Judul : Serunya Puasa Ramadhan di Luar
Negeri
Penulis : Leyla Hana, dkk
Penerbit : Qibla (Imprint BIP)
Terbit : Cetakan pertama, 2014
Tebal : 165 halm
ISBN : 978-602-249-653-3
Puasa Ramadhan bagi umat muslim adalah kewajiban yang harus dikerjakan
apa pun kondisinya, baik sedang berada di luar negeri maupun di negeri sendiri.
Yang membedakan adalah suasana di luar negeri kerap kali membuat rasa rindu
akan tanah air semakin menjadi, apalagi tanpa mendengar adzan yang berkumandang
dari menara masjid, rasanya suasana Ramadhan menjadi sepi. Gempita Ramadhan
seharusnya menjadi momentum untuk menjadikan diri jauh lebih baik. Dengan
segala kesulitan yang dibentuk oleh keadaan, menjadikan pelaku puasa sebagai
orang-orang yang pantas untuk mendapatkan gelar taqwa bila telah selesai
melewati ujian puasa tersebut.
Beragam kisah puasa Ramadhan di negeri orang membuat kisah ini menjadi
lebih berwarna. Di buku ini, ada 23 kisah serunya puasa di luar negeri.
Misalnya saja yang dialami oleh Nessa Kartika, ia yang seorang TKW pendatang
baru di Singapura harus merelakan mukenanya disortir oleh petugas agensi agar
tidak kena marah majikan yang nonmuslim. Aturan agensi sangat ketat menghukum
siapa saja TKW yang sulit diatur. Beruntung, Nessa akhirnya mendapatkan majikan
yang kooperatif sehingga ia diperbolehkan berpuasa, tidak makan babi dan
menjalankan ibadah shalat, asal tak mengganggu kinerja kerjanya. (hlm. 35)
Lalu, ada pula kisah Deasy Rosalina yang harus menghadapi godaan berpuasa yang
datang dari rekan satu kampusnya di Korea. Ia yang muslim, sering mendapat
tawaran untuk membatalkan puasa dengan iming-iming makanan. Seperti yang
dikatakan seorang temannya saat ia berpuasa, “Rosa ssi hanguke itjiman hanaimi
Indonesia issoyo (Rosa sedang berada di Korea, tetapi Tuhan di Indonesia.” Godaan
seperti inilah yang kerap menghadirkan perasaan rindu tanah air, mengingat di
Korea muslim termasuk kaum minoritas, ia harus sering mengingatkan temannya
tentang konsep puasa yang diajarkan dalam Islam. (hlm. 45)
Ima Nurhikmah pun merasakan puasa Ramadhan di Qatar dalam hawa musim
panas yang menyengat, karena suhu udara siang hari bisa mencapai 50 derajat Celcius.
(hlm. 91) Lalu, kisah Jasmine Hanniraya yang merasakan puasa di Paris, di mana
sulit sekali mencari masjid untuk shalat tarawih. Akhirnya, muslim di Paris harus
menggunakan apartemen yang disulap menjadi masjid dadakan. Ia juga
menyedekahkan uangnya lewat program backpacker
di sebuah sekolah di Paris. Kisah ini menghangatkan hati kita untuk berusaha
menjalankan puasa dengan baik. (halm. 119)
Ada lagi beragam kisah seru puasa yang lainnya dalam buku ini, yang akan
mengajak kita berkeliling dunia melihat nuansa Ramadhan dalam balutan yang
berbeda, seperti di negara Malaysia, Jerman, Jepang, Belgia, Swedia, Hongkong,
Libya, Mesir, dll. Nah, siap bertualang lewat kisah dalam buku ini? Yuk, baca
bukunya dan resapi makna puasa Ramadhanmu.
label e akeh banget ya beb :D
BalasHapushihihi ada tulisanku mejeng di sini, meski seh belajar nulis pada waktu itu ra hehee
Bingung meh ngei label opo. :D Temamu mirip mbe mba Nessa, nduk.
Hapus