18 Februari 2015

[Resensi Buku] Matilda - Roald Dahl


Judul : Matilda
Pengarang : Roald Dahl
Penerbit : Gramedia
Terbit : Cetakan keenam, Januari 2010
Tebal : 264 hlm.
ISBN : 978-979-511-167-2

            Matilda sangat jenius, selain juga amat perasa. Sebelum berusia lima tahun, dia sudah membaca karya-karya pengarang besar. Tapi orang tuanya menganggap dia hanya seperti ketombe yang menjengkelkan. Matilda memutuskan untuk mengurus dirinya sendiri. Ketika “diserang” Miss Trunchbull, kepala sekolahnya yang amat sangat kejam, dia baru sadar ternyata dirinya punya kekuatan supernatural. Lalu Matilda memakai kekuatan istimewanya itu untuk menyelamatkan sekolahnya, terutama guru kesayangannya, Miss Honey.

***
Matilda tenggelam dalam lautan buku (credit : www.roalddahl.com)
            Karya Roald Dahl yang satu ini telah memenangkan Children’s Book Award, juga telah diterjemahkan ke dalam 35 bahasa. Pencapaian ini membuat saya penasaran. Apalagi dalam versi terjemahan bahasa Indonesia, buku ini telah masuk cetakan keenam. Sebuah apresiasi tinggi atas sebuah buku yang menyerupai pencapaian buku Enid Blyton. Keduanya sama-sama penulis dari Inggris.

            Dalam buku ini, Roald Dahl mengambil tokoh utama anak kecil berumur lima tahun. Usia yang sangat muda untuk tahu segala hal dengan terlalu dini. Melihat Matilda dengan pencapaian hitungan matematika dan pelajaran membaca dan mengejanya, mengingatkan saya bahwa ada beberapa orang jenius di dunia ini seperti Matilda. Misalnya saja : Mozart yang juga membuat nada-nada gubahan saat usianya lima tahun. Jenius memang diidentikkan dengan sifat yang “unik”, dan perasa. Mereka tidak mudah bersosialisasi dengan orang lain. Seperti halnya Matilda yang lebih suka menyerang orang yang tidak menganggapnya istimewa. Bahkan cenderung mengejek keunikan itu dengan mengatakan bahwa curang, bodoh, bebal, maupun bohong.
           
            Di buku ini, Roald Dahl juga mengkritik orang dewasa baik itu orang tua maupun kepala sekolah yang tidak peka terhadap special kids seperti Matilda. Perlakuan yang seharusnya dibedakan, karena anak-anak yang memiliki tingkat intelegensi tinggi tidak akan merasa nyaman ada di kelas terendah. Mereka akan merasa tidak ada tantangan, sehingga mencari kesenangan lain dengan merusuh di kelas. Matilda pun sama, ia merusuh di kelas, dan membuat kericuhan di rumah sebanyak dua kali.

Miss Honey mendengarkan Matilda menjawab soal hitungan matematika dan mengeja (credit : www.roalddahlcom)

            Awalnya saya tidak berharap tinggi terhadap buku ini, karena saya baru membaca satu buku saja dari penulis yang sama. Jadi begitu kisahnya sampai di tengah, saya kegirangan karena mendapatkan banyak kejutan. Karakter tokohnya berkembang, masa lalu Miss Honey diungkap blak-blakan dan ending-nya nge-twist. Sangat seru dan lucu untuk diikuti. Matilda juga bijaksana dalam menggunakan kekuatannya. Satu kekurangan buku ini pada tokoh yang anti mainstream seperti orang tua maupun kepala sekolah Matilda yang sangat kasar dalam tingkah maupun ucapan. Overall, 4 bintang untuk kisah ini.   


5 komentar:

  1. Sepertinya ini buku Roald Dahl yang paling banyak dibaca ya? Jadi makin penasaran sama sosok Mathilda, terutama "kekuatan istimewa" itu. >.<

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kang Opan. Kekuatannya keren deh. :D Aku sampe ketawa ngakak pas dia memperagakan di depan kepala sekolahnya. Wekeke. Ayo dibaca, kang.

      Hapus
    2. Iya, rencana mau baca bulan Maret ini. Trims, Ky, buat resensinya. :D

      Hapus
  2. Suka sma matilda, pengen baca buku anak2 macam ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baca aja, Jiah. Biasanya di perpus juga ada. :D

      Hapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^

Big Ad