Judul Buku : Buku Latihan Soal Mantappu Jiwa
Penulis : Jerome Polin Sijabat
Penerbit : Gramedia
Terbit : Cetakan Pertama, 2019
Tebal : 224 halaman
ISBN : 978-6020632414
Rating : 4,5/5 bintang
Beli buku Mantappu Jiwa karya Jerome Polin di Shopee Gramedia
[Sinopsis Buku] Buku Latihan Soal Mantappu Jiwa by Jerome Polin :
“Jadi, ini buku latihan soal
matematika ya, Jer?”
Bukan!
Kata orang, selama masih hidup,
manusia akan terus menghadapi masalah demi masalah. Dan itulah yang akan
kuceritakan dalam buku ini, yaitu bagaimana aku menghadapi setiap persoalan di
dalam hidupku. Dimulai dari aku yang lahir dekat dengan hari meletusnya
kerusuhan di tahun 1998, bagaimana keluargaku berusaha menyekolahkanku dengan
kondisi ekonomi yang terbatas, sampai pada akhrnya, aku berhasil mendapatkan
beasiswa penuh S1 di Jepang.
Manusia tidak akan pernah lepas
dari masalah kehidupan, betul. Tapi buku ini tidak hanya berisi cerita sedih
dan keluhan ini itu. Ini adalah catatan perjuanganku sebagai Jerome Polin
Sijabat, pelajar Indonesia di Jepang yang iseng memulai petualangan di Youtube
lewat Channel Nihongo Mantappu.
Yuk naik roller coaster di
kehidupanku yang penuh dengan rumus matematika.
It may not gonna be super fun, but I promise it would worth the ride.
Minasan, let’s go, MANTAPPU JIWA!
Resensi Buku :
Jerome Polin Sijabat, mahasiswa Waseda University yang sedang menempuh pendidikan di Tokyo berkisah tentang perjalanannya mendapatkan beasiswa impiannya. Ia sejak kecil bermimpi untuk berkuliah di luar negeri. Itulah yang membuatnya sejak SD bersedia membayar semua impiannya dengan kerja keras, usaha dan dilapisi doa siang malam. Mamanya mengajari Jerome Polin untuk selalu melihat dunia dari sisi lainnya. Seperti saat ia tidak bisa les di tempat bimbel yang mahal karena ketiadaan dana untuk les, mamanya menawarkan solusi agar Jerome bisa tetap mendapatkan ilmu. Mamanya ingin Jerome mengerjakan soal-soal matematika di rumah saja. Mamanya akan rutin memberikan soal latihan, lalu akan dibahas sendiri.
Keinginan Jerome untuk masuk ke
kampus impian di luar negeri berawal dari keinginannya untuk bisa berlibur ke
luar negeri. Teman-teman sekolahnya rata-rata adalah anak orang kaya yang
setiap liburan selalu ke luar negeri. Jerome Polin pun ingin berlibur di Disneyland.
Makanya ia bercita-cita kuliah di luar negeri biar bisa main ke Disneyland
sepuasnya.
Buku Latihan Soal Mantappu Jiwa - Jerome Polin
pic by : http://www.shopforcheapo.com/2019/08/review-buku-mantappu-jiwa-jerome-polin.html
Sejak sekolah Jerome selalu rajin mengerjakan soal matematika. Hingga suatu hari gurunya meminta Jerome mempersiapkan diri untuk ikut ujian Olimpiade Matematika. Ia pun memenangkan beberapa penghargaan untuk olimpiade yang diikutinya. Namun, ia tahu, cita-citanya untuk masuk ke kampus impian harus dibayar dengan mahal karena orang tuanya tidak bisa membiayai kuliahnya.
Well ya, Itulah alasan Jerome
Polin berjibaku mencari beasiswa-beassiwa yang menawarkan full scholarship untuk
kuliah di luar negeri seperti Singapura dan Jepang. Hingga suatu hari ia pun focus
untuk mengejar beasiswa ke Jepang yang menawarinya beasiswa penuh untuk 5,5
tahun kuliah.
“Rasa percaya diri terlalu tinggi yang sebenarnya beda tipis dengan kesombongan, tidak akan membawa kita kemana-mana.” #RumusJerome (hlm. 22)
“Aku tahu mimpiku layak dibayar sebegitu tinggi, oleh keringat dan kerja keras, aku tahu mimpiku layak diperjuangkan, dan tidak ada yang bisa memperjuangkannya selain oleh aku sendiri. - #RumusJerome (hlm. 26)
Jerome Polin mendaftar beberapa
beasiswa luar negeri, salah satunya adalah beasiswa bernama Mitsui Bussan
Scholarship. Hanya dua orang pendaftar yang terpilih untuk mendapatkan beasiswa
ini. Apakah Jerome Polin terpilih menjadi penerima beasiswa bergengsi ini?
Simak ya!
“Kalau keterima sih mantap, kah kalau nggak, bagaimana? Sia-sia dong ongkosnya?”
“Ya, daftar saja dulu, Jer. Kalau belum dicoba kan nggak bakal tahu hasilnya. Siapa tahu kamu keterima, kan? Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil, ingat itu.” (hlm. 46)
Tanggal 26 Maret 2016, Jerome
Polin mendapatkan email dari pihak Mitsui Bussan yang menyatakan ia lolos tahap
selanjutnya yaitu tes tulis. Setelah itu, Jerome lolos ke tahap wawancara untuk
menentukan apakah ia akan terpilih.
“Satu hal yang kupelajari adalah bahwa selama wawancara aku harus bisa ‘mengatur’ alurnya. Aku harus bisa menjelaskan diri, visi dan misi, serta mimpiku dalam waktu sangat terbatas. Dan aku harus bisa membuat mereka tertarik pada diriku. Tiada hari yang kulalui tanpa persiapan. Setiap hari aku berusaha membuat dan menghafal jawaban, berlatih, meminta pendapat dari orangtua dan Bang Ian. Dan yang pastinya, berdoa.” (hlm. 57)
Di saat wawancara itulah, Jerome
menjawab pertanyaan tentang apa mimpinya setelah lulus. Ia menjawab ingin
menjadi menteri pendidikan Indonesia.
“Karena guru PKn saya saat SMA mengatakan bahwa kunci dari kemajuan suatu negara adalah pembangunan. Kunci dari pembangunan adalah pendidikan. Jadi jika tidak ada pendidikan yang baik, maka tidak ada pembangunan, dan tidak ada kemajuan negara. Maka itu, saya ingin menjadi menteri pendidikan untuk bisa memajukan Indonesia. “ (hlm. 59)
Saat ia sedang berlibur ke Batu,
Malang, Jerome lupa bahwa hari itu adalah hari pengumuman beasiswanya. Ia
mendapatkan beasiswa Mutsui Bussan setelah berjibaku memperjuangkannya dengan
kerja keras, usaha, dan doa.
“Aku sadar belum tentu Roma yang aku tuju adalah Roma “terbaik” yang Tuhan sediakan buatku. Singapura dan negara-negara lain yang pernah kulirik harus kulewati dengan penuh perjuangan dan kekecewaan. Berkali-kali aku mempertanyakan maksud Tuhan, tak jarang rasanya ingin menyerah. Tapi dengan usaha tanpa henti yang dibalut dengan doa tak putus. Tuhan pasti menyediakan Roma “terbaik” buat umat-Nya.” (hlm. 66)
Quotes Motivasi Jerome Polin
pic by http://www.shopforcheapo.com/2019/08/review-buku-mantappu-jiwa-jerome-polin.html
Selanjutnya adalah tahap
persiapan sebelum berangkat ke Jepang. Untuk ke Jepang, para calon penerima
beasiswa harus mempersiapkan diri dengan mempelajari bahasa Jepang. Jerome
Polin pun harus belajar buku Minna No
Nihongo selama satu bulan. Yups, satu bulan saja, gaes. :D
“Hari pertama kami belajar huruf Hiragana, dan harus menghafalkannya. Untuk kalian tahu, ada 46 huruf Hiragana. Hari kedua, kami belajar huruf Katakana, dan kami juga sudah harus menghafalnya di hari tersebut. Dengan huruf Katakana yang juga berjumlah 46, jadi total ada 92 huruf harus dihafalkan dalam dua hari.” (hlm. 72)
Saat Jerome Polin sudah sampai di
Tokyo Jepang, ia harus belajar bahasa Jepang terlebih dahulu selama 1,5 tahun
sebelum masuk kuliah. Setelah itu, ia juga harus melewati ujian EJU (The Examination for
Japanese University Admission for International Students) yang terdiri
dari tes bahasa Jepang (reading, listening dan writing), tes kimia, fisika, dan
matematika. Semuanya dalam bahasa Jepang.
“Pulang dari kelas bahasa Jepang pada hari pertama, aku punya mimpi baru (nggak besar-besar, kecil aja cukup), aku mau mengerti apa yang diobrolkan teman-temanku di kelas. Dan aku juga mau ikut ngobrol dan bercanda bareng mereka!” (hlm. 78)
Hal pertama yang dilakukan Jerome
Polin adalah mengulang pelajaran hari itu. Setelah selesai mengulang, ia lanjut
belajar bab-bab berikutnya.
“Aku berusaha menghafalkan kata-kata baru, kanji baru, tata bahasa baru. Aku juga berusaha mendengarkan radio, download aplikasi TV di hape (jadi bisa nonton TV sambil baca subtitle), download aplikasi belajar bahasa Jepang (jadi misalnya lagi baik kereta, atau lagi di toilet, aku bisa belajar(, pinjam buku-buku dari kakak kelas dan perpustakaan, dan masih banyak lagi.” (hlm. 79)
Setelah menguasai bahasa Jepang,
Jerome mulai belajar matematika, fisika dan kimia dalam bahasa Jepang.
Tujuannya untuk menembus ujian EJU yang harus dilaluinya agar bisa masuk
Universitas impiannya. Setelah usaha dan kerja keras juga doa, ia terpilih untuk
masuk ke jurusan mathematics science di Waseda of University. Selain itu, ia
juga ikut lomba pidato bahasa Jepang. Ia membahas tentang tema ‘Hal Kecil itu
Penting’ yang membawanya menjadi juara pertama lomba pidato bahasa Jepang itu. Lomba
inilah yang membawanya menjadi pemenang. Ia diwawancara oleh beberapa stasiun televisi
Jepang dan berpidato di depan para petinggi Rotary Club.
‘Aku percaya jika kita bertanggung jawab atas hal kecil, kita juga bisa bertanggung jawab atas hal lebih besar. Tetapi jika kita tidak bisa bertanggung jawab atas hal kecil, kita tidak akan bisa bertanggung jawab atas hal lebih besar.” #RumusJerome (hlm. 86)
“Aku belajar untuk jangan takut mencoba sesuatu yang baru, meski kelihatannya sulit sekalipun, karena kita sebagai manusia tidak ada yang tahu masa depan.” #RumusJerome (hlm. 94)
Demi mempersiapkan ikut ujian EJU, Jerome sampai harus puasa main instagram selama sebulan. Ini biar bisa fokus belajar ya. Selain itu, ia khawatir hasilnya tidak maksimal jika ia terdistraksi dengan gadget dan lebih milih main social media seperti instagram. Bagi Jerome Polin, ujian EJU ini harus dilewati dengan baik agar ia bisa terpilih masuk universitas impian. Ia sampai khawatir jika hasil belajarnya selama ini sia-sia.
“Lawanmu itu soal. Bukan mereka. Kalau kamu bisa kerjakan soalnya, kamu dapat nilai bagus. Kalau mereka dapat nilai bagus juga, kalian sama-sama dapat nilai bagus. Jadi nggak usah repot memikirkan sainganmu. Pikirkan soal yang menunggumu saja.” #RumusJerome (hlm. 105)
Betul juga, terkadang kita terlalu fokus sama saingan kita, sampai kita lupa untuk fokus pada persiapan kita sendiri.
“Untuk Waseda, nilai bahasa Jepang di EJU itu harus bagus. Kalau kata guruku, kira-kira totalnya harus 280/400 (Nilai Maksimal reading : 200, dan listening : 200, writing tidak diperhitungkan) atau lebih. Jadi jika bahasa Jepangku tidak memenuhi standar nilai itu, mungkin saj aku akan sulit masuk atau tidak bisa masuk Waseda.” (hlm. 112)
Total nilai ujian EJU yang didapat oleh Jerome adalah 298/400. Dengan rincian yaitu bahasa Jepang 227/400, writing 35/50, fisika 74/100, dan Kimia 63/100. Sedangkan nilai matematikanya yaitu 197/200. Wow banget ya :D
Dari 4857 peserta yang mengikuti EJU, yang mendapatkan nilai matematika antara 195-199 hanya 33 orang dan Jerome Polin adalah salah satunya. Ia sangat senang karena nilai ujian EJU ini bisa ia gunakan untuk masuk ke Waseda University. Setelahitu, ia harus mengikuti tahapan administrasi dan ujian tulis Waseda. Ujian ini harus dilalui dengan ujian esai, bukan pilihan ganda. Di antara ujian-ujian itu, Jerome masih harus menunggu kepastian apakah ia akan bisa masuk ke kampus impiannya.
“Aku sadar belajar nggak akan pernah ada ruginya. Kalaupun kita tidak bisa menggunakan ilmunya saat ini, bukan mustahil kita akan membutuhkannya di masa yang akan datang.” (hlm. 127)
***
Ada banyak cerita hidup Jerome Polin yang membuat saya terkejut dan kagum dengan kegigihannya. Jerome Polin memang cerdas, tapi ia juga menyadari bahwa ia mendapatkan hasil yang sepadan dengan kerja kerasnya selama ini. Ia rela untuk latihan terus menerus agar hasil ujiannya bisa maksimal. Selain itu, ia selalu mempersiapkan proses seleksi dengan baik seperti mengulang membaca syarat seleksi, apa saja administrasi yang wajib dipenuhi, dll. Selain itu ia juga mengkalkulasi segala hal yang dapat membawanya pada kesuksesannya dalam studi di kampusnya.
Jerome Polin merupakan contoh anak mahasiswa yang bukan hanya berjuang untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik. Di balik sikapnya yang ceria di depan kamera saat membuat video vlog untuk Youtube Channelnya, Jerome Polin sudah mempersiapkan segalanya dengan baik, terutama niat. Ia mengatakan bahwa segala hal yang ia lakukan selalu diawali dengan niat dan tekad yang kuat.
Well ya… Bayangkan saja, ia bisa
menang juara bahasa Jepang setelah 5 bulan belajar bahasa Jepang. Selain itu,
ia bisa lulus N1, tes ujian bahasa Jepang di level tertinggi setelah belajar
bahasa selama 1 tahunan. Meskipun awalnya motivasi belajar bahasa Jepangnya
adalah agar ia bisa lancer berbicara dan
bercanda dengan temannya di kelas. Siapa sangka hal kecil itu sangat
berpengaruh untuk memotivasi Jerome mempercepat belajar bahasa Jepang yang
awalnya tidak ia kuasai sama sekali.
Jerome Polin dan Tomoyama, sahabatnya di Jepang (pic by https://beritaliterasi.com)
Yang bikin saya salut dengan kerja keras Jerome adalah karena ia selalu melibatkan restu orang tua dan doa keluarganya dalam setiap langkahnya. Ia selalu meminta nasihat jika ada keputusan yang membuatnya bingung harus mengambil jalan apa, seperti saat awal pertama kali ia akan mendaftar beasiswa Mitsui Bussan. Orang tuanya ingin Jerome mendaftar, siapa tahu diterima. Dengan restu orang tua, jalan yang dilalui Jerome Polin jadi lebih mudah.
“Kesuksesan ibarat gunung ss yang terlihat di atas permukaan. Sedangkan kegagalan, usaha, kerja keras, dan doa adalah bagian yang tidka terlihat. Tapi sebenarnya bagian itulah yang paling krusial untuk menopang bagian gunung es yang terlihat.” #RumusJerome (hlm. 167)
Buku Latihan Soal Mantappu Jiwa ini sebenarnya kisah Jerome Polin yang dikemas dalam kisah yang santai dan mendebarkan. Kalau sudah pernah nonton video Jerome Polin bahas tentang bagaimana ia bisa kuliah di Waseda University dan dapat beasiswa penuh di Jepang, pasti kalian sudah tahu bagaimana ceritanya. Nah, buku ini adalah versi detailnya dari cerita Jerome Polin tersebut. Jerome bisa dengan detail menjabarkan bagaimana perjuangannya untuk mendapatkan beasiswa di kampus impian luar negeri. Ia tidak melupakan bahwa proses perjuangan inilah yang menempanya menjadi lebih tangguh.
Selain itu, Jerome Polin juga dibantu oleh sahabat-sahabatnya yang termasuk mahasiswa Waseda University juga seperti Tomoyama, Yusuke, dan Ryoma. Mereka bersahabat sejak masuk kuliah hingga kini dijuluki Waseda Boys. Mereka aktif membuat video yang bermanfaat untuk mengenalkan Jepang dan Indonesia di Youtube Channel Nihongo Mantappu. Jerome Polin juga pernah diwawancarai di televisi dalam acara Kick Andy.
“Ada banyak hal di dunia ini yang tidak dapat dilakukan sendiri. Aku butuh orang untuk mengajari aku, aku butuh orang untuk bekerja sama dengan aku, aku butuh orang untuk mendukung aku, dan aku menyadari suatu hal, yaitu bahwa seseorang bisa merasa senang jika mereka ikut dilibatkan dan usaha mereka dihargai dalam mencapai sesuatu.” (hlm. 186)
Di setiap halaman khusus yang memuat quotes, ada ilustrasi yang mewakili kisah Jerome Polin. Jadi menurut saya buku ini inspiratif, interaktif dan sama sekali nggak ngebosenin. Ibarat dengerin Jerome cerita sambil ngajak makan. Haha. Karena buku ini sangat sederhana dan dikisahkan dengan story telling yang asyik, menurut saya cocok untuk dibaca oleh anak remaja yang sedang mencari jati diri dan berjuang menggapai beasiswa kuliah luar negeri impian.
Overall, 4,5 bintang buat saya untuk buku Latihan Soal Mantappu Jiwa ini. Kurangnya hanya di bagian
halaman buku latar warna terang (biru muda terang) dengan huruf warna putih
yang bikin saya kesulitan baca. Hehe. Selamat membaca ya! ;)
sama sama
BalasHapus