Langsung ke konten utama

[Resensi Buku] Buku Ini Tidak Dijual

Judul : Buku Ini Tidak Dijual
Pengarang : Henny Alifah
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Terbit : Maret 2015
Tebal : 192 hlm.
ISBN : 978-602-1614-48-8

“Gadis itu benar, Bos! Isinya cuma buku!”
“Karung yang ini juga cuma buku!”

Pria utama kecewa dengan kata-kata anak buahnya. Dia berharap lebih dari karung-karung tersebut. Sudah beberapa hari ini dia tidak mendapat mangsa empuk untuk menyambung hidupnya. Apakah ini saatnya dia berganti profesi?

“Ya, sudah. Tak apa. Kita jual buku-buku itu!”
“Buku ini tidak dijual!” teriak Kingkin.

Tepat saat Kingkin meneriakkan kata-kata itu, sebuah cahaya muncul dari arah belakangnya. Pandangan mereka semua jadi silau.

Lima karung buku itu menjadi buruan melelahkan bagi Kingkin dan Gading. Buku-buku yang sejatinya bukan milik mereka berdua, tapi kenapa mereka mau mati-matian mengejarnya? Ya, mati-matian. Karena demi lima karung buku itu, mereka nyaris mati! Ada apa sesungguhnya pada buku-buku itu sampai Padi – ayah Gading – berkeras hati tak mau kehilangan?

***
           
          Novel yang dibalut suspense ini berawal dari kisah buku milik Padi yang dijual ayahnya, yaitu Kakek. Karung yang berisi majalah, buku sekolah dari SD hingga SMA, dan novel-novel dibungkus oleh Gading, anak Padi, untuk dijual ke tukang loak. Ada lima karung yang dijual. Saat pulang ke rumah, Padi geram melihat hal ini. Ia pun ngotot ingin bukunya kembali. Kingkin dan Gading harus menemukan siapa orang yang membeli buku itu. Padi menginginkan buku itu harus pulang dalam keadaan utuh. Karena buku itu, Gading mengalami banyak hal. Ia bertemu dengan anak penjual buku bekas, sedangkan Kingkin bertemu dengan gadis yang membantunya mencari buku hingga pulang ke rumah. Tapi naasnya, kejadian itu hampir membawa Gading pada kematian, bahkan perampokan. Dapatkah mereka menuntaskan misinya?

Novel bertema literasi ini ditulis oleh penulis pendatang baru, Henny Alifah. Buku yang memenangi juara 1 Lomba Menulis Novel Inspiratif dari Penerbit Indiva ini, bertema sederhana dengan gaya bahasa yang segar dan membumi. Seperti layaknya novel lokal lainnya, novel ini lebih banyak menampilkan kritik sosial secara halus di setiap babnya. Meskipun di beberapa bagian kurang tereksplorasi dengan baik. 

            Ada beberapa bab yang membahas tentang kritik sosial yang dilontarkan Padi tentang orang yang tidak menghargai buku, misalnya saja Kakek yang tega menjual buku Padi pada tukang loak. Ada pula kritik sosial tentang pendidikan di mana dimunculkan tokoh anak-anak madrasah di sekolah swasta yang kekurangan dana untuk membeli buku. Perpustakaan yang tidak terawat, bahkan sistem pendidikan yang lebih menitikberatkan pada pendidikan formal. Sisi agama tidak terlalu diekspos, padahal jika seperti anak-anak madrasah yang bisa belajar tiga bahasa dalam sepekan, dan merutinkan shalat, akan tercipta nuansa lain. Bukan hanya otak anak yang terisi, tapi juga akhlak.

Suasana pedesaan terlihat nyata digambarkan penulisnya. Dari sawah, hingga sekolah bahkan mushala tempat kejadian ini terjadi. Pertemuan dengan penjahat menjadi klimak dari cerita, dengan gaya bertutur yang meliuk-liuk, penulis berhasil memunculkan adegan ini dengan baik. Bahkan saya tidak menyangka jika Gading dan Kingkin akan mengalami kejadian mengejutkan di akhir cerita. Saya paling suka karakter Gading, meski ada sebalnya juga karena dia memilih melakukan kebaikan karena desakan ayahnya.

Sebagai pemula, buku ini memang masih banyak kekurangan, tapi keunikan tema literasi ini mungkin yang membuat idenya dipilih sebagai pemenang. Penulis lebih banyak menuliskan narasi sehingga kadang membuat bosan, apalagi jika perjalanan pencarian buku masih jauh. Saya merasa para tokoh bergerak terlalu lamban, misalnya saja Kingkin yang bisa-bisanya malah berhenti di depan lapangan hanya karena mainan dan jajanan tempo dulu. Kesannya kekanak-kanakan sekali. Overall, 3,5 bintang untuk kisahnya.

Komentar

  1. judul buku ini unik banget. seolah-olah emang bisa didapat gratisan :D
    meski awalnya saya agak rancu dengan nama para tokoh yang mirip dan mengandung huruf "i" semua, kok saya jadi penasaran ya jadinya :D

    BalasHapus
  2. Pingin baca novel ini.. Memang temanya beda ya Ila..

    BalasHapus
  3. Udah penasaran sama buku ini semenjak melihat judulnya. Makasih reviewnya, Mbak. Tema literasi selalu membuatku penasaran :)

    BalasHapus
  4. Pingin baca deh. Sepertinya seru.

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Gadis Kretek by Ratih Kumala

  Judul Buku : Gadis Kretek Pengarang : Ratih Kumala Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Ketiga, Juli 2019 Tebal : 275 halaman ISBN : 978-979-22-8141-5re Rating : 5 bintang Genre : Novel Sastra Indonesia Harga Buku : Rp 75.000 Baca Ebook Gadis Kretek pdf di Gramedia Digital Beli novel Gadis Kretek di Shopee (klik di sini)

[Resensi Buku] Sang Keris - Panji Sukma

  Sang keris Judul : Sang Keris  Pengarang : Panji Sukma Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Pertama, 17 Februari 2020  Tebal : 110 halaman Genre : novel sejarah & budaya ISBN : 9786020638560 Rating : 4/5 ⭐ Harga buku : Rp 65.000 Baca ebook di aplikasi Gramedia Digital ❤️❤️❤️

Resensi Buku Funiculi Funicula (Before The Coffee Gets Cold) by Toshikazu Kawaguchi

  Judul   Buku : Funiculi Funicula Judul Asli : Kohii No Samenai Uchi Ni (Before The Coffee Gets Cold) Pengarang : Toshikazu Kawaguchi Alih Bahasa : Dania Sakti Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan kedua, Mei 2021 Tebal : 224 halaman ISBN : 9786020651927 Genre : Novel Fantasi - Jepang Rating : 4/5 bintang Harga Buku : Rp 70.000 Baca via Gramedia Digital Beli buku Funiculi Funicula di Gramedia.com