Judul Buku :
Betang, Cinta yang Tumbuh dalam Diam
Pengarang :
Shabrina Ws
Penerbit : Quanta
(Imprint BIP)
Terbit : 2013
Tebal : 175 hlm.
ISBN : 978-602-02-2389-6
Resensi Buku :
Danum
lahir dan besar di rumah betang (rumah adat di Kalimantan). Dia jatuh cinta
pada dayung sejak pertama kali memilikinya. Bersama Dehen sahabatnya, mereka
menyusuri sungai-sungai, beradu kecepatan.
Atlet
nasional! Keliling dunia! Dan mengibarkan merah putih di negeri orang!
Keinginan Dehen menular padanya. Tapi semua tak semudah yang dia bayangkan.
Ketika Dehen telah sampai di Pelatnas, Danum harus menerima kenyataan
berkali-kali gagal di tingkat daerah. Hingga ketika kesempatan itu datang,
waktu justru mempertemukannya dengan berbagai pilihan. Tetap tinggal demi orang
yang dicintainya, atau pergi demi cita-citanya?
Memelihara
benci pada sosok yang telah meninggalkannya, atau memaafkannya dan mengambil
ladang surga?
Menyimpan
rapat perasaan yang telah mengendap di hatinya atau melihat sahabatnya terluka?
Dia pernah berkali-kali gagal. Dia pernah berkali-kali kehilangan. Pada
akhirnya waktu memberinya pelajaran, bahwa hidup sempurna bukan berarti semua
berjalan sesuai keinginannya.
***
Novel
Betang, Cinta yang Tumbuh dalam Diam karya mba Shabrina Ws ini merupakan karya
kesekian darinya yang saya baca. Sebelumnya ada novel Pelari Cilik yang bertema
olahraga juga dan ada novel Always be in Your Heart yang bertema romantis. Kali
ini novel ini seperti perpaduan kedua novel tersebut. Novel yang romantis dengan
latar alam, juga olahraga dipadukan menjadi satu kesatuan.
Tak
disangka novel ini membuat saya jatuh cinta dengan karakter Dehen dan Danum.
Juga tidak membenci Sallie, meski sebenarnya ia bisa saja dijadikan orang
ketiga *eh. Untung mba Shabrina membuat karakter Sallie tetap baik
sepanjang cerita. Jadi nggak ada deh drama yang gimana gitu. Hehe. Apalagi
mereka kan sama-sama satu tim. Nggak kebayang ending pertandingan kalau
ada drama di timnya. :D
Danum,
Sallie, dan Dehen sama-sama atlet di pelatnas. Sebelum masuk ke pelatnas, Danum
dan Sallie sama-sama ada di Pelatda untuk latihan hingga akhirnya mereka
berhasil mendapatkan medali emas pertama yang mereka perjuangkan bersama
sebagai tim. Sallie yang unggul di 250 k kedua, dan Danum yang gesit di 250 k
pertama membuat saya seperti melihat atlet dayung berlaga. Terbayang hanya
sebentar mereka bertanding tapi latihannya berat dan dilakukan berbulan-bulan
lamanya. Kalau Dehen memang sudah menjadi atlet pelatnas lebih dulu dan menjadi
unggulan karena sering mendapatkan medali emas untuk pertandingan yang
diikutinya.
Ada
tokoh lain juga yang membuat saya suka dengan novel ini Karakter Kai (kakek
Danum) dan Arba (kakak Danum) yang setia menjalani hidup di rumah Betang.
Awalnya saya mengira betang hanya bisa ditempati oleh satu keluarga saja. Tapi
melihat penjabarannya saya jadi paham bahwa rumah ini bisa diisi oleh beberapa
keluarga sekaligus. Juga di rumah Betang, Kai sengaja membuat tempat khusus
untuk mandi. Karena dulu biasanya orang-orang mandi di sungai, tapi sejak Danum
remaja Kai membuatkan tempat mandi khusus.
Kai
yang bijak dengan petuah-petuahnya membuat saya kagum. Rasanya seperti memiliki
kakek lagi. Hehe. Arba yang bawel tapi jenius. Ya, pas awal baca novel ini saya
kira dia itu cewek. Hahaha. Ternyata cowok ya. Soalnya dia yang mengurus rumah
betang, memasak, bercocok tanam lalu menjual hasil kerajinan lewat online.
Cowok bisa masak? Keren amat. Wekeke. :P
Kalau
melihat masa lalu Arba saya mungkin akan tak percaya orang sepertinya bisa
berubah drastis. Mengingat Arba tumbuh besar dengan ikut ayahnya yang menjadi
pencuri kayu. Rasanya kok saya jadi bertanya-tanya darimana dia bisa
mendapatkan pengetahuan tentang banyak hal ya? Meski ada internet sih. Tapi
pengetahuan Arba pesat sekali untuk ukuran anak daerah. Bahkan bisa berjualan
dengan online di pedalaman Kalimantan. Amazing. :D Tapi Arba menjadi
sosok idaman yang luar biasa bagi Danum.
Kisah
cinta dan kekeluargaan dalam novel Betang ini tidak banyak unsur kejutannya,
tapi kisah cintanya manis banget. Dan buat yang suka dengan karakter Danum,
pasti makin suka juga dengan olahraga dayung yang diusung oleh novel ini.
Karena novel ini tak sekadar membahas perihal impian Danum untuk menjadi atlet
nasional namun juga mengandung unsur islami. Jadi ada beberapa bagian yang
diselipkan tentang kebiasaan penghuni rumah Betang. Seperti Kai yang suka
shalat tahajud dan mendoakan keberhasilan cucunya, juga Arba yang menasihati
untuk tidak jatuh cinta sebelum waktunya. Seru kisahnya, dan maniiis. Quotenya
juga keren.
“Tak masalah duduk di haluan atau di buritan, asal kau, tetap menggerakkan dayungmu.”
“Kita harus menghargai Tatu Hiang, leluhur kita. Bukan sekadar mengingat tapi melakukan apa yang bisa kita lakukan. Bukan sekadar memanfaatkan, tapi juga mengganti apa yang kita ambil dari alam.” (hlm. 28)
“Kalah itu perlu, agar kau tahu dunia bukan milikmu.” (hlm. 52)
Well
ya, saya suka dengan novel ini dan merasakan aroma tanah Borneo yang indah.
Melihat dayung diayunkan di sungai, berburu buah ulin, dan melihat
pengembangbiakannya di hutan Kalimantan. Bisa mengetahui budaya dan kehidupan orang Dayak di rumah Betang
seperti apa rasanya lewat novel ini. Semoga saya bisa singgah ke sana suatu
saat nanti. Melihat anggrek hitam, anggrek mutiara, kayu ulin dan mencicipi
kuliner khas Dayak yang lezat. Overall, 4 bintang untuk novel ini. :D
Nama tokohnya unik ya kak. Tema yang berkaitan dengan alam itu bikin seger..
BalasHapusmemang kisah cinta ga ada habisnya ✌
BalasHapus