Judul : Cat Me if You Can
Penulis : Amelia
Penerbit : Nourabooks
Terbit : Desember 2013
Tebal : 316 halaman
ISBN : 978-602-7816-68-8
Cinta
seringkali memiliki wujud ganda bagi orang yang merasakannya. Rasa keharusan
memiliki dan rasa menginginkan pengakuan dari yang ia cintai, bahwa ia adalah
yang tercinta. Di satu sisi, cinta akan memenjara pelakunya pada candu yang
akan membuatnya teringat wajah yang dicinta. Jika wujud cinta menjelma jadi
keharusan, maka akan ada pengorbanan untuk mendapatkannya, termasuk bila harus
melewati halangan bernama fobia.
Arka,
cowok berusia delapan belas tahun, seorang berandalan sekolah yang pernah
tinggal kelas dan fobia kucing sedang dilema soal cinta. Bagi Arka, Tiffany
adalah cewek menarik yang ia suka. Tapi sayangnya, Arka fobia dengan kucing
sejak kecil(halaman 5). Ketakutannya membuatnya trauma dan mengalami ailurophobia, fobia kucing. Arka sering
dikerjai hingga pingsan oleh Dani, cowok yang juga suka Tiffany(halaman 109). Dani
menantangnya untuk menggendong kucing. Tantangan itu diterima Arka, ia tak mau
namanya jadi tercoreng karena dikira pecundang.
Buat
pecinta kucing seperti Tiffany, Percy kucing persianya itu lucu dan
menggemaskan. Tapi buat Arka, kucing itu bisa berubah jadi monster yang
menakutkan. Demi cinta, Arka rela menjalani terapi abal-abal yang ditawarkan
Damar padanya. Damar kenal dekat dengan teman sekampusnya yang jurusan psikologi
bernama Agni. Mereka berdua sepakat membantu Arka menghilangkan trauma yang melekat
dalam dirinya.
Terapi
pun dijalani Arka, mulai dari terapi abreaksi
dengan memasang gambar kucing di kamarnya dan memegang boneka kucing, tehnik flooding dengan berinteraksi secara
langsung dengan kucing, sampai hipnoterapi. Semua sudah dijalani oleh Arka, sayangnya
ternyata Arka terlambat menyadari bahwa cintanya telah berubah. Kini ia malah sering
terbayang wajah Agni dan senyumnya yang manis. Padahal Arka tahu, Damar sudah
lama suka dengan Agni.
“Mencintai, tetapi tak bisa
memperjuangkan. Mungkin, ini yang orang-orang sebut dengan cinta diam-diam.”
(halaman 211)
Arka
dilema. Akankah persahabatan ketiganya harus dikorbankan? Lalu, dapatkah Arka
sembuh dari fobianya? Siapa yang sebenarnya dicintai oleh Arka? Semua
jawabannya akan kamu temukan dalam buku ini. ;)
Novel
remaja ini merupakan karya ketiga dari Amelia. Novel terbitan Nourabook ini
mengambil tema yang unik karena mengangkat tema fobia pada kucing yang mungkin
sering dialami oleh beberapa orang. Bulu kucing menjadi fobia yang sering
membuat ngeri dan jijik. Terapi yang dilakukan pun sesuai dengan riset dan
fakta yang telah dilakukan penulisnya. Di samping itu, penulis menyisipkan pesan
tentang penderita difabel lewat tokoh Marisa yang ditemui Arka di Festival
Difabel yang diurus oleh Agni. Marisa mengajari Arka tentang arti bersyukur.
“Kita tinggal buka mulut doang buat ngomong
cinta, tapi Marisa? Dia harus pakai gerakan, yang enggak semua orang ngerti
itu.”(halaman 208)
Di
novel ini penulis mengetengahkan tentang persahabatan, keluarga, dan pentingnya
sekolah. Ada juga permasalahan remaja di sekolah mulai dari bolos sekolah, membuat
tato, dan pergaulan di antara para bad
boy karena Arka yang anak tunggal merasa perhatian orangtuanya tak tercurah
untuknya, mereka lebih sibuk bekerja daripada memerhatikan perkembangannya.
Semua
masalah yang dimunculkan di novel ini pun mengalami penyelesaian yang tuntas,
dan tokoh-tokohnya yang manusiawi membuat pembaca merasa dekat dengan kisah
dalam novel ini. Kisah cinta ini pun diakhiri dengan manis lewat balutan setting tempat wisata yang asyik dan
menyenangkan untuk dikunjungi yaitu resor diving
dan snorkling di Kepulauan Karimunjawa.
Dengan mengambil setting ini, penulis
secara langsung memperkenalkan potensi wisata daerah lewat novelnya.
Meski
tema novel ini kompleks, penulis ingin memberi warna baru bagi genre remaja
yang selama ini lebih sering bertema utama tentang cinta-cintaan saja. Overall, novel yang layak untuk dibaca
bagi para remaja saat ini.
uhuk, paling seneng emang ngomongin soal cinta. ceritanya juga unik :)
BalasHapusHihi, iya. :D
HapusSaya suka pada cerita yang berakhir happy ending seperti novel ini. Bagus sekali ya Mbak walau gendre remaja tapi tak melulu ngomongin cinta
BalasHapusIya, mba Evi. Ada inspirasinya juga ;)
HapusIni bukunya harus dikasih ke Mba Ade Anita nih, sama2 phobia kucing :D
BalasHapusHe? Beneran mba Ade phobia kucing, bun? Aku baru tahu.:D Emang harus diterapi sih, biar ga takut lagi pas ketemu dadakan di suatu tempat. Hehe
Hapus