Judul Buku :
Cerdas Berbicara (Kumpulan Cerita
Pengembangan Diri)
Pengarang : Wrini
Harlindi
Penerbit : Penerbit
Kiddo
Terbit : Cetakan
Pertama, 2021
Tebal : 121
halaman
ISBN :
978-602-481-538-7
Rating : 4/5 bintang
Harga : Rp 115.000
Baca via Gramedia Digital
Sinopsis Buku Cerdas Berbicara :
Kenapa teman-teman menjauhiku?
Aku enggak mau yang itu! Aku mau yang ini!
Aku enggak suka dibilang tukang makan!
Aku malu tampil dan bernyanyi, Pa. Bantu aku!
Berbicara dan mengungkapkan isi hati saja tidak mudah, apalagi mampu mengutarakannya dengan tegas tanpa menyakiti orang lain. Kemampuan yang disebut Asertif ini bisa dipelajari sejak dini.
Anak yang asertif dapat menyelesaikan konflik dengan baik, percaya diri, dan dapat melindungi dirinya sendiri.
Buku ini berisi 12 cerita yang bisa menjadi refleksi diri pembaca cilikk untuk bersikap asertif di kehidupan sehari-harinya.
Resensi Buku Cerdas Berbicara :
Buku ini berisi 12 kumpulan cerita asertif, salah satu kemampuan sosial yang berharga dan perlu dikembangkan setiap anak. Asertif adalah teknik untuk mengomunikasikan perasaan, pikiran, pendapat, dan keyakinan dengan cara yang hormat, jelas, dan jujur. Seorang yang asertif dapat mengungkapkan keinginannya dengan tegas tanpa menyakiti perasaan orang lain.
Nah, anak-anak akan belajar tentang :
- Ketika dikucilkan, anak berhak untuk bertanya.
- Anak dapat menyampaikan keinginan dengan jelas dan berani
- Menyampaikan rasa terluka tanpa menyakiti
- Menyanggah perkataan orang lain jika merasa benar.
- Menyampaikan pendapat tanpa menimbulkan konflik
- Mengesampingkan rasa malu demi mencapai tujuan
- Menggali kemampuan dalam diri untuk berani berbicara
- Meluruskan informasi jika orang lain berkata keliru tentang kita
- Keberanian membela kepentingan diri sendiri dan orang lain
- Mampu bernegosiasi ketika diminta melakukan sesuatu
- Percaya diri menolak permintaan untuk berbohong
- Mengingatkan teman untuk bertindak benar
Dalam cerpen Tyas dan Ita, anak-anak dapat belajar tentang bagaimana menyampaikan pendapat tanpa menimbulkan konflik. Dikisahkan Tyas, Ita, Dedi dan Jalu satu kelompok di sekolah. Mereka sedang mengerjakan tugas secara online. Saat Ita sedang keluar kamar untuk membukakan pintu karena ayahnya baru saja datang. Ita bisa mendengar percakapan teman-temannya dari speaker meskipun ia sedang ada di balik pintu.
“Pasti lagi makan! Pantas saja badan Ita makin lebar.”
Ita merasa sedih karena diledek. Ucapan Tyas menyiggung perasaannya, tapi ia tak ingin menegur Tyas di depan teman-temannya. Saat mereka sudah berdua saja, saat itulah Ita mengatakan bahwa ia keberatan Tyas mengejek dirinya.
“Aku sedih karena kamu menuduhku pergi makan dan bilang badanku lebar.”
“Aku menyesal membuatmu sedih, Ta. Aku tidak akan bercanda seperti itu lagi.” (hlm. 29)
Ita senang karena Tyas menyadari apa kesalahannya. Mereka pun kembali berbaikan.
Kisah Tyas dan Ita mengajarkan pembaca untuk berani mengungkapkan pendapat tanpa menyakiti. Saat merasa sedih atau terluka, anak-anak bisa menanyakan pada orang tersebut yang membuat mereka sedih. Jadi, tidak ada perantara, langsung tanya ke orangnya. Dengan begitu juga kesalahpahaman tak akan semakin berlarut-larut dan mereka dapat berbaikan kembali.
Cerpen Tunggu Aku! Berkisah tentang Aksa yang pemalu. Ia sering bersuara sangat kecil sehingga susah didengar oleh teman-temannya. Saat ia pindah sekolah, ia berkenalan dengan Ribut dan Ndari yang bersuara kencang. Awalnya Aksa merasa aneh mendengar suara teman-temannya yang sangat keras dan lantang terdengar. Namun, suatu hari Aksa, Ndari dan Ribut bermain di ladang milik orang tua mereka. Saat itulah, Aksa hampir saja tertinggal dari kedua temannya karena sandalnya terbenam lumpur.
Suara Aksa yang mengatakan “Tunggu aku ya” sangat kecil sehingga kalah kencang dari suara gemerisik dedaunan, burung, dan air terjun. Akhirnya, ia memberanikan diri bersuara keras untuk memanggil temannya.
“Tunggu Aku!”
Saat itulah Aksa baru berani bersuara kencang. Suaranya terdengar hingga Ndari dan Ribut dapat mengenali suaranya. Sejak saat itu, Aksa pun mulai memahami mengapa kedua temannya bersuara lantang, karena mereka terbiasa hidup di ladang.
Di cerpen Tunggu Aku!, para pembaca anak dapat belajar untuk menggali kemampuan diri untuk berani berbicara. Dengan begitu, anak-anak akan berani berbicara di depan teman-temannya maupun orang dewasa lainnya. Anak tidak akan bersikap malu-malu lagi karena suara kecil.
Dalam cerpen Bernyanyilah, Rista senang mendengar ayah dan om Tri, adik ayahnya memainkan musik. Sejak sering melihat mereka latihan, Rista ingin bernyanyi bersama mereka. Namun, ia tidak pede dengan kemampuannya. Hingga akhirnya ia pun mengatakan kendalanya itu.
“Bagaimana kalau nanti nyanyianku jelek?”
“Tidak apa-apa, Rista. Akan ada saat pertama kali untuk setiap orang. Jelek di awal tidak masalah, yang penting kamu berani.”
“Oke, Ayah. Aku mau, asalkan aku yang pilih lagunya. Dan kita harus berlatih tiap hari!” (hlm 96)
Sejak saat itu, Rista pun latihan terus menerus hingga waktu pementasan tiba. Ia diiringi oleh ayah dan Om Tri menyanyikan lagu yang ia sukai.
Anak-anak akan belajar bagaimana caranya mulai pede untuk mengasah bakat yang ada. Dengan demikian, mereka akan mudah menemukan jalan untuk menggapai cita-cita yang ingin dicapai.
Dalam cerpen Maaf, tetapi Tidak berkisah tentang Aziz yang tak mau berbohong saat harus membantu kakaknya. Kakaknya pulang ke rumah dalam keadaan takut karena telah merusakkan layang-layang milik temannya. Ia pun berniat untuk masuk ke dalam rumah dan melarikan diri dari pertanyaan tentang layang-layang itu. Namun, Aziz justru tak mau kakaknya terus menerus berbohong untuk melarikan diri dari rasa bersalahnya. Ia pun mengusulkan agar kakaknya berterus terang tentang layang-layang itu.
“Kak Rasyid takut dimarahi Erwin, tapi Aziz benar. Lebih baik mengaku salah daripada kehilangan sahabat.”
“Win, Aku minta maaf tidak sengaja merusak layang-layangmu, Aku akan menggantinya.”
“Aziz senang, ia berani menolak permintaan kakaknya untuk berbohong. Ia juga senang kakaknya berani menemui sendiri sahabatnya dan meminta maaf.” (Hlm. 110)
Nah, sudah tahu kan... dalam cerpen Maaf tetapi Tidak, penulis ingin mengajak pembaca anak agar mudah memaafkan dan minta maaf. Selain itu juga berani untuk mengakui kesalahan yang telah dilakukan.
Oh iya, buku anak Cerdas Berbicara ini memang sangat bagus karena berisi nilai-nilai hidup yang sangat layak untuk ditiru oleh anak-anak. Pembaca anak akan mudah menerima contoh kasus atas kejadian sehari-hari yang bisa saja terjadi di kehidupan mereka. Dengan demikian, anak akan beajar bagaimana cara menangani konflik dan menyelesaikan masalah dalam hidup mereka. Sepele, tapi penting, kan?
Menurut saya, buku ini sangat bagus. Penulis tidak melibatkan orang tua atau orang dewasa untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. Anak-anak diajari untuk menyelesaikan dengan cara mereka sendiri alias cara anak-anak. Sangat mudah dan tidak terlalu banyak drama, karena sebenarnya anak-anak memang senang dengan persahabatan di antara mereka. Jadi jika ada salah paham pasti lebih mudah selesai dan menemukan solusi terbaik.
Overall, buku anak Cerdas Berbicara ini sangat bagus untuk belajar mengembangkan dan mengenali sikap asertif. Bagi pembaca anak, buku ini akan membantu mereka bertumbuh menjadi lebih baik. Nah, selamat membaca ya!
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^