Judul : Matilda
Pengarang : Roald Dahl
Penerbit : Gramedia
Terbit : Cetakan keenam, Januari 2010
Tebal : 264 hlm.
ISBN : 978-979-511-167-2
Matilda
sangat jenius, selain juga amat perasa. Sebelum berusia lima tahun, dia sudah
membaca karya-karya pengarang besar. Tapi orang tuanya menganggap dia hanya
seperti ketombe yang menjengkelkan. Matilda memutuskan untuk mengurus dirinya
sendiri. Ketika “diserang” Miss Trunchbull, kepala sekolahnya yang amat sangat
kejam, dia baru sadar ternyata dirinya punya kekuatan supernatural. Lalu
Matilda memakai kekuatan istimewanya itu untuk menyelamatkan sekolahnya,
terutama guru kesayangannya, Miss Honey.
***
Karya
Roald Dahl yang satu ini telah memenangkan Children’s Book Award, juga telah
diterjemahkan ke dalam 35 bahasa. Pencapaian ini membuat saya penasaran.
Apalagi dalam versi terjemahan bahasa Indonesia, buku ini telah masuk cetakan
keenam. Sebuah apresiasi tinggi atas sebuah buku yang menyerupai pencapaian
buku Enid Blyton. Keduanya sama-sama penulis dari Inggris.
Dalam
buku ini, Roald Dahl mengambil tokoh utama anak kecil berumur lima tahun. Usia
yang sangat muda untuk tahu segala hal dengan terlalu dini. Melihat Matilda
dengan pencapaian hitungan matematika dan pelajaran membaca dan mengejanya,
mengingatkan saya bahwa ada beberapa orang jenius di dunia ini seperti Matilda.
Misalnya saja : Mozart yang juga membuat nada-nada gubahan saat usianya lima tahun.
Jenius memang diidentikkan dengan sifat yang “unik”, dan perasa. Mereka tidak
mudah bersosialisasi dengan orang lain. Seperti halnya Matilda yang lebih suka
menyerang orang yang tidak menganggapnya istimewa. Bahkan cenderung mengejek
keunikan itu dengan mengatakan bahwa curang, bodoh, bebal, maupun bohong.
Di
buku ini, Roald Dahl juga mengkritik orang dewasa baik itu orang tua maupun
kepala sekolah yang tidak peka terhadap special
kids seperti Matilda. Perlakuan yang seharusnya dibedakan, karena anak-anak
yang memiliki tingkat intelegensi tinggi tidak akan merasa nyaman ada di kelas
terendah. Mereka akan merasa tidak ada tantangan, sehingga mencari kesenangan
lain dengan merusuh di kelas. Matilda pun sama, ia merusuh di kelas, dan membuat
kericuhan di rumah sebanyak dua kali.
Miss Honey mendengarkan Matilda menjawab soal hitungan matematika dan mengeja (credit : www.roalddahlcom) |
Awalnya
saya tidak berharap tinggi terhadap buku ini, karena saya baru membaca satu
buku saja dari penulis yang sama. Jadi begitu kisahnya sampai di tengah, saya kegirangan
karena mendapatkan banyak kejutan. Karakter tokohnya berkembang, masa lalu Miss
Honey diungkap blak-blakan dan ending-nya
nge-twist. Sangat seru dan lucu untuk
diikuti. Matilda juga bijaksana dalam menggunakan kekuatannya. Satu kekurangan
buku ini pada tokoh yang anti mainstream
seperti orang tua maupun kepala sekolah Matilda yang sangat kasar dalam tingkah
maupun ucapan. Overall, 4 bintang
untuk kisah ini.
Sepertinya ini buku Roald Dahl yang paling banyak dibaca ya? Jadi makin penasaran sama sosok Mathilda, terutama "kekuatan istimewa" itu. >.<
BalasHapusIya, kang Opan. Kekuatannya keren deh. :D Aku sampe ketawa ngakak pas dia memperagakan di depan kepala sekolahnya. Wekeke. Ayo dibaca, kang.
HapusIya, rencana mau baca bulan Maret ini. Trims, Ky, buat resensinya. :D
HapusSuka sma matilda, pengen baca buku anak2 macam ini
BalasHapusBaca aja, Jiah. Biasanya di perpus juga ada. :D
Hapus