Judul : Anakku Tiket Surgaku
Penulis : Wuri Nugraeni, Aan Wulandari U.
dan Uniek Kaswarganti
Penerbit : Tinta Medina (Imprint Tiga Serangkai)
Terbit : Juli 2014
Tebal : 334 hlm.
ISBN : 978-602-257-932-8
Blurb
:
Anak malas shalat? Puasa juga
bolong-bolong? Susah disuruh mengaji? Hemmm… jangan langsung disalahkan apalagi
diomeli. Mereka adalah anak-anak yang masih membutuhkan perhatian Ibu, momen
yang mampu mewarnai hari-hari sebagai ibu. Bisa jadi, kelak kita menua, Ibu
akan merindukan masa itu.
Resensi
:
Seorang
ibu memiliki kewajiban untuk menjadi madrasah peradaban bagi putra dan putrinya
saat dalam masa pertumbuhan. Dalam lima tahun pertama, seorang anak akan
menyerap banyak ilmu yang diajarkan oleh orang tuanya. Sebagai sebuah madrasah,
Ibu mudah dekat dengan anak dibandingkan ayah. Karena itu biasanya Ibu yang
paling sering mengajarkan anak-anak dasar agama yang akan mereka amalkan
sepanjang hayat.
Shalat adalah fondasi kedua setelah syahadat seorang muslim. Saat seorang shalat, maka ia menegakkan agamanya. Anak yang diajarkan sejak dini untuk mengenal ibadah Islam, memorinya akan menguat hingga dewasa. Bila ibu menemukan banyak kendala seputar mengasuh anak, ingat kembali tujuan utama seorang ibu mendidik mereka. Agar anak kelak menjadi tiket surga bagi sang Ibu nanti. Kini, ibu bisa belajar dari ketiga penulis buku ini untuk saling menguatkan para ibu agar bisa tetap sabar menghadapi anak-anak di usia penting mereka.
Dalam
buku Anakku Tiket Surgaku ini, ada
empat bab yang dibahas yaitu : shalat, puasa, mengaji, dan lain-lain. Bab
terakhir memang berisi kumpulan kisah selain tiga tema utama lainnya, seperti :
shadaqah, hijab, hafalan surat, maupun qiyamul lail.
Dalam bab “Shalat” ada 30 tulisan
yang masuk bertema shalat pertama yang dilakukan anak-anak. Tema shalat memang
paling mendasar karena termasuk rukun Islam, maka bahasan shalat mendominasi.
Jumlah tulisan sebanyak ini telah mengisi kekosongan jumlah tulisan di bab “Mengaji”
yang hanya diisi 9 tulisan.
Ilustrasi dalam tulisan Berburu Mukena |
Dalam tulisan berjudul Berburu Mukena, ada seorang anak
bernama Syifa yang memiliki kebiasaan unik. Sebelum wudhu, ia bermain air dulu.
Sedangkan mamanya sibuk menyiapkan sajadah dan mukena. Namun Syifa tidak mau
memakai mukena yang sudah disiapkan. Ia ingin memakai mukena berwarna biru.
Syifa pun mengobrak-abrik isi lemari, seperti mencari harta karun emas. Setelah
dicari, ternyata Syifa baru ingat mukena birunya ketinggalan di sekolah.
Seperti itulah tingkah dan polah anak-anak, bikin ibunya mengelus dada.(hlm. 6)
Ada pula kisah berjudul My Life as Bobokers. Diceritakan
seorang anak bernama Rafi sangat sulit dibangunkan shalat karena hobi tidurnya.
Saat ia berusia delapan tahun, Mamanya membangunkan Rafi dengan berbagai cara. Termasuk
menceritakan kisah Islami. (hlm. 41)
“Rafi sayang Mama?”
“Iya.”
“Kalau Rafi sayang Mama, berarti Rafi harus terus berbuat baik.”
“Iya, Ma. Biar Rafi dan Mama nanti bisa ke surga bersama-sama.”
Lain waktu jika terjadi hal itu
lagi, Mama akan mengeluarkan jurus andalannya dengan bertanya sambil mengelus
kepala Rafi.
“Rafi mau kan ke surga bersama Mama?”
Rafi langsung terbangun dari
tidurnya dan lebih memilih shalat. Bukan karena ingin ke surga, karena ternyata
ia sudah tidak ingin dicium Mama. Anak remaja zaman sekarang memang sok
antimama.
Kelak, momen penting seperti ini
akan membuat ibu teringat dengan masa kecil anak-anak. Bila saat anak kecil
berulah Ibu tidak menyikapinya dengan sabar, ibu akan menjadi Tiger Mom yang
hanya akan marah dan mengomel. Padahal, jika itu terjadi, anak-anak akan
menjauh dan memilih dekat dengan orang lain, misalnya bibi pembantu, nenek maupun kakeknya.
Dalam
kisah berjudul Puasa Sapi,
diceritakan tentang kebiasaan anak ketika puasa tengah hari. Puasa sapi adalah
istilah yang dipakai asisten rumah tangga sang mama. Bukan karena anaknya
dibilang sapi, tapi, “Itu, lho, Bu. Mari mangan diusapi (setelah
makan dilap mulutnya).” Istilah ini terdengar unik. Sang Mama pun memberi solusi dengan mengiming-imingi anaknya hadiah uang bila anak itu berhasil puasa
sehari penuh. Ternyata cara ini berhasil karena sang anak langsung semangat berpuasa hingga adzan maghrib berkumandang.(hlm. 159)
Ada
kisah seru Nida dalam Guru Ngaji Lima
Watt. Sang Mama memiliki kebiasaan menerapkan aturan dalam keluarganya
yaitu “Tiada hari tanpa mengaji. Minimal
satu halaman deh.” Tapi apa jadinya jika sang guru ternyata mengantuk
sekali? Seperti yang terjadi pada mama malam itu yang harus mengajar ngaji Nida
sendirian karena ayah Nida sedang pergi. Karena Mama mengantuk sangat, ia tidak
bisa fokus pada suara yang didengarnya. Meski sudah masuk injury time waktu
istirahat sang Mama, daripada salah melulu, akhirnya Nida dibebaskan bermain
hari itu. (hlm. 201)
Selain
kisah-kisah di atas, banyak kisah lainnya yang menghiasi buku ini. Selain
sebagai motivasi bagi ibu untuk tetap semangat mengajari anak-anak ibadah, para
penulis buku ini juga berbagi senyum dan tawa karena tingkah konyol anak-anak
saat bermain sambil belajar itu. Sebab surga dimulai dari hal yang mendasar,
maka sejatinya peran ibu adalah terus menerus menggali potensi anak-anak dengan
semangat, senyum, tawa, dan toleransi. Sebab, anakku adalah pintu surga setiap ibu di dunia ini.
ilustrasi buku : lucu~ |
Desain bukunya yang dibuat kecil
membuat buku ini asyik dibaca di mana saja, bahkan di saat menunggu anak
mengaji di madrasah atau sedang bersantai di teras rumah. Untuk tulisan,
beberapa kalimat lucu dibuat berwarna lain, dan dihiasi ilustrasi dan emoticon
yang cantik. Kekurangan buku ini ada pada jumlah tulisan yang tidak seimbang,
sehingga porsi tulisan selain tiga tema besar kurang diangkat. Buku ini dibuat
oleh tiga orang, tapi belum terlihat karakter penulis yang satu dengan penulis
lain. Apalagi tidak ada keterangan siapa yang sedang bercerita sehingga saya
hanya menebak-nebak saja. Empat bintang untuk buku ini. ;)
Terima kasih, Ila ^^
BalasHapusSama2, mba Wuri. :)
HapusTerima kasih untuk resensinya ya Ila :)
BalasHapusSama2, mba Uniek. Moga laris ya. :)
HapusIla rajin banget bikin resensi, TOP deh. Buku ini aku udah punya, beli langsung sama penulisnya hehe
BalasHapusHehe, iya, mba. Mumpung udah punya, dapet dari penerbit. :D
HapusHihi ceritanya lucuuk2 yah kak,
BalasHapusbekeel ilmu nih kalo nanti jadi ibu :D