Resensi Buku Anak "Daisy and the Deadly Flu: Kisah Bertahan Hidup dari Influenza 1918" Karya Julie Gilbert
Judul Buku : Daisy and the Deadly Flu
Penulis Buku : Julie Gilbert
Penerbit : Capstone Press
Terbit : 2020
Tebal : 100 halaman
ISBN : 978-1496587121
Usia membaca : 8-11 tahun
Grade level : Preschool - 2
Bahasa : Inggris
Genre buku : novel anak, fiksi sejarah
Rating buku: 5/5 🌟
Baca dan download ebook di aplikasi Libby
Pinjam ebook pakai ecard San Jose Public Library
❤️❤️❤️
Resensi Buku Anak "Daisy and the Deadly Flu" Karya Julie Gilbert :
Di dunia yang penuh dengan tantangan pada tahun 1918, kisah anak berjudul "Daisy and the Deadly Flu: A 1918 Influenza Survival Story" membawa kita kembali ke masa sulit di mana pandemi influenza (flu Spanyol) merebak dan menjadi momen bersejarah.
Penulis Julie Gilbert mengisahkan dengan baik tentang perjuangan Daisy dan keluarganya dalam menghadapi cobaan berat di kota New Ulm yang terdampak pandemi influenza.
Sinopsis Buku "Daisy and the Deadly Flu" - Julie Gilbert :
Kisah bermula pada tahun 1918, saat keluarga Daisy, gadis cilik berusia 14 tahun mengalami banyak hal yang membuatnya harus berjuang untuk hidup.
Daisy pernah kehilangan ibunya saat TBC merenggut nyawanya beberapa tahun lalu. Ibu Daisy tidak dapat bertahan hidup, sehingga menyisakan perasaan sedih bagi Daisy.
Setelahnya, ayahnya menikah lagi. Hal ini membuat Daisy tidak akur dengan ibu tirinya, Bertha.
Tahun 1918, Daisy merasakan guncangan yang hebat di kehidupannya lagi. Kali ini, Perang Dunia I membawa dampak bagi keluarga Daisy.
Tunangan Elsie (adik Daisy) yang bernama Otto baru saja dikirim ke kota lain untuk ikut Perang Dunia I, dan surat kabar Emil (ayah Daisy) terpaksa ditutup karena mengkritik masuknya Amerika Serikat ke dalam perang.
Mereka akan menjebloskannya ke penjara, Daisy. Komisi Keamanan Publik dengan jelas menyatakan bahwa mereka akan menuntutnya jika dia terus menulis. Mereka melakukan hal yang sama terhadap editor surat kabar lainnya.
Ketika wabah Flu Spanyol tiba di kota kecil mereka di Minnesota, Daisy berusaha melindungi orang-orang tercinta dari penyakit yang mematikan ini.
Aku bisa melihat apa yang akan terjadi. Aku bisa melihatnya di wajah Bertha dan air mata ayahku. Aku bisa mendengarnya di paru-paru Elsie yang serak. Aku bisa melihatnya, tapi aku tidak bisa menghentikannya. Yang bisa kulakukan hanyalah berpegangan pada ambang pintu dan menyaksikan dengan ngeri saat adikku menghembuskan napas terakhirnya.
Perlahan tapi pasti, pandemi influenza melanda negara bahkan hingga pelosok desa. Bisakah Daisy melindungi keluarganya dari wabah flu yang mematikan ini?
Perjuangan Keluarga di Tengah Pandemi Influenza di New Ulm, Minnesota :
Daisy dan keluarganya harus menghadapi berbagai tantangan. Dari perang yang merenggut kehidupan, tunangan saudarinya yang meninggal, hingga penutupan surat kabar yang merupakan sumber penghidupan keluarga, situasinya sudah sulit. Namun, dengan kedatangan Flu Spanyol, mereka dihadapkan pada ujian yang lebih besar.
Kisah dalam buku anak ini menggambarkan ketahanan keluarga di tengah krisis kesehatan dan bagaimana mereka berjuang untuk melindungi satu sama lain.
Selama berminggu-minggu, aku membaca tentang flu di daerah yang jauh. Namun kini influenza sudah merajalela di New Ulm, dan tidak ada jalan keluar darinya. Ini bukanlah perang yang terjadi di luar negeri, di negara-negara yang mungkin belum pernah aku lihat. Itu adalah perang yang kami lakukan di rumah kami sendiri. Tempat yang seharusnya paling aman ternyata paling mematikan.
Nonfiksi Pendukung dan Glossary:
Uniknya, buku anak ini tidak hanya menghadirkan cerita fiksi saja. Julie Gilbert melengkapi kisah Daisy dengan materi pendukung nonfiksi, glossary, dan pertanyaan respons pembaca.
Hal ini tidak hanya menambah kedalaman cerita tetapi juga memberikan pemahaman lebih mendalam tentang konteks sejarah dan budaya pada masa itu.
Selain itu, Julie Gilbert juga membuat catatan penulis tentang proses menulisnya yang ternyata membutuhkan riset yang sangat mendalam.
Pandemi Influenza (Flu Spanyol) yang terjadi di Amerika pada tahun itu berlangsung lama. Di Amerika Serikat saja, setidaknya enam ratus ribu orang meninggal.
Pandemi influenza ini diperkirakan menewaskan lima puluh juta orang di seluruh dunia, meskipun beberapa perkiraan memperkirakan jumlahnya mendekati seratus juta.
Lebih banyak orang meninggal karena influenza dibandingkan akibat perang itu sendiri.
Populasi penduduk asli Amerika sangat terpukul. Kota Brevig Mission di Inupiaq, Alaska, menyaksikan 72 dari 80 penduduknya meninggal dalam waktu kurang dari satu minggu. Meskipun kisah Daisy unik, namun juga bersifat universal.
Pikirkan semua orang yang melihat keluarga dan teman meninggal karena flu atau khawatir orang yang mereka cintai tidak selamat dari perang. Itu adalah masa yang suram.
Kisah Bertahan Hidup dari Wabah Influenza 1918 :
Aku hampir tidak ingat apa pun dari bulan-bulan setelah Elsie meninggal. Aku berada di tempat tidur selama berminggu-minggu, memulihkan diri. Perang berakhir pada bulan November. Kami merasa lega, namun tak seorang pun dari kami merasa ingin merayakannya.
Otto telah kehilangan nyawanya bahkan sebelum dia menginjakkan kaki di medan perang.
Hampir semua orang yang aku kenal telah kehilangan seseorang, baik karena perang atau influenza.
Melibatkan Pembaca dengan Pertanyaan Respons:
Selain itu, buku "Daisy and The Deadly Flu" ini tidak hanya sekadar bacaan fiksi sejarah, tetapi juga memberikan ruang bagi pembaca anak untuk merespons dengan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pemikiran.
Inisiatif ini membuka pintu diskusi dan refleksi yang berharga, memperkaya pengalaman membaca anak-anak dengan pemahaman yang lebih mendalam.
Momen Bersejarah dalam Cerita Anak-Anak:
Novel "Daisy and the Deadly Flu" bukan hanya kisah fiksi biasa. Ini adalah pengantar anak-anak ke salah satu momen bersejarah yang paling penting.
Dengan membawa pembaca ke tahun 1918, buku ini mengajarkan tentang pantang menyerah, solidaritas antar anggota keluarga, dan bagaimana satu keluarga kecil menghadapi tantangan besar dalam sejarah.
Buku anak "Daisy and The Deadly Flu" juga termasuk dalam series Girl Survive yang memiliki tokoh utama gadis perempuan yang menghadapi tragedi. Setting tempatnya di kota New Ulm, Minnesota.
Pada akhir tahun 1800-an dan awal tahun 1900-an, New Ulm adalah rumah bagi banyak penduduk Jerman-Amerika seperti Daisy dan keluarganya.
Sekolah-sekolah di kota New Ulm menggunakan bahasa Jerman sebagai pengantar. Sejak terjadi perang, sekolah diharuskan menggunakan bahasa Inggris, agar mereka tidak dianggap membela Jerman.
Prasangka yang dihadapi Daisy dan keluarganya sebagai orang Jerman-Amerika selama Perang Dunia I sangatlah nyata.
Banyak warga New Ulm yang mengalami konflik akibat perang, terpecah antara kesetiaan pada negara baru dan negara lama.
Mereka tidak ingin berkelahi dengan saudara dan teman di luar negeri. Kota tersebut mengadakan unjuk rasa besar-besaran untuk mendukung rancangan tersebut pada tanggal 25 Juli 1917, tetapi beberapa warga kota juga menentang perang itu sendiri.
Perang tak hanya menyisakan rasa tak nyaman, namun tragedi wabah influenza makin menambah daftar kejadian buruk di tahun itu.
Tahun 1918-1919, wabah influenza membunuh lebih banyak orang dibanding perang itu sendiri. Meski begitu, suasana yang dialami Daisy membuat kita jadi tahu bahwa tragedi semacam ini perlu dikenang dalam sejarah.
Saat membaca kisah Daisy, saya jadi ingat lagi perasaan tak nyaman, khawatir dan putus asa saat terjadi pandemi COVID-19 tahun 2020. Persis seperti Daisy, saya juga takut virus singgah di badan dan menjangkiti orang terdekat.
Rasanya bersyukur sekali saya masih hidup hingga saat ini. Ya, seperti yang dilakukan Daisy, seharusnya saya lebih banyak bersyukur. Ungkapan syukur yang terlantun karena bisa melewati masa sulit itu.
Kesimpulan:
Dengan menggabungkan tema sejarah, ketahanan keluarga, dan persahabatan, "Daisy and the Deadly Flu: A 1918 Influenza Survival Story" karya Julie Gilbert membawa pembaca pada perjalanan emosional di masa lalu.
Buku anak ini bukan hanya sarana hiburan, tetapi juga pembelajaran tentang bagaimana kekuatan keluarga dapat menjadi benteng di tengah badai.
Sebuah karya yang relevan dan mendalam, mengajarkan nilai-nilai kehidupan, semangat, dan pantang menyerah di tengah cobaan berat.
Baca juga :
Review Buku Anak "Last Stop on Market Street" Karya Matt de la Peña
Review Buku Anak "Watercress" Karya Andrea Wang
Resensi Buku Anak - Franklin Rides a Bike Karya Paulette Bourgeois
Jadi mengingatkan pada kasus merebaknya Virus Corona. Rasanya tahun-tahun itu jadi waktu terberat. Semua serba sulit, semua serba harus sabar, dan semua harus serba bisa menjaga kesehatan. Tetapi saya bersyukur kita semua bisa melewati wabah itu dengan baik.
BalasHapusDan betul, ketahanan keluarga ketika masalah besar menimpa, pegangan kita ya pasti keluarga. Di novel ini juga mengajarkan hal itu juga kan?
Ya ampun, ini buku anak tapi pengarapan dan risetnya seserius ini. Luar biasa para penulis di sana memang kalo berkarya tidak main-main.
BalasHapus