Judul : Memecahkan Rahasia Kapak Merah
(Sapta Siaga #3)
Pengarang : Enid Blyton
Penerbit : Gramedia
Terbit : Cetakan ketujuh, Mei 2012
Tebal : 136 hlm.
ISBN : 978-979-22-7442-4
Rumah pohon Sapta Siaga
kedatangan tamu – Jeff dan kucingnya. Jeff sedang dikejar-kejar pamannya dan
seorang penjahat karena anak itu mendengar sebagian pembicaraan mereka. Dan apa
yang didengar Jeff membuat Sapta Siaga bingung. MKX, Kamis tanggal 25, Emma
Lane, kapak merah, dan terali. Apa arti semua itu?
Petualangan
Sapta Siaga kali ini berawal dari sebuah rumah pohon di Hutan Berangin. Pohon
yang dipilih berukuran besar sehingga muat banyak anak, dan memiliki dahan yang
kuat menopang. Anak-anak memindahkan markas mereka ke rumah pohon. Alasannya
karena saat musim panas, gudang rumah Peter yang biasa dipakai jadi tempat
rapat terasa panas ditempati. Anak-anak mendapatkan apa yang mereka inginkan,
sebuah rumah pohon, dengan pos penjagaan bagi Skippy di bawah pohon. Ada juga
lubang di atas sebagai tempat menyimpan bekal makanan.
Petualangan ini berbeda dengan
sebelumnya karena kode rahasia yang diperoleh samar. Kata “Emma Lane” yang
didengar oleh Jeff saat ia setengah tertidur, setelah dilacak tidak menghasilkan
apa-apa. Rumah Emma Lane yang mereka kunjungi sudah berganti pemilik. Lagipula
yang memiliki dulunya seorang nenek tua. Tidak mungkin ia berbuat kejahatan.
Petunjuk paling penting justru menghilang, Jeff. Padahal ayah Peter ingin
mendengar kisah Jeff jika memang kisah itu benar nyata. Tapi jika Jeff
menghilang, ayah tidak akan percaya.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?”
“Kita terpaksa menyerah.”
“Kita tak mungkin menentang kata-kata Dad. Lagipula, kita juga sama sekali tak memahami arti kata-kata yang berhasil diingat Jeff. Sekarang Jeff sudah pergi entah ke mana. Jadi kita tak mungkin memintanya untuk menceritakan kisahnya pada orang lain!”
Petunjuk berhasil diperoleh saat
Sapta Siaga hampir menyerah. Ternyata Emma Lane merujuk pada kata Ember Lane,
seperti yang diucapkan Colin pada George saat berpisah jalan. Colin yang sudah
jauh seperti mengucapkan kata Emma Lane saat menyebut tempat pertemuan di jalan
Ember Lane. Akhirnya anak-anak mendapat petunjuk baru. Dari puzzle yang sudah
ada dirangkai menjadi fakta baru : ada rencana perampokan mobil kantor pos di Ember
Lane. Dapatkah anak-anak menggagalkan misi itu?
Seri Sapta Siaga ketiga kali ini,
meski kodenya sulit dipecahkan, namun menarik untuk diikuti. Menggunakan metode
deduktif ternyata anak-anak bisa juga menghasilkan kesimpulan yang baik.
Apalagi saat menghubungkan kode MKX dan kapak merah. Jika dilihat dari kasus
ini, penyelesaian akhir masih tetap menggunakan tangan orang dewasa, mengingat
Sapta Siaga memang masih anak-anak. Sehingga baku hantam dengan penjahat
diminimalisir. Hanya sekali anak-anak melihat penjahatnya, itu pun dari atas
rumah pohon, sehingga tetap membuat anak-anak aman.
Saya paling suka bagian di mana
Colin dan Peter melakukan petualangan malam hari ke rumah pohon, seruu! Apalagi
deskripsi tempat saat Colin melempar batu ke jendela rumah Peter membuat saya
jadi membayangkan halaman yang asyik di rumah itu.
Ada juga nasihat yang diselipkan
Enid Blyton pada anak-anak tentang menjaga lingkungan. Seperti saat akan
membuat lencana S.S. di pohon. Ternyata tidak diperbolehkan oleh Peter.
“Sebaiknya pada kulit batangnya kita goreskan huruf S.S. dengan pisau, sebagai tanda untuk Sapta Siaga.”
“Jangan! Ayahku mengatakan, orang yang gemar mencoret-coret dinding dan lantai serta menggoresi pohon dengan pisau adalah orang dungu. Jika ada anggota Sapta Siaga yang ingin bertindak dungu, silakan keluar dari perkumpulan kita.” (hlm. 29)
Secara garis besar, kisah ini
menegangkan, tapi lebih menegangkan lagi seri berikutnya. Untuk kisah ini saya
beri 4 bintang. ;)
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^