Judul Buku : Love
Letter and Leuser
Pengarang : Nonier
Penerbit :
Gramedia
Terbit : 2015
Tebal : 264 hlm.
ISBN :
978-602-03-2057-1
Rating : 3/5
Baca via Scoop
Premium
Resensi Buku :
Gara-gara
Laras berdiri di ujung roof top saat membaca surat dari mendiang ayahnya, ia
hampir dikira bunuh diri oleh Radit. Lelaki yang menolongnya saat terjatuh itu
tak sengaja bersentuhan dengan Laras. Membuat gadis itu merindukan perlindungan
dari lelaki yang ia rindukan selama ia kehilangan ayahnya. Kekasihnya Ardan
memutuskannya secara sepihak dan menghilang begitu saja saat tahu Laras
bangkrut pasca ayahnya terkena kasus penipuan. Laras berusaha memenuhi
kebutuhan ibu dan adiknya, Andin dengan bekerja apa saja asal bisa membiayai
hidup. Baginya tak ada cinta lagi. Laras mati rasa hingga tak menghiraukan
perasaan Deny, teman kampusnya yang selalu ada untuknya.
Tak
disangka ia bertemu lagi dengan Radit di stasiun riset saat penelitian di
gunung Leuser. Benih-benih rasa suka mulai bertumbuh, tapi ia menepisnya Ia
tahu Radit sudah memiliki kekasih, Linda yang sedang melanjutkan studi di
Belanda. Radit bersikap biasa saja namun kadang Laras ngobrol dengannya ketika
tidak ada orang yang bisa membuatnya nyaman. Laras tahu bahwa hal ini akan
membuat hatinya cenderung pada lelaki itu. Padahal ada dua lelaki lain yang
menginginkan cinta Laras juga. Bang Zay, peneliti dari tim lain yang bekerja di
stasiun riset juga, dan Denny teman kampusnya yang sudah lama menaruh hati
padanya. Akankah Laras menerbitkan rasa sukanya pada lelaki yang ia cintai?
Ataukah memilih menerima rasa cinta dari Bang Zay, lelaki yang menjadi kandidat
suami Laras menurut teman-temannya?
***
Novel
Love Letter and Leuser merupakan karya Nonier kedua setelah Smash yang dulu
pernah saya baca. Dibanding buku sebelumnya yang bergenre teenlit, novel ini
lebih dewasa. Baik dari konflik maupun pemikiran tokohnya. Meski saya rasa
lebih bagus kalau mba Nonier menulis teenlit, lebih dapet feelnya.
Novel
ini bergenre amore. Awalnya saya heran kenapa dimasukkan ke dalam kategori
Amore, kenapa bukan genre lainnya. Tapi ternyata memang karena tokoh-tokoh
utamanya saling jatuh cinta dengan cara yang bisa dibilang melibatkan sentuhan
fisik. Jadi kisah cintanya nggak berdasarkan logika. Kalau logika sudah pasti
pilih si ehem. :p Apalagi dari segi mapan dan baik hati si abang yang satu itu
sudah baik sekali pada Laras. Tapi mungkin karena chemistry lewat kontak
fisiknya belum pernah ada, jadi Laras nggak tersentuh dengan kebaikan si abang.
Entah
kenapa ya, saya kurang suka dengan logika Laras. Seperti menggantung di ujung
cerita saat ia menentukan akan kemana cintanya berlabuh. Padahal seharusnya sih
dia milih yang lain ya. Apalagi sebenarnya interaksinya dengan cucu kakek
Wongso itu terbilang sedikit diceritakan penulis. Hanya saja ya, namanya juga
fiksi. Ada banyak variabel untuk menentukan apakah si A atau si B yang akan
menemani tokoh utama menjalani kisah cintanya.
Saya
salut dengan penulis yang menggambarkan daerah Ketambe, Kutacane dan Leuser
dengan cara yang alami dan mengundang rasa penasaran. Ketiga tempat itu jadi
terasa dekat dengan pembaca lewat untaian deskripsi yang diciptakan penulis.
Komedi yang dituturkan juga sedikit memberi warna di kisah ini. Seperti saat
Laras, Denny dan Dini tek-tok soal banyak hal seputar kisah cinta Denny yang
tragis. Hahaha. Si Denny kok bisa ya gokil gitu, kasian sama si dia sih. Tapi
kalau inget dia jail banget ngerjain Dini soal pacet, saya ngerasa keduanya
sebenernya bisa jadi pasangan. :p Ya siapa tahu dari berantem jadi jodoh kan
yaaa.
Saya
masih ngerasa ada yang kurang di novel ini karena penulis seperti berusaha memadukan
unsur fiksi dan non fiksi (soal Leuser dan Ketambe sepertinya itu dari kisah
nyata si penulis) jadi satu kesatuan tapi terasa kurang menyatu. Jadi
chemistrynya masih kurang tapi endingnya udah ditentukan. Ya, jadi sedikit
kecewa. Overall, 3 bintang untuk novel ini.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^