Langsung ke konten utama

Sang Patriot, Sebuah Epos Kepahlawanan


Sang Patriot, Sebuah Epos Kepahlawanan

Judul        : Sang Patriot, Sebuah Epos Kepahlawanan
Penulis    : Irma Devita
Penerbit  : Inti Dinamika Publishers
Terbit      : Cetakan pertama, Februari 2014
Tebal       : 280 halaman
Harga      : Rp. 65.000
ISBN        : 978-602-14969-0-9




            Epos kepahlawanan layaknya sebuah dongeng yang akan membuat anak cucu kita mengerti tentang makna sejarah. Membaca kisah hidup tokoh yang disegani amatlah mengasyikkan seperti saat saya membaca buku tentang pahlawan dari Jember ini : Letkol Mochammad Sroedji. Banyak hal yang bisa kita dapat dari perjalanan hidup para pahlawan. Bagaimana mereka menjalani kehidupan dan mendapatkan tempat spesial di hati masyarakat. Tentu membaca kisahnya merupakan sebuah keberuntungan karena banyak hikmah yang bisa dipetik dari kisah hidup Rukmini dan Sroedji. Karena fokus cerita dalam novel Sang Patriot karya Irma Devita ini adalah kisah yang muaranya ada pada dua tokoh sentral itu. Mengisahkan Sroedji tak pelak akan membuat kita teringat siapa perempuan yang ada dibalik semangat juangnya yaitu Rukmini. Teguhnya pendirian dan kerasnya hati Rukminilah yang membuat Sroedji tetap tabah, meski hidup tidaklah mudah pada saat itu. Perjalanan kisah hidup Sroedji membuat hati perempuan itu trenyuh melihat suami kesayangannya berjibaku membela bangsanya demi sebuah pekikan yang amat sakral di dada para pejuang: Merdeka atau Mati!

            Rukmini dan Sroedji, dua orang yang memiliki keterikatan hati yang saling menguatkan ketika zaman peperangan dimulai. Sebelum bertemu dengan Rukmini, Sroedji adalah seorang anak pedagang yang berasal dari tanah Madura. Sejak kecil dia ingin sekali menjadi tentara. Meski dia tahu bahwa untuk masuk tentara hal yang cukup mustahil. Suatu hari, orangtuanya meminta Sroedji untuk menikah. Ditawarkannya perjodohan dengan Rukmini, gadis yang bersekolah di sekolah keputrian Van De Venter di keputren Mangkunegaran Solo. Sebenarnya Rukmini ingin melanjutkan cita-cita menjadi Meester in de Rechten. Rukmini selain cerdas juga pintar berbahasa Belanda. Dia pun ingin suaminya kelak bisa pula berbahasa Belanda. Dan ternyata Sroedji memenuhi syarat yang diajukan Rukmini.

            Sroedji tidak hanya sekadar sekolah di Ongko Loro, tapi dia juga belajar di HIS. Strata sosialnya yang bukan berasal dari kalangan berdarah ningrat sebenarnya tidak memungkinkan Sroedji bisa masuk ke HIS. Namun, atas rekomendasi dari Pusponegoro, saudara ayahnya pada petinggi HIS, akhirnya dia bisa bersekolah di Ambachthsleergang, sekolah tekhnik. Sroedji pun menjadi seorang mantri desa, hingga suatu hari pendudukan Jepang menjadikan Belanda menyingkir untuk sementara waktu. Indonesia dikuasai oleh Jepang. Laki-laki itu memenuhi syarat untuk dididik militer dalam PETA dan mendapat pangkat Chuudancho.

            Setelah Jepang menyerah karena dilucuti senjatanya oleh Sekutu, maka setelah itu pemerintahan menjadi kosong. Para penggerak kemerdekaan mengajak mantan anggota PETA untuk bersatu padu melawan sekutu. Namun, meski Inggris sudah lenyap dari bumi Nusantara, tetap saja Belanda bisa mengambil alih kembali beberapa wilayah strategis lewat perjanjian yang sangat tidak menguntungkan dengan diberlakukannya Garis Van Mook. Bila tidak ditaati, maka akan terjadi pertempuran yang lebih dahsyat.

            Loyalitas tentara pada pimpinan pusat, pemegang kekuasaan tertinggi dan pengambil keputusan adalah hal yang mutlak dilakukan oleh seorang anggota militer. Sehingga apapun keputusan pusat, meski berat hati harus tetap diterima dan dijalankan. Arah memutar yang dilakukan untuk menghindar pertempuran berjarak 10 kali dari rute awal pun harus dilewati oleh pasukan Brigade Damarwulan yang dibawa Sroedji.

            Gua, jurang dan hutan adalah tempat persembunyian paling aman yang selama ini sering digunakan oleh para gerilyawan. Batalion Alap-alap berperang secara bergelombang, menumpas musuh melalui tehnik berperang yang cerdik. Gerilya yang dilakukan berdasarkan instruksi Panglima Besar Jendral Sudirman. Wingate Action yang dilaksanakan oleh Brigade Damarwulan yang dikomandani oleh Sroedji, akhirnya memasuki kawasan hutan. Situasi sulit makin memanas. Satu tembakan satu peluru yang selalu digalakkan oleh Sroedji pada anak buahnya itu memang dipengaruhi semangat Bushido. Mengingat sulitnya senjata diperoleh pada saat itu, sehingga setiap peluru sangat berguna untuk peperangan. Harus ada efisiensi penggunaan senjata, taktik perang yang cerdik, juga strategi untuk tetap bisa mendapatkan bahan makanan di saat paceklik.

            Kalau dari segi kekejaman, Jepang memang lebih kejam dari Belanda, tapi strategi Belanda lebih licik yang menggerogoti kekuatan pejuang lewat mata-mata Belanda dari orang pribumi yang berkhianat. Pengkhianat seperti Somad yang ternyata antek-antek Belanda, sangat disayangkan membuat bangsa Indonesia menjadi terjajah hingga berabad-abad lamanya. Setiap jengkal tanah di bumi pertiwi akan dipertahankan dengan tumpah darah bila perlu, demi kemerdekaan Indonesia.  Lalu, bagaimana akhir nasib para pejuang yang tersisa di medan laga? Baca saja buku ini.

Apa yang menarik dari kisah Sang Patriot?

          “Kekurangan senjata bisa ditambah, kekurangan pasukan bisa digalang, kekurangan ilmu perang bisa dipelajari, tapi kehilangan semangat juang sama artinya dengan kehilangan segala-galanya.” (halaman 81)

           Kepahlawanan yang diajarkan oleh Sroedji patut ditiru oleh para pemuda saat ini. Agar semangat juang untuk mempertahankan kemerdekaan yang didapat dengan tumpah darah pahlawan mampu tetap dipergunakan dengan cara yang sebaik-baiknya.

            Teladan dan kharismatika Sroedji merupakan pesona yang membuat para prajuritnya mampu bertahan di tengah gempuran perang. Keshalihannya dan disiplin tinggi yang dia dapat selama pendidikan di PETA menjadikan dia mampu menyerap ilmu yang diajarkan. Kedekatan pada Tuhan yang membuat Sroedji mampu bertahan di tengah peperangan dan tetap dalam kondisi tenang dalam mengambil keputusan.

            “Kita adalah prajurit Mur,… kita tidak boleh kehilangan semangat juang. Seorang prajurit yang kehilangan semangat juang ibarat mayat yang sedang mengusung keranda kematiannya sendiri.” (halaman 57)

            “Musuh sudah menyerah. Jangan kalian membunuh tanpa alasan. Jangan menebar maut secara keji. Kita berperang untuk mempertahankan kemerdekaan negara Indonesia. Kita bukan pembunuh.” (halaman 207)

            Pengaruh pendidikan yang diajarkan di sekolah HIS, MULO, dll mampu membuat para penggerak kemerdekaan menyusun siasat. Ini merupakan sebuah bukti bahwa pendidikan adalah salah satu jalan untuk mencapai masa depan yang lebih gemilang, cara terbaik untuk mengubah nasib suatu bangsa yang dulunya terjajah oleh bangsa lain selama berabad-abad lamanya.

            Persahabatan yang erat antara Dokter Soebandi dan Sroedji yang dulunya seorang mantri desa, membuat mereka saling bahu membahu untuk membuat siasat perang agar tidak banyak jatuh korban. Sikap Sroedji yang merakyat, mengayomi, sabar dan ramah pada prajurit lainnya membuat mereka serasa keluarga yang saling melindungi.

Kekurangan dan Kelebihan Buku:

            Cover buku yang soft dan menggambarkan sang Patriot, ada foto tokoh yang dimasukkan ke dalam lampiran di belakang halaman, dan glosarium menjadikan buku ini kaya dengan riset. Juga, kita bisa mengetahui detail waktu kejadian dan tempat. Nama-nama tokoh yang dituliskan menggunakan ejaan saat ini, kecuali tokoh utama agar memudahkan para pembaca membacanya.

            Irma Devita tidak hanya piawai menulis tentang hukum namun juga menulis fiksi dalam balutan diksi yang memikat dan kaya kosakata. Karena berdasarkan kisah nyata sang kakek yang sering dikisahkan oleh ibu dan juga neneknya, maka kisah ini hadir dalam sebuah novel sebagai sebuah janji yang tertunaikan. Neneknya Rukmini memberikan warisan semangat yang tak kenal lelah pada anak-anaknya agar bisa menjaga kehidupan dan anugerah kemerdekaan yang telah diberikan oleh Tuhan. Di novel ini pula saya baru tahu kosakata terhumbalang yang ternyata artinya terguling-guling setelah terlempar.

Ada kesalahan penulisan kata di beberapa bagian antara lain :

·         kampong = kampung (halaman 215)
·         tentangga = tetangga (halaman 218)
·         airmata = air mata (halaman 218, 231, 249)
·         wudu = wudhu (halaman 219)
·         Aku wis gakpopo, Ndi = seharusnya digarismiring penulisannya karena merupakan bahasa daerah. (halaman 220)
·         ko en = koen (halaman 222)
·         nafas = napas (halaman 222)
·         menghajarnyan = menghajarnya (halaman 223)
·         cuma = hanya (halaman 225)
·         sekira = sekitar (halaman 226)
·         Pudji = Puji (halaman 231)
·         Dachan = Dachdan (halaman 245)

            Ada pula beberapa istilah dalam bahasa daerah maupun bahasa asing(Belanda dan Jepang) yang digunakan dalam dialog, yang sayangnya tidak diterjemahkan, sehingga saya kesulitan untuk mengerti maknanya. Kalau bahasa daerah saya paham, karena saya orang Jawa. Tapi mungkin untuk teman lainnya yang bukan asli Jawa belum tentu bisa memahami.

            Oiya, dengar-dengar Mba Irma Devita sedang mempersiapkan versi komiknya agar segera diterbitkan. Semoga novel ini bisa menjadi acuan di sekolah-sekolah untuk menilik sejarah bangsa yang telah lama berdiri ini, agar kemerdekaan yang telah diraih para pendahulu kita tak kita gunakan dengan sia-sia. Overall, recommended!


Artikel ini disertakan dalam lomba review novel Sang Patriot

Komentar

  1. Cerita dari is novel ini sangat bagus sekali dan bisa menambah ilmu pengetahuan sejarah tantang perjalanan bangsa ini dari perjalanan sejarah dari pelakunya ya Mba ?

    Salam

    BalasHapus
  2. ila detil banget yah....pas baca perjuangan rukmini pindah ke malang dan kondisi hamil aku gak bisa bayangin deh la...
    sukses yaaa

    BalasHapus
  3. Fresh air buat aku. Udah terlalu banyak novel cinta2an yang terlalu melangit akhir2 ini. Semoga lebih banyak buku seperti ini yang terbit.

    BalasHapus
  4. review-nya komplit banget, semoga bisa menjadi penyemangat dan lebih menghargai kemerdekaan yang sudah tinggal diisi saja saat ini,
    sukses di lomba reviewnya.

    BalasHapus
  5. Wah komplet nih resensinya... Buku ini wajib dibaca generasi muda masa kini untuk memumpuk rasa nasionalisme dan mengenal apa yang disebut dengan perjuangan :)

    BalasHapus
  6. lengkap pisan, moga berhasil yah

    BalasHapus
  7. Keren, Laaa... Semoga dapat gejetnya yaa :D

    BalasHapus
  8. Ceritanya sedikit menggemaskan saat di bagian diseret2 ama penjajah, rrrgggghhhhh

    BalasHapus
  9. blm baca novelnya, tapi baca review di sini, jadi pengen. detil banget.. sukses GAnya :D

    BalasHapus
  10. Ila, terima kasih atas partisipasinya :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Gadis Kretek by Ratih Kumala

  Judul Buku : Gadis Kretek Pengarang : Ratih Kumala Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Ketiga, Juli 2019 Tebal : 275 halaman ISBN : 978-979-22-8141-5re Rating : 5 bintang Genre : Novel Sastra Indonesia Harga Buku : Rp 75.000 Baca Ebook Gadis Kretek pdf di Gramedia Digital Beli novel Gadis Kretek di Shopee (klik di sini)

[Resensi Buku] Sang Keris - Panji Sukma

  Sang keris Judul : Sang Keris  Pengarang : Panji Sukma Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Pertama, 17 Februari 2020  Tebal : 110 halaman Genre : novel sejarah & budaya ISBN : 9786020638560 Rating : 4/5 ⭐ Harga buku : Rp 65.000 Baca ebook di aplikasi Gramedia Digital ❤️❤️❤️

Resensi Buku Funiculi Funicula (Before The Coffee Gets Cold) by Toshikazu Kawaguchi

  Judul   Buku : Funiculi Funicula Judul Asli : Kohii No Samenai Uchi Ni (Before The Coffee Gets Cold) Pengarang : Toshikazu Kawaguchi Alih Bahasa : Dania Sakti Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan kedua, Mei 2021 Tebal : 224 halaman ISBN : 9786020651927 Genre : Novel Fantasi - Jepang Rating : 4/5 bintang Harga Buku : Rp 70.000 Baca via Gramedia Digital