Judul : The Time Keeper (Sang Penjaga Waktu)
Pengarang : Mitch Albom
Penerbit : Gramedia
Terbit : Cetakan kedua, Agustus 2014
Tebal : 312 hlm
ISBN : 978-602-03-0714-5
“Hanya manusia yang
mengukur waktu.
Hanya manusia yang
menghitung jam.
Itu sebabnya hanya
manusia yang mengalami ketakutan hebat yang tidak dirasakan makhluk-makhluk
lainnya.
Takut kehabisan waktu.”
(halm. 17)
Dor mendengar
suara-suara manusia di bumi yang melayang dari sebuah kolam di pojokan gua.
Suara yang menggelisahkan, menekan perasaannya. Yang satu menginginkan waktu
berjalan lebih lambat, yang lain menginginkan lebih banyak waktu. Semua tentang
waktu.
Baginya, mendengar
suara-suara itu adalah hukuman berat karena berani mengukur waktu, anugerah
terbesar yang dikaruniakan Tuhan. Selama hidup, Dor selalu menghabiskan
hari-harinya untuk mengukur waktu. Ia melakukan banyak percobaan dengan
mengukur bayang-bayang matahari dengan air dan mangkuk yang dilubangi. Ia juga
menandai bulan untuk setiap moment yang ia lewati.
Dulu, Dor
kecil bersama Alli dan Nim sahabatnya selalu bermain bersama. Sejak itu Dor tak
pernah melepaskan kebiasaannya, mengukur waktu setiap hari. Nim berubah menjadi
dewasa dan berambisi menjadi raja. Ia menyerang penduduk dan membuat menara
yang tinggi menjulang. Nim menginginkan menara yang tinggi agar bisa
mengalahkan dewa-dewa dengan busur panah yang dilepaskannya.
Dor dan Alli
menikah, keduanya hidup bahagia hingga suatu hari Nim meminta Dor untuk
membantu membangun menaranya. Dor menolak. Nim mengusir Dor dari desa tempat ia
tinggal. Menyuruh Dor menjauh dari jangkauan prajurit Nim. Hingga suatu hari
Alli jatuh sakit dan Dor berlari sekuat yang ia bisa lakukan. Mencari
pertolongan untuk istrinya, untuk menghentikan penderitaan Alli. Dor berlari
terus sampai ke puncak Menara Babel. Hingga tiba-tiba takdirnya berubah. Ia
berpindah tempat kesebuah gua.
***
Di
gua, Dor dihukum karena mengukur waktu, meminta waktu lebih banyak dari yang ia
peroleh. Di sanalah ia menjalani hukuman menjadi sang penjaga waktu. Di gua itu
pula, ia mendengar dua suara.
“Jalan lebih lambat.”, suara dari
Sarah Lemon.
“Lebih banyak waktu.”, satu suara
Victor Delamonte.
Sarah gadis
cerdas yang sedang jatuh cinta dengan seorang anak remaja bernama Ethan.
Perkenalannya membuat Sarah menaruh hati pada Ethan. Hingga suatu hari masalah
dengan Ethan membuat Sarah ingin mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Padahal
di ujung sana, ibunya berteriak menangisi puteri satu-satunya, setelah
perceraian dengan suaminya.
Victor
memiliki penyakit yang tak bisa disembuhkan oleh pengobatan modern. Waktunya
bersama istrinya, Grace, tak lama lagi. Ia berambisi menjadikan dirinya tetap
hidup lebih lama. Sayangnya, ia memilih krionika yaitu mengawetkan tubuhnya
untuk kelak dihidupkan kembali.
Pertemuan
Dor dengan jiwa Sarah dan Victor di gua itu membuat ketiganya membuka rahasia
tentang waktu. Waktu tak akan pernah berubah, seperti yang diinginkan Sarah
maupun Victor.
“Waktumu masih panjang,” katanya.
“Aku tak menginginkannya.”
“Tapi mereka menginginkanmu. Waktu bukanlah sesuatu yang bisa kaukembalikan.
Saat berikutnya mungkin merupakan jawaban atas doamu. Menolaknya berarti
menolak bagian yang paling penting dari masa depan.”
“Apa itu?”
“Harapan.” (hlm. 275)
“Mengertikah kau sekarang?
“Bila kita diberi waktu tak terbatas, tidak ada lagi yang istimewa. Tanpa
kehilangan atau pengorbanan, kita tidak bisa menghargai apa yang kita punya.”
(hlm. 288)
***
Buku The Time
Keeper ini merupakan buku pertama yang saya baca dari kelima buku Mitch Albom
yang sudah diterbitkan Gramedia. Mitch Albom membuat kisah sang penjaga waktu
ini menjadi fabel yang sarat hikmah dan inspirasi.
Waktu selalu
diinginkan oleh siapapun di dunia ini. Manusia menginginkan banyak waktu untuk
dirinya, bahkan hingga ada yang menginginkan keabadian hidup, seperti yang terjadi
pada Victor. Ada Sarah pula yang menginginkan waktu berjalan lambat saat ia
bersama Ethan. Tak ada yang pernah tahu bagaimana cara waktu bekerja,
membalikkan hari-hari menjadi sebuah anugerah atau musibah bagi manusia yang
menjalaninya.
Mitch Albom
menuliskan dengan baik berbagai sifat manusia seperti yang tergambar dalam
kelima tokohnya : Dor, Alli, Nim, Sarah dan Victor. Dor yang selalu sibuk
dengan waktu, hingga ia melewati setiap waktu yang seharusnya ia jalani bersama
istrinya. Alli yang lembut dan penurut pada suaminya. Nim yang haus akan
kekuasaan, menghitung setiap ambisi menjadi sebuah impian yang harus
diwujudkan. Saat itulah ia tak akan pernah menjadi puas. Sarah yang lugu dan
perasa, baginya cinta menjadi yang utama, diabaikannya perasaan ibunya. Victor
yang perencana dan selalu menang. Selama ini ia tak pernah menjadi pecundang
yang kalah dalam strategi, maka disiasatinya segala masalah termasuk mempause
takdir dirinya dengan krionika.
Kelima tokoh
itu membuat saya jadi tersadar ada banyak ambisi yang dimiliki manusia perihal
waktu. Waktu menjadi momok menakutkan bila tak berjalan sesuai keinginan. The
Time Keeper mengajarkan makna untuk menghargai waktu yang kita punya, hingga
tak ada lagi yang perlu kita sesali nanti. Overall, 4 bintang untuk novel ini. Selamat menikmati harimu ya!
Resensinya keren jd penasaran juga pengen baca :)
BalasHapusBukunya bagus lho, Mak. Udah cetak ulang juga hehe. :D
Hapus