Langsung ke konten utama

Resensi Buku Perfection by Farrahnanda

 

novel perfection - farrahnanda

Judul Buku : Perfection

Pengarang : Farrahnanda

Penerbit : Ice Cube (Imprint KPG)

Terbit : Cetakan Pertama, Maret 2015

Tebal : 238 halaman

ISBN : 978-979-91-0834-0

Genre : Novel Young Adult

Rating : 4/5 bintang

 

Sinopsis Buku Perfection – Farrahnanda :

 

“Dik, tolong lempar bolanya ke sini,” pinta salah seorang kakak kelas sambil menyeka keringat yang mengucur dari kening.

Setengah malas aku menuruti permintaannya, berdiri untuk mengambil bola basket. Sampai kemudian, salah seorang dari mereka menyeletuk, “Bola bisa ambil bola, toh?”

Dalam waktu singkat, orang-orang yang ada di sekitar lapangan basket tertawa. Semua mata memandang ke arahku. Akhirnya aku jadi pusat perhatian, tapi bukan seperti ini yang kuinginkan.

 

Hampir seumur hidupnya, Nina berada di bawah bayang-bayang Nila, saudari kembarnya. Wajah mereka identik, tapi Nila yang memiliki tubuh sempurna selalu mencuri perhatian, sementara Nina yang badannya lebih berisi hanya kebagian ejekan. Tapi Nina tidak pernah menjadikan berat badan sebagai masalah utama dalam hidupnya, sampai ia diajak berkenalan oleh Panji, kakak kelas yang menjadi tambatan hati. Tidak mau menyia-nyiakan kejadian langka ini, Nina bertekad untuk menjadi sosok ideal untuk Panji. Dan perjalanan Nina menuju kesempurnaan pun dimulai!

 

Resensi Buku Perfection – Farrahnanda :

 

Vanina Saraswati atau Nina, anak SMA kelas 1 sering minder dengan bentuk tubuhnya yang tidak ideal. Ia pun sering mengalami bullying verbal di sekolah maupun di rumah. Pernah suatu hari ia dipermalukan oleh kakak kelasnya di lapangan basket saat terkena bola basket. Kakak kelas itu memanggilnya dengan sebutan bola, saat salah satu dari anak klub basket mengatakan, “Bola bisa ambil bola, toh.”

Selain itu, teman-temannya juga menganggap Nina aneh karena porsi makannya yang sangat tidak wajar. Nina sering dipanggil Ndut. Meskipun awalnya dianggap candaan, namun Nina menerima ejekan itu setiap hari, hingga membuat ia kepikiran tentang hal itu. Apakah bentuk tubuhnya memang sebesar itu?

 

“Kuakui tubuhku memang agak berisi, but it’s not that bad. Aku percaya masih banyak orang-orang yang bobot tubuhnya melebihi aku. Ya, bobot tubuh tidak akan menjadi masalah dalam hidupku kalau saja aku tidak punya kembaran yang tubuhnya sempurna bak model.” (hlm. 2-3)

 

“Kalau aku seumur hidup terkurung dalam tubuh ini,  bisa-bisa tidak ada cowok yang mau jadi pacarku.” (hlm. 4)

 

Masalahnya, Nina memiliki saudara kembar identik yang berbeda bentuk badannya. Nila, kembaran Nina sangat langsing. Bisa dibilang Nila memiliki badan dengan porsi badan yang ideal. Hal ini sering membuat ia minder. Apakah orang tuanya juga membanggakannya selayaknya anak kembar pada umumnya? Meskipun Nina pintar di sekolah, namun Nina juga ingin terlihat mengagumkan di mata orang tuanya.

Nina belum punya pacar, maupun teman dekat laki-laki. Sedangkan, Nila sudah pacaran dengan Rio. Rio sering antar jemput ke rumah Nila saat akan berangkat sekolah. Padahal jarak rumah dan sekolah sangat dekat dan bisa dijangkau dengan berjalan kaki.

Suatu hari, saat Nila tampil menyanyi di lomba sekolah, ekspresi Ibu dan Bapak menunjukkan kekaguman yang membuat Nina sedih karena merasa berbeda dengan kembarannya. Inilah yang membuatnya merasa khawatir tidak bisa menjadi kebanggaan orang tuanya, seperti halnya Nila yang memiliki berat badan proporsional dan pandai menyanyi.

 

“Wajah mereka seakan mengatakan, ‘Wah, anak kami yang satu itu memang luar biasa menawan’. Padahal kalau aku mendapat nilai bagus, mereka hanya memelukku sambil memberi ucapan selamat. Ekspresi mereka tidak berlebihan seperti habis menerima sebuah penghargaan internasional begini.” (hlm. 9)

 

Nina juga minder dengan apa yang dikatakan orang tentang porsi makannya yang besar. Nina doyan jajan di kantin sekolah. Kadang anak-anak lain menertawakan dan menjadikan Nina sebagai bahan taruhan. Ya, bisa dibilang porsi makan Nina memang sangat mengagumkan. Nina sanggup menghabiskan tiga tahu sumedang dan tiga tempe mendoan hanya untuk jajan, bukan sebagai makanan utama di kantin sekolah.

 

“Kuakui, agaknya pendapatku tentang teman-teman waktu itu agak kelewatan. Kadang, harus kuakui mereka benar. Porsi makanku memang… mengagumkan.” (hlm. 21)

 

Selain itu, ada ejekan yang sering Nina terima dari teman-teman sekelasnya dan kakak kelasnya. Misalnya : “bola bisa ambil bola”, “kuda nil makan siang”, dll. Ejekan yang makin membuat Nina tidak yakin dengan bentuk tubuhnya. Seolah seluruh dunia berkata bahwa Nina tidak pantas berada di dunia ini.

Sebagai anak remaja, Nina pun mengalami pubertas. Inilah yang membuat kehidupannya mulai berubah. Nina jatuh cinta dengan Kak Panji, kakak kelas yang ia temui di perpustakaan sekolah. Kakak kelas yang lebih sering mengajak Nina berdiskusi tentang sejarah, dimulai dari buku Mein Kampf yang membahas peran sosok Hitler di Perang Dunia II.

Selain itu, ada juga Kak Sri Wedari, kakak kelas yang dekat dengan Kak Panji. Mereka sama-sama menyukai sejarah. Nina pun pernah diajak membahas sejarah dengannya. Bahkan Panji berinisiatif untuk mengajak Nina nonton film sejarah di Movie box. Karena Panji, Nina berubah. Ia ingin terlihat menyenangkan di mata cowok itu. Tapi, apa kedekatan mereka tak menimbulkan iri dengki dan permusuhan?

Seorang gadis bernama Vera menghampiri meja di kantin yang ditempati Nina. Gadis ini bertanya tentang Panji dan hubungannya dengan Nina. Selain itu, ia menganggap bahwa Nina tidak pantas dekat dengan Panji karena bentuk tubuhnya yang tidak ideal.

 

“Aku agak syok aja. Soalnya dia kan, dekat dengan Kak Raka yang febeles banget di sekolah ini. Artinya Kak Panji juga bisa dibilang orang hebat, walau masih nggak sebanding dengan Kak Raka.”

“Syok?”

“Iya, syok soalnya yang macam kamu bisa deket sama kak Panji.”

 

Sejak saat itu, Nina berambisi untuk menurunkan berat badan demi bisa bersanding dengan layak di samping Panji. Padahal, Panji tidak pernah mempermasalahkan bentuk tubuh Nina. Ia dekat dengan siapa pun, tanpa memandang orang itu siapa.

 

“Memangnya dia siapa? Kenapa dia seenaknya mengomentari aku dan Kak Panji? Apa menurutnya orang yang berpenampilan seperti aku tidak seharusnya dekat dengan Kak Panji? Aku berjanji pada diriku sendiri, suatu hari aku akan membuatnya mengakui kalau aku pantas bersanding dengan Kak Panji.” (hlm. 106)

 

Nina bahkan bertekad untuk menghilangkan lemak-lemak di tubuhnya dengan cara yang ekstrim. Inilah titik yang mengkhawatirkan, karena Nina mulai gila-gilaan saat melakukan diet ketat.


“Aku mencubiti lagi bagian-bagian tubuhku yang menggelambir, kali ini lebih sekuat tenaga. Kulitku memerah dan mulai lecet. Tapi aku tidak peduli. Yang kuinginkan sekarang lemak-lemak ini hilang seketika dari tubuhku. Apa pun caranya.”(hlm. 108)

 

Sampai kemudian, Panji melihat memar yang ada di lengan Nina. Ia mengira Nina menyakiti dirinya sendiri dengan mencubit badannya. Itulah yang membuat Panji khawatir saat ia akan menyelesaikan sekolahnya, ia harus jauh dari Nina karena akan kuliah di UI.


Novel Perfection - Farrahnanda


Nila juga mengira Panji mungkin saja memang naksir Nina karena sering curhat tentang masalah pribadinya. Inilah yang membuat Nina mati-matian ingin diet agar terlihat langsing di mata Panji. Padahal Panji tak pernah mempermasalahkan bentuk tubuh Nina. Bahkan, Panji tak pernah memberikan status hubungan apapun dengannya.

 

“Setahuku, kalau cowok sudah mau terbuka soal banyak hal, terutama mau cerita banyak soal teman dekat atau hobi, dia berarti sudah mau buka siapa dirinya ke kamu. Dia nyaman sama kamu, Na. Sebanyak apa dia cerita soal sahabatnya?” (hlm. 127)

 

Jadi, apakah Nina akhirnya berhasil mewujudkan impiannya? Baca saja di novel Perfection ini ya!

 

Menurut Saya :

 

Novel Perfection karya Farrahnanda berkisah tentang Nina dengan segala keinginannya untuk menjadi sempurna. Saya pikir judul Perfection berhubungan dengan Perfect dan Reflection yang jika digabungkan artinya menjadi cermin kesempurnaan.

Cover novel Perfection ini menggambarkan karakter Nina yang memandang dua persepsi yang berbeda tentang bentuk tubuh di balik etalase kaca toko baju. Gambaran pertama adalah patung yang porsi badannya sangat gemuk, dan gambaran yang kedua adalah patung dengan badan yang langsing. Inilah gambaran impian Nina yang sangat ingin menjadi kurus seperti Nila. Ia tak mau dibanding-bandingkan dengan kembarannya sekalipun.

Nina selalu mengaitkan impian untuk tampil sempurna dengan diet ketat, olahraga ekstrim, dan jurnal diet yang ditulisnya. Nina mencatat apa saja yang harus dia konsumsi. Banyak tips diet yang dia dapatkan dari majalah dan buku yang dibacanya.

Selama berbulan-bulan Nina berjibaku dengan dirinya sendiri untuk mengontrol porsi makannya. Bahkan, ia sampai sakit dan didiagnosa mengalami gangguan kecemasan atau depresi karena pola makan yang dijalaninya.

Nina juga ingat teori labeling yaitu ketika seseorang sudah berubah pun, label awal akan tetap melekat pada dirinya, misalnya ia sudah menurunkan berat badan namun orang-orang masih mengira ia gemuk karena ia pernah gemuk. Orang tidak tahu bahwa sudah terjadi perubahan kecil yang signifikan karena sudah terlanjut melabeli orang dengan label gemuk. Itu sebabnya Nina marah karena hal itu, orang masih melabelinya dengan sebutan gendut, sampai ia mati-matian untuk diet dengan cara yang ekstrim.

 

“Apa semua ini karena kata-kata Raka dulu? Nina, aku sudah minta maaf atas ucapan Raka waktu itu.”

“Ini bukan cuma karena Raka! Ini karena semua orang! Semua orang mengomentari badanku! Aku muak dikata-katai terus, Kak, aku muak!”

“Aku cuma ingin jadi cantik, Kak.”

“Nina, dengar. Selama kamu sehat, kamu selalu cantik di mataku, Na.”

 

Nina selalu mencatat kalori makanan yang akan dikonsumsinya setiap kali akan makan. Ia juga cemas dengan makanan yang akan ia makan, apakah makanan itu akan membuatnya bertambah gemuk. Inilah yang membuat Nina sakit hingga hampir defisit kalori.


Perfection - novel remaja YARN


Novel Perfection ini tak hanya membahas tentang cara diet ala Nina yang membuatnya hampir kehilangan nyawa, tapi juga tentang persahabatn yang terjalin antara Nina, Nila, Rio, Raka, Panji, dan Wedari. Meski scene Wedari hanya ditampilkan sedikit saja, tapi tanpa scene perkenalan dengan Wedari, mungkin Nina nggak akan terlalu dekat dengan Panji. 


"Hitler hancur karena ambisinya sendiri yang nggak terkontrol, kan? Ambisi yang salah. Dan aku mengulangi kesalahan yang sama. Aku bikin diriku sendiri hancur karena ambisi sendiri. Tapi, yah, kayak yang pernah aku bilang, orang-orang nggak benar-benar belajar dari sejarah." (hlm. 236)


Selain itu, ambisi Nina untuk bisa jadi sekurus Nila membuat novel ini berjalan dengan alur yang sedang. Sedikit menggebu di awal, tapi begitu di tengah agak kurang pacenya. Entah, mungkin saya aja kali ya yang bacanya kelamaan. Harusnya novel Yuong Adult ini bisa dihabiskan dalam 2 hari, tapi saya nyicil baca beberapa hari. Hiks

Selain kisah tentang persahabatan, novel Perfection ini juga bikin saya kangen dengan Jogjakarta. Penulisnya sangat detail membahas setting novelnya yaitu berbagai sudut kota Jogja yang sering disinggahi penduduk lokal. Jadi, jangan harap kamu bakalan nemu bahasan tempat wisata ya, karena scene jalan-jalan itu sedikit banget. Ya, ada sih bahasan tentang jalan-jalan di Alun-alun Utara dan Alun-alun Selatan, ikutan permainan Masangin, makan ronde, makan pempek di Amplaz, main ke taman lampion dan nonton movie box. Selain itu, pembaca juga bisa ikutan jalan-jalan keliling lintasan lari yang dilalui Nina hingga sampai ke rumahnya. :D

Oh iya, ada sedikit salah ketik di novel Perfection ini, antara lain : kata “kubieli” harusnya ditulis “kubeli”(hlm.12), “panji” harusnya ditulis “Panji (hlm. 141). Ada juga kata ganti “dia” yang tidak konsisten digunakan dalam novel ini. Kadang penulis masih pakai kata gantu “ia” (hlm. 22).

Selain itu, penggunaan kata “banyak orang-orang” kurang tepat karena kata “banyak” sudah menunjukkan jamak, ditambah kata “orang-orang” yang menunjukkan jamak juga. Seharusnya diganti menjadi “banyak orang”. Sama halnya dengan kata “banyak buku-buku sejarah” yang juga salah penggunaannya di halaman 13. Harusnya ditulis “banyak buku sejarah” saja.

Dan ada juga pilihan diksi yang bikin saya bertanyatanya, kenapa pakai istilah ultra cerah ya? :D

 

“Wajahnya berubah ultra cerah dan berseri-seri” (hlm. 15)

 

But, it’s oke. Novelnya keren kok. Hehe. Saya malah jadi kepikiran soal penyakit depresi yang dialami Nina ini bisa aja dialami juga oleh orang lain yang terobsesi untuk menjadi cantik dalam versi yang ekstrim. Jangan sampai kayak Nina deh ya. Semoga kita selalu sehat dan menjaga pola makan. ;)

 

Kesimpulan :


Novel Perfection karya Farrahnanda ini merupakan salah satu novel terpilih yang menjadi pemenang lomba novel YARN yang diadakan penerbit Ice Cube. Tema lomba novel ini adalah YARN (Young Adult Realistic Novel). Ya, tema lomba novel ini memang tema yang realistis.

Tema YARN berhubungan erat dengan dunia anak remaja dan segala gejolak masa mudanya di dunia nyata. Harapannya, anak-anak remaja yang membaca novel ini akan belajar dari masalah yang dihadapi para tokohnya.

Nina dan teman-temannya mengalami berbagai hal yang menjadi masalah mereka, baik di sekolah, pergaulan, maupun keluarga.

Misalnya saja masalah Nina yang selalu dibandingkan dengan kembarannya, Nila soal berat badan dan bentuk tubuh. Selain itu, Nila juga mengalami masalah nilai di sekolahnya, tapi ia berhasil mengatasinya dengan bantuan Nina. Nah, ada juga Panji yang juga bermasalah dengan orang tuanya tentang kelanjutan studinya di kampus.

Overall, 4/5 bintang untuk novel Perfection karya Farrahnanda ini. Kalau kamu, gimana? Kamu udah pernah baca novel tentang perjuangan diet ala cewek? Atau kamu punya pengalaman nurunin berat badan hingga ideal? Share dong di komentar. :D


Komentar

  1. Menarik kayaknya ya Mba ceritanya, aku suka bgd buku2 YA yg ga hanya ngambil setting romancenya aja tp juga perhasabatan kayak gini, apalgi ini pemenang penerbit Ice Cube.. Covernya juga pas bgd ngegambarin isi bukunya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mba Thessa. Ide ceritanya unik dan beda dari novel young adult lainnya.
      Keknya bakalan ada lomba novel sejenis ini lagi. Mba Thessa jadi ikutan kah? :D

      Hapus

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Gadis Kretek by Ratih Kumala

  Judul Buku : Gadis Kretek Pengarang : Ratih Kumala Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Ketiga, Juli 2019 Tebal : 275 halaman ISBN : 978-979-22-8141-5re Rating : 5 bintang Genre : Novel Sastra Indonesia Harga Buku : Rp 75.000 Baca Ebook Gadis Kretek pdf di Gramedia Digital Beli novel Gadis Kretek di Shopee (klik di sini)

[Resensi Buku] Sang Keris - Panji Sukma

  Sang keris Judul : Sang Keris  Pengarang : Panji Sukma Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Pertama, 17 Februari 2020  Tebal : 110 halaman Genre : novel sejarah & budaya ISBN : 9786020638560 Rating : 4/5 ⭐ Harga buku : Rp 65.000 Baca ebook di aplikasi Gramedia Digital ❤️❤️❤️

Resensi Buku Funiculi Funicula (Before The Coffee Gets Cold) by Toshikazu Kawaguchi

  Judul   Buku : Funiculi Funicula Judul Asli : Kohii No Samenai Uchi Ni (Before The Coffee Gets Cold) Pengarang : Toshikazu Kawaguchi Alih Bahasa : Dania Sakti Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan kedua, Mei 2021 Tebal : 224 halaman ISBN : 9786020651927 Genre : Novel Fantasi - Jepang Rating : 4/5 bintang Harga Buku : Rp 70.000 Baca via Gramedia Digital Beli buku Funiculi Funicula di Gramedia.com