Judul
Buku : 40 Kisah di Lorong Rahasia
Penulis
: Dian Meliantari
Ilustrasi
isi dan sampul : InnerChild Studio
Penerbit
: DAR! Mizan
Terbit
: 2012
Tebal
: 208 halaman
ISBN
: 978-979-066-889-8
Sejak kematian Raja, Ratu Bielna
tampak kerepotan mengurus kerajaan Vickhara. Sedangkan putra mahkota
satu-satunya, Prince Ghifari baru beranjak remaja.
Hingga suatu hari penasihat kerajaan
menawarkan solusi untuk membuat Prince Ghifari belajar bagaimana memimpin
kerajaan. Prince Ghifari harus melewati lorong rahasia yang sudah disiapkan
oleh raja sebelum beliau wafat. Dia harus melewati lorong itu dan mengalami
petualangan selama 40 hari penuh hikmah dari dunia fauna agar dapat belajar
tentang kehidupan di luar istana. Nah,
dapatkah Prince Ghifari menembus lorong itu dan apa saja kisah yang ia dapatkan
dari perjalanannya selama empat puluh hari? Yuk baca saja buku ini. ;)
***
Konsep buku ini adalah dongeng di
dalam dongeng. Jadi, kisah Prince Ghifari sendiri adalah sebuah dongeng, namun
perjalanannya selama empat puluh hari mengumpulkan hikmah dari empat puluh
kisah fauna yang dia temui adalah dongeng juga.
Awalnya saya mengira kalau Prince
Ghifari akan terlibat langsung dalam petualangan di dunia fauna, namun ternyata
dia hanya mengamati dari jauh, tidak masuk ke dalam konflik yang ada di dalam
dunia fauna. Dia hanya menyerap hikmah yang dia dapatkan dari kejadian yang
dialami oleh para hewan tersebut. Padahal, asyik ya kalau Prince Ghifari
sendiri yang menyelesaikan kasus-kasus di dunia fauna. Mungkin karena melihat
segmen pembacanya yang berusia 10-12 tahun, jadi konfliknya tidak terlalu
rumit.
Dongeng fauna tersebut bisa dibaca
dengan urutan yang acak, karena satu dongeng tidak ada korelasinya dengan dongeng
lainnya. Misal : dongeng ke-23 berjudul Maggie si Anak Kambing dan Taplak Meja
tidak ada hubungannya dengan dongeng ke-24 berjudul Topi Indah Milik Bruno
Singa Laut.
Lalu, apa saja kisah yang menarik
dari buku ini? ;)
Di dongeng ke-13 berjudul Tupai dan
Burung Hantu, anak-anak bisa belajar untuk mengenal hewan lucu dan menggemaskan
bernama tupai yang ternyata bisa bersahabat dengan burung hantu yang terlihat mengerikan
karena muncul di tengah malam dengan suara yang berdecit memecah kesunyian. Ada
rombongan pemburu tupai yang sering mencari kawanan tupai saat tengah malam.
Beruntung, suara yang aneh dan mata yang besar milik Paman Elton dan Bibi Frida,
si burung hantu, membuat pemburu ketakutan karena mengira ada hantu di atas
pohon sehingga keluarga tupai selamat dari perburuan itu. (halaman 67)
Di dongeng ke-23 berjudul Maggie Si
Anak Kambing dan Taplak Meja, anak bisa belajar untuk berkreasi dengan barang
lama, seperti yang dilakukan oleh Bibi Blue, dia membuatkan baju untuk Maggie
dengan bahan taplak meja yang sudah lama tidak terpakai. Rupanya, taplak meja
itu bisa membuat Maggie bahagia.(halaman 117)
Di dongeng ke-33 berjudul Lebah Madu
dan Beruang Bisu, anak-anak bisa belajar dari keramahan dan sifat baik hati
keluarga Beeny, si lebah madu yang lincah. Saat Beruang bisu mengambil madu
dari sarang Beeny, rumah lebah itu bergoyang dan ditangkap olehnya. Saat Beeny
pulang, dia melihat Tedy duduk di bawah pohon, beruang itu memeluk rumah lebah
mereka. Tedy yang bisu hanya menunjuk-nunjuk pohon tempat sarang lebah tadi
berada dengan kalimat yang terbata tapi tak ada kata yang terucap. Beeny pun salah
mengira kalau beruang berbaik hati menangkap rumah lebah yang jatuh hingga
rumah lebah tetap utuh. Sejak saat itu, Tedy si beruang dan keluarga Beeny
saling bersahabat dan saling menjaga satu sama lain. (halaman 165)
Untuk dongeng lainnya, bisa dibaca
sendiri di buku ini ya. Overall, 3
bintang untuk buku dongeng ini. ;)
Wah..wah..Ila suka dongeng ya..?heheh.. Aku juga kangen ih baca buku dongeng dan didongengin, hihihi....
BalasHapusBuat referensi nulis buku anak, mba. Jadi harus sering baca buku begini juga. ;)
HapusWah, kayaknya bagus juga nih. Udah lama nggak baca dongeng hehe..
BalasHapusayo baca dongeng lagi, kak~
Hapuswah, ulasan dalam bentuk cerita lebih ngena, apapun itu...
BalasHapusMakasih, Kak :D
Hapus