Judul Buku : Three Sisters
Pengarang : Seplia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Cetakan Pertama, 2017
Tebal : 226 halaman
ISBN : 978-602-03-4010-4
Genre : Novel Metropop
Rating : 3,5/5 bintang
Bisa dibaca di Gramedia Digital
Blurb Buku Three Sisters – Seplia :
Bagi Rera, jodoh adalah hal
krusial. Dia memiliki standar yang tinggi sehingga belum menikah di umurnya
yang sudah matang.
Bagi Gina, menikah adalah
penjara. Dia baru mengetahui hal itu setelah hidupnya dihabiskan dengan
mengurus keluarganya.
Bagi Yumi, belum memiliki anak
setelah bertahun-tahun menikah adalah hal yang menyedihkan. Dia makin tertekan
karena mertuanya gencar menanyakan hal tersebut.
Tiga saudari ini menginginkan
kehidupan yang berbeda, bahkan rela melepas apa yang mereka miliki. Namun,
mereka tak menyadari bahwa kehidupan mereka mungkin diinginkan oleh orang lain.
Resensi Buku Three Sisters – Seplia :
Bagi Rera, jomblo usia 32 tahun, menikah
adalah hal yang sangat penting. Ia sangat pemilih soal jodoh yang disukainya. Baginya,
kriteria pria yang akan menikah dengannya harus sesuai dengan kata hatinya.
Namun, bertahun-tahun menjomblo, Rera belum juga menemukan tambatan hati.
Rena makin tenggelam dalam
kesibukannya sebagai desainer butik. Namun, orang tuanya sudah mencarikannya
jodoh hingga membuat Rera mau tak mau menuruti keinginan mereka untuk ikut
kencan buta.
Rera bukannya tak mau jatuh cinta
lagi, tapi setiap kali akan menjalani sebuah hubungan, selalu ada hal-hal kecil
yang tidak ia sukai dari calon pasangannya. Bahkan, saat Rera mulai dikenalkan
dengan beberapa pria single yang belum menikah, ia masih belum memantapkan
hati.
“Soal pasangan, aku pemilih. Kupikir aku berhak melakukannya.” – Rera, Hlm. 30
“Mereka cuma bisa bicara karena belum pernah mengalami masalah yang menimpaku.” – Rera, Hlm. 115
Rera mulai gelisah saat ia harus
mengurus kedua adiknya karena keduanya juga memiliki masalah yang tak kalah
rumit. Gina, adik Rera yang sudah menikah dan memiliki dua anak justru ingin
bercerai dari suaminya.
“Aku berpikir pernikahan bukan surga, melainkan penjara tak kasat mata.” – Gina, Hlm. 19
“Apa tidak boleh wanita karier yang sudah berkeluarga berleha-leha sebentar di luar bersama teman-temannya tanpa harus memikirkan suami dan anak di rumah? Aku bukan tahanan!” – Gina, Hlm. 37
Gina stress karena Gale terlalu
sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan Gina harus mengurus anak-anak sendirian di
rumah. Saat Gina sedang bosan dengan rumah tangganya, ia justru menerima ajakan
kencan dari pria lain. Lelaki itu yang membuat Gina merasakan bahagia saat
bersamanya. Kebahagiaan semua yang membuat rumah tangga Gina diguncang prahara.
“Salahkah bila aku merasa bosan sekarang? Sementara dulu aku begitu bergairah.” – Gina, Hlm. 57
Hingga suatu hari, Gina justru
merasakan kegelisahan karena anak-anaknya sakit, namun ia justru ada di luar
bersama pria lain. Saat ia pulang, ia mendapat teguran keras dari suaminya,
Gale.
“Anakmu sakit, kamu enak-enakan di luar.”
“Aku cuma mau rehat dikit. Salah ya? Aku kan capek kerja terus.”
“Dulu kan aku sudah pernah tanya, kamu siap menikah atau belum? Menikah memakan kebebasanmu. Kamu nggak bisa lagi kayak masih lajang. Kamu bilang siap. Sekarang kenapa mengeluh?” (hlm. 43)
Ada lagi masalah lain, saat adik
kedua Rera, Yumi yang menikah dengan pria idamannya makin stress karena belum
memiliki anak. Selama 3 tahun, Yumi belum mendapatkan anak dari suaminya.
Semakin tertekan, semakin ia khawatir apa yang menjadi prasangka mertuanya
adalah benar. Namun, suaminya meminta Yumi untuk bersabar.
“Mereka tak henti-hentinya memberikan wejangan pada wanita yang belum bisa hamil agar melakukan ini dan itu. Sampai letih aku mendengarnya.” – Yumi, Hlm. 44
“Bibirnya menyuruhku santai, sementara perlakuannya membuatku tertekan.” – Yumi, Hlm. 63
Yumi bahkan mendapatkan perlakuan
tidak menyenangkan dari mertuanya yang sangat terobsesi memiliki cucu.
Mertuanya terus-menerus menekan Yumi agar periksa ke dokter, selain itu juga
memaksa Yumi ke tukang pijat. Bahkan yang lebih parahnya lagi, Yumi tidak
diperlakukan selayaknya menantu yang disayang hanya karena belum memberikan
keturunan baginya. Hal ini membuat Yumi stress bahkan meminta Ozi, suaminya
untuk bercerai darinya karena tekanan semakin besar setiap hari.
Suatu hari, Rera yang jomblo
ingin membuat rumah untuk dirinya. Arsitek yang akan bekerjasama dengannya
sedang sibuk, itu sebabnya ada Xian, arsitek lain yang ditugaskan untuk
menggantikan tugas tersebut. Xian yang aneh namun menggemaskan ternyata membuat
Rera jatuh hati. Sikap Xian yang sangat unik, seperti datang ke rumah Rera
hanya untuk mengantar desain, bahkan kadang cuma numpang makan atau minum
membuat Rera galau. Apakah ia jatuh cinta dengan artistek keturunan Tionghoa
itu?
Tanpa sadar, Rera dan Xian sering
bertemu tanpa sengaja saat Rera sedang berkencan
dengan pria lain. Rera pun menganggap orang yang dikencaninya hanyalah membuang
waktunya. Kriteria demi kriteria yang ada dalam benak Rera makin membuat
dirinya bingung. Bagaimana harus mencari pria idaman yang diimpikannya selama
ini? Bagaimana jika pria itu tidak pernah ada di dunia nyata? Rera bahkan
sempat menerima tawaran dari Feri, pria yang baru dikenalnya dari kenalan
maminya. Namun, sikap Xian yang aneh makin membuat Rera gamang. Apa yang
sebenarnya ia inginkan dari hubungannya dengan arsitek itu?
***
Komentar Tentang Novel Three Sister - Seplia
Novel Three Sisters berkisah
tentang kegalauan ketiga wanita yang sedang berusaha memperjuangkan yang
terbaik bagi hidup mereka. Ketiga bersaudari itu ternyata menyimpan masalah
yang membuat hidup mereka menjadi rumit. Rera yang jomblo terus menerus
dihantui rasa khawatir karena usianya semakin bertambah. Sedangkan dua
saudarinya berbeda masalah.
Gina dengan kesibukannya sebagai
wanita karier ternyata merasakan burn out
saat mengasuh anaknya. Hal ini membuat ia merasa kekosongan dan kehampaan di
rumah tangga yang membuatnya berada di ujung perceraian. Ia bahkan ingin menandatangani surat cerai itu.
Sedangkan Yumi, si bungsu yang
paling bikin saya gemas karena kisah cintanya sangat uwu sekali. Hehe. Yumi dan
suaminya saling mencintai dan menguatkan satu sama lain. Meskipun Yumi bukanlah
gadis yang direstui mertuanya, bahkan saling bertengkar karena masalah Yumi
yang belum memberi keturunan, tapi sikap Yumi dan suaminya yang tetap welcome
untuk mengupayakan yang terbaik bagi calon anaknya, itu bikin saya melting.
Wuuih, ada ya suami yang sebaik Ozi
yang mau membela istrinya di hadapan ibunya sendiri. Asli deh, Ozi ini berani
banget berjuang buat istrinya. Walaupun dia anak mami sih sebenernya, tapi dia
berani speak up apalagi waktu Yumi
ditekan di keluarga besarnya. Wew, bikin saya pengin ngomel juga sama
keluarganya. Wkwk.
Sebel ga sih, Yumi udah sejam
berkutat di dapur buat cuci piring yang tak henti mengalir karena terus menumpuk pas ada acara lamaran
di keluarga besar. Eh, sekalinya gabung buat ngobrol malah disuruh bebersih
lagi, selain itu dia juga ditekan soal belum punya anak. Seolah itulah harga
diri wanita, harus punya anak. Kalau belum punya ya berarti ga ada gunanya
nikah sama anaknya. Wadidaw jiwa. Kesel banget sama yang beginian. Ni mantu
dikira pembantu apa ya. Hadeeeh.
“Apalah kamu ini, Ozi. Cuma angkat piring ke dapur saja istrimu malah kamu larang. Apa capeknya sih melakukan itu?”
“Bunda dari tadi sudah menyuruhnya cuci piring. Kenapa nggak gantian suruh menantu Bunda yang lain, yang cuma bisa ongkang-ongkang kaki dan tertawa-tawa di sini?”
“Bunda selalu menerornya dengan pertanyaan ‘sudah hamil belum?’. Nggak sadar apa Bunda sudah kasih dia tekanan? Tadi Bunda juga suruh dia cuci piring sampai satu jam, padahal Bunda sendiri yang bilang kalau Yumi nggak boleh kecapekan. Dia istriku. Tolong hargai itu.”
Rasanya pengin ngasih applause sama Ozi karena sudah berani speak up. Jarang ada lho suami yang mau membela istrinya di hadapan ibunya sendiri. Seringnya lebih milih diem. Hubungan menantu dan mertua yang nggak seimbang kaya gitu bisa bikin menantu tertekan, apalagi pas ibu Ozi minta dia cerai dari istrinya gara-gara belum hamil. Padahal hasil labnya, mereka nggak ada masalah alias nggak mandul. Harusnya mbok ya nunggu aja, tinggal nunggu waktu yang tepat doang. Kok ya ngeselin. Duh, ni ibu rese banget sumpah. Pengin ngomel jadinya. -_-“
Kisah cinta Rera yang nggak sempurna juga bikin saya berkaca. Memang kalo nyari jodoh itu kadang serumit itu. Tapi salut deh sama Rera karena dia nggak tinggal diam. Dia berusaha menerima masukan dari saudaranya dan maminya. Dia bahkan mau ikutan kencan buta, padahal bisa aja dia nolak hal itu. Tapi Rera nggak segam buat memutus rencana perjodohan kalau dirasa nggak cocok.
Bukan karena Rera nggak suka orangnya, tapi karena tahu nggak bisa diupayakan. Misalnya pas dia ketemu calon jodohnya yang ternyata udah punya pacar. Hadeh, asli heran sama pria yang kaya gitu. Kok bisa-bisanya dia masih mau nerima tawaran kencan buta kalau aslinya dia sendiri udah punya pacar. Ya, lagi-lagi gara-gara ga ada restu dari keluarganya. Duh, ini pada kenapa sih ya. Nyari jodoh aja susah bener. Haha
Sebenernya saya jadi bertanya-tanya kenapa kok karakter Xian ini ajaib banget. Xian ini kan arsitek ya, tapi dia ikutan ke proyek hampir tiap hari, dan selalu ikutan bantu-bantu tukang. Saya jadi mikir waktunya dia kerja kan udah banyak, ngapain masih sempet-sempetnya ikutan kerja bareng para tukangnya. Apalagi untuk ukuran orang kaya, Xian ini rada pelit. Ya masa makan sama minum nebeng sama Rera. Hahaha. Mana suka aneh banget, main ke rumah Rera cuma buat numpang minum doang. Abis minum langsung pergi gitu aja. Bikin Rera senewen. Lol
Selain itu, yang bikin novel ini unik karena ada karakter bijak bernama Bude Ina. Bude Ina ini yang punya toko kue Su Man, yang ternyata ada hubungannya dengan Xian. Bude Ina ini bijak, kepribadiannya hangat dan keibuan banget, bikin yang curhat sama dia tuh ngerasa nyaman dan nemu solusi yang nggak memojokkan orang.
Ya… Apalagi pas Gina mau cerai, dia datang ke toko kue Bude Ina dan dikasih kue sama Gale. Padahal Gale lagi keluar kota, tapi masih sempet-sempetnya ngasih kejutan. Wah, kalau saya jadi Gina bakalan bahagia banget dikasih kejutan gitu. :D
Trus, solusi yang dikasih Bude Ina buat Yumi juga nggak kalah bagusnya. Bikin saya mikir, "Ooh, gitu ya kalau ada masalah seperti yang dialami Yumi." Pantesan orang tua tuh kadang nasihatnya banyak ya, ya kayak Bude Ina ini. Pengalaman hidupnya udah bejibun dan orangnya supel. Pasti sudah kenyang makan asam garam kehidupan. Hahaha. Seru deh kalau berurusan dengan Bude yang ini. Asyik orangnya, dan nggak kepo bin rese. Wkwk
Yang bikin saya agak bingung itu justru penggambaran keluarga Rera yang sangat wow untuk ukuran materi. Soalnya digambarin Rera itu hidup sama orang tuanya. Ortunya lagi pergi keluar negeri selama 6 bulan. Gila nggak sih ke luar negeri 6 bulan non stop cuma buat keliling refreshing gitu. Berapa banyak duit yang dihabiskan buat jalan-jalan kaya gitu ya.
Trus, kalo usia Rera aja 32 tahun, berarti usia ortunya juga udah sepuh dong ya? Paling nggak di kisaran 60 tahunan. Kok bisa ortunya cuma berdua ke luar negeri padahal usia segitu tuh rawan sakit. Lha, saya aja yang travelling seminggu lebih aja capeknya kayak apa tahu. Hahaha. Ini kok 6 bulan nggak didampingi sama sekali sama orang lain? Apa ya nggak kenapa-kenapa di luar negeri sana ya?
Trus, kan Rera masih ikut rumah ortunya. Praktis, harusnya dia lebih waspada kalau ada tamu. Nah, dia nerima tamu seperti Xian aja santai banget. Kalau beneran ortu Rera tajir melintir, saya kok sangsi ya, kok bisa-bisanya dia bolehin orang asing masuk rumahnya, masak, makan, dan minum dengan leluasa seolah itu rumahnya sendiri. Padahal dia orang asing, walo judulnya dia arsitek project rumah Rera, tapi kok ya rada nggak logis kalau rumah ortunya itu ada benda-benda berharga tapi anaknya bolehin orang lain buat semau-maunya masuk ke rumah itu. Kayak yang terlalu ceroboh gitu sih. Terlalu percayaan aja sama orang. Hmmm….
Trus, setelah baca novel ini sampai habis, saya baru terheran-heran dengan pemilihan nama bunda Ozi. Ozi dan Yumi ini kan masuk keluarga besar Rera, sedangkan Rera nikah di gereja. Berarti dia non Islam ya. Sedangkan, nama bunda Ozi itu islami banget menurut saya. Nama bundanya aja Laila, padahal selama ini yang saya tahu nama itu identik dengan nama orang Islam.
Wow, saya terkejut saya menyambung-nyambungkan fakta itu. Bikin saya mikir, eh, ini beneran Ozi juga Kristen? Kok bisa dia nikah sama Yumi yang notabene keluarganya Non Islam? Pertanyaan ini bikin saya mikir, apa jangan-jangan ini yang bikin Bundanya nggak ngijinin Ozi saat pengin nikah sama Yumi. Tapi kalau Ozi itu Kristen sih nggak masalah. Yaa, kan? :P *netizen mulai bawel*
Yang bikin heran karena pemilihan nama Bunda Ozi yaitu Laila sangat identik dengan satu nama yang islami. Ya, arti nama Laila dalam bahasa Arab adalah malam hari, lahir di malam hari, atau keindahan malam. Tapi, anehnya pas saya cari di Google, nama Laila juga ada di bahasa Ibrani yang artinya senja. Jadi? Apakah nama Laila juga ada di kitab suci umat Kristen? Hmm, maybe yes.
Jadi, nggak papa dong pakai nama Laila? Ya gpp sih, setelah saya pikir nggak masalah. Tapi, menurut saya, kalau mau cenderung netral, mending milih nama yang nggak ngarah ke mana-mana. Nah, kan banyak tuh nama netral ala orang Indonesia seperti Ira, Novi, Nia, Dian, dll. Yang nggak ada hubungannya dengan stereotip suatu kalangan tertentu.
Well ya, saya aja kali ya yang kepikiran soal pemilihan nama itu. Tapi perlu diperhatikan juga soal itu, karena nanti bikin logika novelnya jadi bolong misal hal itu bikin novelnya terlihat ambigu. Hehe
Kesimpulan :
But overall, saya merasa novel Three Sisters karya Seplia ini menggambarkan kegelisahan yang dialami oleh orang-orang yang menjalani kehidupan di masyarakat. Gimana Rera, Gina dan Yumi yang saling struggling dengan masalah masing-masing. Mereka yang berjuang untuk terlihat normal di mata masyarakat. Mereka yang tetaplah wanita yang juga ingin menjadi versi terbaik dirinya. Selain itu, karakternya juga beragam dan dialognya mengalir lancar. Saya bisa menamatkan novel ini dalam sehari, cepet banget ya. Hehe
Ya overall, 3,5 bintang dari saya untuk novel Three Sisters karya Seplia ini. Nah, menurutmu gimana? Kamu udah
pernah baca novel ini? Share dong di kolom komentar. Hehe :D See you next post ya!
Dulu pernah dengar beberapa pembaca menyebut jika novel ini memang bagus. Tapi saya baru ngeh kalau isi novel ini mengenai pergulatan batin perempuan-perempuan terhadap kehidupannya (pernikahan, anak, perceraian).
BalasHapusDan menurut saya yang memakai cincin itu tangan Gina karena statusnya memang sudah menikah. Sedangkan yang pakai kutek itu tangan Rera, yang masih lajang dan pasti punya kesempatan lebih banyak untuk merawat diri. Sedangkan yang latte itu memang tampaknya tangan Yumi.
Tebakan saya begitu. Padahal belum baca novelnya.