Judul Buku :
Priceless Moment
Pengarang : Prisca
Primasari
Penerbit : Gagas
Media
Terbit : 2014
Tebal : 298 hlm.
ISBN :
978-979-780-738-2
Rating : 4/5
bintang
Blurb :
Kisah
kita serupa dongeng. Dipertemukan tanpa sengaja, jatuh cinta, lalu bersama, dan
akan bahagia selamanya. Tanpa banyak kata, kau tahu aku selalu mencintaimu.
Begitulah yang seharusnya.
Namun,
ketika setiap pagi kutemukan diriku tanpa kau di sisiku, aku sadar bahwa
dongeng hanyalah cerita bohong belaka. Kau pergi, meninggalkanku dalam sei,
dalam sesal yang semakin menikam.
Hidup
tak akan sama lagi tanpamu. Apa yang harus kukatakan ketika mata polos gadis
itu memelas, memintaku menceritakan dongeng-dongeng yang berakhir bahagia? Kau
belum memberi tahu jawabnya untukku.
Kau
tahu, kali ini, akan kulakukan apa pun untuk mempertahankanmu berada di sisiku.
Pun sejenak. Namun, lagi-lagi, kau hanya ada dalam memori....
Resensi Buku :
Yanuar
kehilangan istrinya, Esther dalam kecelakaan saat istrinya akan menjemput
anaknya. Tanpa pesan, istrinya meninggal begitu saja, menyisakan duka yang
mendalam bagi Yanuar. Tanpa istrinya, ia merasa ada separuh dunianya yang
hilang. Ia lupa anak-anaknya memiliki ingatan yang kuat tentang sosok ibunya.
Kebiasaan seperti masakan favorit, dongeng-dongeng yang dikisahkan sebelum
tidur hingga kebiasaan lainnya yang sangat aneh jika dilakukan Yanuar seorang
diri. Ia teramat kaku untuk menjadi pengganti Esther menyelesaikan pekerjaan
mengasuh anaknya. Bahkan, Yanuar sampai harus meminta tolong pada adiknya yang
tengil dan seenaknya sendiri itu demi bisa menyenangkan hati anaknya.
Dongeng-dongeng
tak pernah mulus dikisahkan Yanuar. Baginya ia bertingkah seperti membaca teks
notulen rapat dibanding membacakan dongeng yang ekspresif. Berbeda dengan Wira
yang energik dan punya segudang kreatifitas saat berada dekat dengan
anak-anaknya. Yanuar ingin berubah menjadi lebih lembut dan penyayang pada
keduanya anaknya, namun ia kehabisan akal untuk memulainya dari mana. Hingga
sebuah pertemuan di cafe dengan pegawainya, Leiselotte membuat ia mulai dekat
dengan anak-anaknya lagi.
Leiselotte
memiliki aura yang berbeda, ia menarik di mata Yanuar. Mengingatkannya dengan
sifatnya yang sama-sama kaku dan workaholic. Leise menawarkan sebuah project
desain ranjang anak bernuansa dongeng. Project yang menjadi mimpi ibunya selama
masih hidup. Kini ibunya telah tiada, ia ingin mewujudkannya meski harus
ditentang oleh banyak pihak di kantornya. Yanuar dan seorang bosnya lagi yang
mengiyakan project dari Leiselotte dijadikan proyek percobaan. Meski dengan itu
harus menghabiskan dana yang besar. Benih-benih rasa suka it berubah menjadi
cinta saat Yanuar sadar ia memiliki kesamaan yang sama dengan Leise. Namun,
apakah ia akan menghilangkan kenangan tentang istrinya, Esther? Akankah cinta
berpihak pada keduanya?
***
Novel
Priceless Moment mengusung tema keluarga yang kental dengan aroma dongeng.
Prisca Primasari memadukan dongeng yang dikisahkan dengan paduan yang memikat.
Selain mengangkat dongeng sebagai perekat keluarga yaitu bonding time
antara ayah, ibu dan anak, Prisca juga memberi pemahaman baru bahwa di dunia
kepenulisan Eropa, dongeng-dongeng menjadi produk yang laris manis saat dijual.
Tak tanggung-tanggung, Prisca Primasari menggambarkan bahwa Leise bisa
mendapatkan kekayaan yang melimpah karena hobi menulisnya ini. Padahal jika di
Indonesia, project dongengnya dianggap angin lalu. Tidak mendapatkan sambutan
yang hangat.
Karakter
yang saya suka justru Wira. Ia energik dan tak kehabisan cara untuk membuat
kisah ini jadi lebih hidup. Seperti bagaimana ia bisa mendongeng dengan asyik,
menjadi sahabat yang menyenangkan bagi keponakannya dan teman kantornya, juga
menjadi kekasih yang membuat bahagia. Sayangnya kisah cintanya suram.
Di
novel ini hampir semua tokoh pentingnya memiliki kisah kenangan manis di masa
lalunya, seperti Wira dengan kekasihnya yang ternyata sakit kanker, Ayah Leise
dengan almarhum istrinya, Leise dengan kenangan tentang ayah dan ibunya, Yanuar
dengan istrinya, anak-anak Yanuar dengan ibunya. Ya, hampir semuanya memiliki
kehilangan yang teramat sangat hingga membuat mereka merasakan dunia berhenti
berputar.
Hidup
Yanuar hanya berkutat di kantor. Si workaholic yang tidak tahu bagaimana
caranya menikmati hidup. Kontras sekali dengan adiknya yang slengean. Yanuar
tak mau kehilangan moment penting saat kedua anaknya bertumbuh. Itu sebabnya ia
bertekad agar bisa tetap menyisihkan waktu di sela-sela aktivitasnya. Keinget
banget pas bossnya nelfon di hari minggu dan bilang kalau ia menunggu moment
Yanuar menolak permintaanya untuk mengurusi kerjaan. Sungguh nggak Yanuar
banget. :p Ya, ia kan workaholic banget ya. Perubahan sekecil apapun akan
mempengaruhi kualitas kerjanya termasuk jadwalnya yang padat. Makanya kaget
juga sih dia berani menolak tugas dari bossnya di luar jam kantor. xD
Wira
memiliki kehilangan yang besar. Nggak kebayang di balik tampangnya yang seakan
nggak punya masalah itu ternyata ia menyimpan luka yang dalam juga. Tapi Wira menjadi
dirinya yang berbeda saat kehilangan kekasihnya. Wira tidak ingin terikat
dengan sesuatu, baik hubungan maupun pekerjaan. Well ya, saya pernah
lihat orang yang seperti ini di dunia nyata. Rasanya sungguh aneh.
Setiap
orang memiliki cara untuk menyembuhkan lukanya sendiri, baik dengan mengingat
kenangan lama maupun mencari kehidupan yang baru dengan menciptakan kenangan
yang lebih baik. Hidup dengan semestinya dan bukannya diam begitu saja saat
kehilangan seseorang. Novel ini mengajarkan bahwa sejauh apapun kita berusaha
membalikkan keadaan, kenangan indah tak akan terulang lagi di masa depan. Masa
lalu akan tertinggal di belakang. Yang terpenting adalah maju untuk melanjutkan
hidup. Seperti Liese yang akhirnya menemukan ujung kisah dongengnya sendiri.
Setting
tempatnya bikin kepengin ke Jerman pas musim dingin deh. Penulisnya piawai
mengangkat tema seputar dongeng dan pernak-pernik Eropa. Termasuk membuat kisah
ini menjadi unik dengan caranya sendiri. Overall, 4 bintang untuk novel
Priceless Moment ini. :)
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^