Judul Buku : Still…
Pengarang : Esti Kinasih
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Cetakan kedua belas, Maret 2017
Tebal : 224 halaman
ISBN :978-602-03-3777-7
Rating : 2/5 bintang
Sinopsis Buku Still – Esti Kinasih :
Bima – si cowok macho yang suka panjat
gunung – emang terkenal playboy, suka p0s3-s1F. Kalau udah
naksir cewek, dia langsung ngajak jalan. Nggak peduli tuh cewek naksir dia atau
nggak. Dan tanpa bilang cinta, Bima menyatakan Fani sebagai pacarnya.
Fani menerima Bima karena
terpaksa. Tapi, ketika rasa tertekannya udah di puncak, dia minta putus dari
Bima! Jelas, Bima nggak mau ngelepas Fani, tapi Fani ngotot.
Di saat Fani bebas merdeka, Bima
patah hati. Di saat Fani nemuin gebetan baru, Bima merenung. Cowok itu sok tegar,
sok baik-baik aja, sok memegang prinsip pantang bilang cinta, padahal hatinya
sakit.
Sebenarnya Bima nggak sepenuhnya
melepas Fani. Fani juga nggak benar-benar membenci Bima. Ketika di suatu siang
Bima ketemu cewek itu, Bima nggak sanggup menutupi kata hatinya.
“Aku cinta kamu, Fan. Sekarang. Mudah-mudahan sampai nanti…”
Resensi Buku Still – Esti Kinasih :
Novel Still… karya Esti Kinasih merupakan sekuel novel Cewek!!!. Novel Still cetak pertama kali pada Desember 2006, sedangkan buku yang saya baca kali ini adalah cetakan kedua belas yang terbit Maret 2017. Download ebook Novel Still - Esti Kinasih secara legal di aplikasi Gramedia Digital.
Novel Cewek!!! sendiri sudah dicetak hingga berkali-kali dan masih laris hingga sekarang. Novel Still berkisah tentang hubungan cinta antara Bima dan Fani. Keduanya terjebak dalam hubungan yang tidak jelas karena keegoisan Bima. Bima naksir Fani, dan menjadikannya pacar bahkan tanpa menanyakan lebih dulu.
Baca juga : [Resensi Buku] From Flores With Love - Esi Lahur
Fani tertekan dengan sikap Bima
yang sangat po-s3-s1f. Bahkan, saat Fani akhirnya berani minta putus dari Bima,
Fani sampai dikejar-kejar Bima. Sayangnya, Rei
yang sudah menjadi sahabat Bima dari kecil, justru memberikan saran pada
Fani untuk menuruti apa yang diminta Bima. Tujuannya agar Bima tidak membuat
kesalahan pada Fani. Hasilnya justru bikin Fani makin
takut menghadapi cowok itu.
“Kayaknya dia sayang sama elo, Fan. Lo nggak bisa ngeliat, ya?”
“Sekarang. Nggak tahu nanti. Lagian sayangnya dia itu nakutin, tau nggak? ”
“Gitu, ya? Emang sih. Kecuali saat-saat lo pulang kuliah kemaleman, kebetulan Langen pas nggak masuk, dan lo nggak dapet-dapet taksi juga. Jadi, terpaksa elo nelepon Bima, minta jemput. Atau kalo lo harus cari diktat ke Senen. Kebetulan lagi gue sama Rangga pas nggak bisa nemenin. Jadi, lagi-lagi lo terpaksa minta anterin Bima, supaya lo aman masuk daerah rawan itu. Atau kalo Bima dapet game yang lucu trus dia download ke computer lo. Hal-hal kecil kayak gitu kadang perlu juga dipikirin, Fan. Kalau mau jujur, sebenernya lo nggak pernah benar-benar nggak suka dia.”
“Nggak apa-apa kalo lo nggak mau ngaku tapi pikirin bener-bener kalimat gue tadi.” (hlm. 52)
Saat Fani minta putus dari Bima,
cowok itu tidak terima, dan justru mengejar Fani hingga Fani sampai ngumpet di atas gedung kampus sampai situasi reda.
Masalahnya, Bima nggak ngejar Fani seorang diri, melainkan menyuruh seseorang untuk
mengejarnya. Jadi, saat orang suruhan Bima itu melapor, Bima bisa bisa menghubungi Fani lewat sms.
“Aku kenal Bima dari balita, La. Makanya aku bilang sama Fani, kalo mau aman, ikuti aja apa maunya Bima.”
“Ikuti aja apa maunya!? Kamu sama Bima tuh kalo sayang sama orang caranya begini, ya? Malah disakitin. Gimana kalo benci?" (hlm. 77)
Hubungan Fani dan Bima sudah di
batas yang tidak wajar. Kalau anak sekarang bilangnya, hubungan yang tidak sehat alias t0-x1c. Tapi, Bima ngotot pengin Fani menerima dirinya, apa adanya. Masalahnya,
hal inilah yang dikhawatirkan Fani. Sikap p0-s3-s1f yang tidak terima Fani dekat
dengan siapapun yang bikin Fani khawatir.
“Perang melawan patah hati adalah perang yang tidak dapat dimenangkan. Tidak dalam waktu dekat."(hlm. 105)
Bima menyerah saat melihat
sendiri Fani takut bertemu dengannya. Cowo itu menyerah dan mulai tahu diri
di mana posisinya kini.
“Dia cinta gadis yang terpaksa harus dilepasnya belum lama itu. Yang berusaha dipertahankannya, namun akhirnya terlepas juga. Satu hal yang tadinya dia pikir tidak akan pernah menimpanya. First cut is the deepest!” (hlm. 106-107)
Kisah Fani dan Bima makin menemui
jalan buntu, karena keduanya bertahan dengan sikap yang sama. Nggak mau saling
menyapa lagi, bahkan saat Fani ketemu Bima di kampus, dia selalu menghindar.
Fani udah deket dengan seseorang, yaitu Ferry. Tapi ternyata cowok itu punya
maksud jahat.
Kasus Ferry dan Fani pun berakhir
dengan campur tangan Rangga dan Rei, sahabat Bima. Selepas itu, hubungan Bima dan Fani tetap membisu.
Keduanya lebih memilih diam, menyimpan rasa asing yang dirasakan masing-masing.
“Hari berganti. Waktu berubah. Cinta itu akan berkurang atau bisa juga bertambah. Dia masih orang yang sama. Tapi tidaklah lagi sama.” (hlm. 181)
Menurut Saya :
Dalam novel Still... karya Esti Kinasih ini, kisah Fani dan Bima yang masih
tetap saling cinta, namun menjalani relationship ini bikin saya
tercengang. Pasalnya, sikap Bima sebenarnya bikin khawatir karena jiwanya yang butuh
disembuhkan dulu. Tapi, Fani dan Bima ternyata sama-sama menyimpan rasa sayang
yang tak terkatakan. Ini yang bikin suasana antara keduanya jadi makin canggung.
Yang bikin saya heran itu karena
penulis membuat kisah cinta Fani dan Bima ini jadi terasa melankolis, padahal
awalnya ritme cerita ini sangat cepat dan intens. Bahkan bikin saya sebagai
pembaca ikutan deg-dengan waktu Fani dibawa ke kosan. Ealah kok di endingnya
dibikin adegan uwu-uwuan yang mellow yellow gitu.
"Seseorang terpuruk di ujung sana. Seseorang berdiri mematung di ujung yang lain. Salah satu berusaha untuk menggapai, sementara yang lain telanjur menganggapnya telah berpaling ke arah lain." (hlm. 182)
Saya sebagai pembaca lebih senang
hubungan yang realistis sih. Tapi kalau dari penulis bikin plot kisahnya
berbelok alias plot twist gini sih saya jadi ya udahlah ya, terserah sama
penulisnya. Hiks
Pas mba Esti Kinasih bikin tokoh
Bima jadi tobatan nasuha dengan menyakiti diri sendiri dan nyadar bahwa sikap Bima sama mantan-mantan
pacarnya itu bikin hidup mereka berantakan, itu yang bikin saya nyadar. Duh,
ternyata namanya playboy harus kena batunya dulu ya, baru deh nyadar kalo
sikapnya selama ini tuh salah banget.
"Bener kamu mau tau kenapa aku nyakitin diri?"
"Ke... napa?"
"Aku cari segala macam bentuk pelarian... supaya kamu nggak jadi sasaran." (hlm. 180)
Perubahan karakter Bima itu
terlalu drastis. Padahal di dunia nyata, aslinya cowok yang punya karakter bad
boy itu susah diubah. Mana bisa langsung berubah demi menyenangkan hati cewek yang dicintai. Dikira berubah gampang apa kayak ksatria baja hitam? Haha. Ya,
tapi kan namanya juga novel. :p
Kalau saya nganggep novel ini lebih cocok untuk young adult ya, bukan teenlit. Karena kisah cintanya juga lebih mature dan udah kuliah juga, bukan anak remaja lagi. Lebih bagusnya sih, ksiah cintanya dibikin realistis saja. But overall, ada beberapa bagian yang bagus buat direnungkan.
Saat Rangga memaki Bima yang berurusan dengan Fani di kosan, Rangga ngeluarin 'labelling' ke Bima. Trus, Rei ngingetin Rangga meskipun Bima agak nggak waras, tapi jangan sampe label ps1-k0 atau sakit jiewa itu justru menempel ke Bima. Nanti bikin sikap Bima makin parah.
Sikap peduli Bima menurutku sih sudah di level akut ya, sampai ngamati Fani dari segala sisi, bahkan ngejar pas di kampus. Duh, rasanya kayak dikejar-kejar orang tak dikenal.
Baca juga : [Resensi Buku] Touché: Alchemist (Touché #2) - Windhy Puspitadewi
Ada lagi sih yang bikin saya mikir, apa benar Bima bisa berubah hanya karena seseorang yang sempet dia cintai trus ternyata putus kuliah gara-gara Bima yang putusin hubungan cinta mereka. Trus, si cewek balik ke kampungnya di Sumatra.
Saya jadi mikir, apa benar Bima bisa berubah hanya karena rasa bersalah ke cewek-ceweknya sebelumnya? Well ya, jadi tanda tanya nih. Apakah cowo bisa berubah hanya karena hal itu.
Overall, buat saya kisah cinta Fani dan Bima ini bikin saya mempertanyakan
hubungan cinta yang sehat itu seperti apa baiknya. Rating 2/5 bintang buat novel
Still… karya Esti Kinasih ini. Selamat membaca ya!
Saya yang belum baca novelnya, merinding juga sih kalo membayangkan ada hubungan yang posesifnya akut, mirip psikopat. Kalo kebablasan, bisa berujung kriminal malah. Terus, saya kira kalo anak gunung tuh lebih enjoy, lebih santai, untuk banyak hal, maksudnya nggak bucin parah, apalagi ke arah psikopat. Dan saya justru berharap (padahal belum baca) bisa menemukan cerita mendaki gunungnya lebih banyak, pasti lebih menarik.
BalasHapusSy malah suka bgt ma cerita ini, krn sy suka genre cerita yg hate to love,,mlh pgn banyakin scene yg uwu2 lagi dr mereka. sy bacanya wktu kuliah smpe skg umr udh mau 40 ttp kl inget suka lagi. Coba ada ff klnjutan mereka..
BalasHapus