Judul
Buku : [Seri KKPK] The Ghost in My School
Pengarang
: Berliana Putri Muliatama
Penerbit
: DAR! Mizan
Terbit
: November 2013
Tebal
: 100 hlm.
ISBN
: 978-602-242-306-5
Rating
: 3,5/5 bintang
Baca
via BookMate
Sinopsis :
Pentas seni gagal dilaksanakan! Kacau! Benar-benar kacau!
Tiba-tiba muncul desas-desus, penyebab mati lampu di sekolah itu adalah hantu.
Hah! Hantu? Menurut teman-teman sekelasku yang enggak jelas sumbernya, semua
itu terjadi karena hantu yang menunggu sekolahku marah. Ini gara-gara anak
laki-laki suka menyorotkan senter di kelas 1B dan gudang. Ada apa sebenarnya di
sekolah ini? Benarkah hantu penunggu sekolah marah? Yuk baca aja cerita seru
ini juga cerita-cerita lainnya sampai tuntas.
Resensi Buku :
Buku seri KKPK yang diterbitkan oleh penerbit Mizan awalnya
dimulai dari karya Sri Izzati. Saya pernah membaca bukunya dan jatuh cinta
dengan caranya merangkai kata. Untuk seusia Izzati, dia mampu membawa nuansa
baru pada karya anak seusianya. Seiring berjalannya waktu, redaksi KKPK
menerima karya penulis cilik yang dulunya adalah pembaca seri KKPK juga.
Buku KKPK The Ghost in My School ini merupakan kumcer
dari Berliana, anak berumur 10 tahun. Berliana memiliki gagasan yang
sederhana layaknya anak seusianya, namun dikisahkan dengan caranya yang khas
dan memikat. Saya yakin ia telah belajar banyak dari buku bacaannya bagaimana
membuat ceritanya asyik dibaca anak seusianya. Di buku ini juga tidak ada unsur
sihir, gaib, dan horor seperti yang awalnya saya kira bakalan ada, apalagi
kalau lihat judulnya ya. Hehe. Kang Ramadan, sang editor, meramu buku ini agar
nyaman dibaca anak-anak.
Buku The Ghost in My School menarik perhatian saat
saya melihatnya di BookMate. Lalu saya download dan baca ebooknya. Awalnya saya
kira buku ini adalah novel, tapi ternyata kumcer. Hehe, gpp deh, tapi emang judulnya
bikin penasaran sih. :P
Buku The Ghost in My School berisi 15 cerita pendek tentang
serunya menjadi anak-anak. Misalnya, pengalaman Berliana saat bermain layang-layang.
Ia bercerita suka duka bermain layang-layang dengan teman sebayanya. Gimana
caranya dia bisa aman dari gangguan teman-temannya saat harus mempertahankan
layang-layang yang dimainkannya.
Di cerpen berjudul “Peraturan di Rumah”, ia berkisah
tentang peraturan rumah yang diterapkan sesuai dengan kesepakatan seluruh orang
rumah. Aturan rumahnya bagaimana? Jika seorang anak melanggar, maka sebagai
hukumannya, uang jajannya akan dikurangi. Tentang aturan rumah ini menurut saya
bagus diterapkan. Apalagi bisa meredam kebiasaan buruk anak ketika ia
melakukannya di rumah. Misalnya terlambat bangun pagi.
Jika anak protes, maka orang tua bisa memberikan pemahaman
pada anak bagaimana anak harus bersikap. Tapi peraturan seperti ini memang
tidak saklek, karena si tokoh kakak memberikan keringanan denda yang awalnya
sudah ditentukan. Aturannya pun disesuaikan dengan musyawarah sebelumnya. Dari
yang awalnya denda 1000 rupiah, jadi 500 rupiah saja.
Yang bikin saya penasaran yaitu cerpen berjudul The Ghost
in My School yang dijadikan judul buku ini. Ceritanya seisi sekolah heboh karena
ada gosip soal hantu sekolah. Pasalnya, aliran listrik selalu padam saat akan
dinyalakan di jam-jam pentas seni berlangsung. Padahal pentas seni sudah
diundur hingga menemukan waktu yang tepat. Jadi, anak-anak yang sedang berkemah
harus tetap melaksanakan pentas seni tersebut karena sudah menjadi bagian dari
kegiatan camping. Lalu, apa benar ada hantu? Jawabannya baca aja di buku ini.
Saya jamin nggak ada unsur horornya, apalagi yang magic-magic gitu. :p Seriusan
deh, saya kira bakalan ada. Wkwk. Ealah ternyata nggak ada. Tapi seru aja sih
idenya. Bisa bikin kamuflase semacam itu.
Cerita lainnya ada Olimpiade Matematika-IPA. Ini cerita
Berliana sendiri. Ia memang pernah jadi finalis Olimpiade Sains-Matematika
Sejawa-Nusa-Bali. Dari cerita Berliana, pembaca seperti saya yang sudah jadi
orang dewasa jadi tahu bagaimana pemikiran anak-anak memahami hal itu. Di
pikiran anak-anak tuh ya, kalau gagal kompetisi ya gpp, nggak masalah. Beda
dengan orang dewasa yang khawatir sang anak akan mengalami kekecewaan. Padahal
anaknya sendiri menikmati momen itu. Walau menurut saya pesan sang ibu sudah
sesuai dengan kondisinya.
“Enggak menjadi juara enggak apa-apa. Yang penting kamu mencari pengalaman, bisa ketemu dengan peserta dari lain daerah.” Ibu mungkin khawatir kalau aku terlalu kecewa. Beliau sesekali menatapku, sementara aku asyik membaca buku cerita baruku.”
Uwaah, ahahaha. Reaksi Berliana ini bener-bener khas
anak-anak ya. Pemikirannya polos dan nothing to loose. Ya kalau kalah,
ya, nggak apa-apa. Mungkin benar bahwa anak-anak memiliki resistensi yang tinggi
terhadap stress karena mereka memiliki imajinasi dan dunia yang berbeda
dibanding dunia orang dewasa.
Ada beberapa cerita lainnya juga yang bisa dibaca. But,
overall, kisahnya seru-seru, cocok dibaca sama anak sekolah dasar. Cara berceritanya
unik, walau idenya sudah pernah ada juga di buku-buku sejenisnya. Ya, saya
salut dengan regenerasi penulis KKPK ini. Setidaknya setiap tahun selalu ada
penulis-penulis baru yang bermunculan untuk menggantikan penulis lama yang
sudah menjadi remaja. Kalau kamu, sudah pernah baca seri KKPK karya Berliana
ini? Share dong di komentar. ;)
Buat reverensi nulis anak-anak pas iki Beb. Belajar sifat dan kelakuan khas anak-anak.
BalasHapus