apapun yang ada di Korea, tetap Indonesia jauh lebih baik. Jadi nggak
perlu merasa terlalu mendewakan budaya luar negeri ala negeri ginseng. Karena
bisa jadi sebenarnya ada yang tidak sesuai dengan norma dan adat ketimuran
Indonesia. Overall, 4 bintang untuk novel Infinitely Yours yang seru
ini. ;)
baca resensi ini jadi inget dah lama banget ga baca novel wkwkk...
BalasHapusbtw novel korea auranya beda ya,
kebawa aura2 romantis gitu